Diberdayakan oleh Blogger.

welcome to mpc comunication

SEJARAH PENDIRI KOPASSUS

INILAH ORANG YANG BERPERAN PENTING DALAM PENDIRIAN PASUKAN ELITE INDONESIA YANG SEKARANG KITA KENAL DENGAN NAMA KOPASSUS
Foto Mayor Moh.Idjon Djanbi (Rokus Bernardus Vesser)




memberikan arahan kepada staf latihan komando sebelum pendaratan laut

Mayor Inf Moh Idjon Djanbi bergambar bersama mantan pelatih Komando,paling kanan almarhum Sarwo Edhie Wibowo,ayah Ibu Ani Yudhoyono








Karier di militer Belanda

Terlahir sebagai putra seorang petani Tulip yang sukses. Selepas menyelesaikan kuliahnya, Visser muda membantu ayahnya berjualan bola lampu di London. Ketika itu perang dunia kedua dimulai dan karena tidak bisa pulang ke Belanda yang dikuasai oleh Jerman, Visser mendaftarkan pada dinas Ketentaraan Belanda yang mengungsi ke Britania dan membentuk kekuatan baru disana. Setelah itu dia ditugaskan menjadi sopir Ratu Wilhemena. Setelah setahun di post tersebut dia mengundurkan diri dan mendaftarkan diri di sebagai operator radio (Radioman) di pasukan Belanda ke 2 (2nd Dutch Troop). Bersama dengan pasukan sekutu, Visser merasakan operasi tempurnya yang pertama, yaitu Operasi Market Garden pada bulan September 1944, saat itu pasukan Belanda ke 2 bagian dimana Visser berada, dimasukan dalam Divisi Lintas Udara 82 Amerika Serikat. Diterjunkan melalui pesawat layang Visser dan teman-teman Amerikanya mendarat di bagian dengan konsentrasi pasukan Jerman tinggi. Dua bulan kemudian saat dikumpulkan kembali, Visser digabungkan dengan pasukan Sekutu yang lain dan melakukan operasi pendaratan amphibi di Walcheren, sebuah kawasan pantai di Belanda bagian selatan.

Karena dianggap berprestasi maka dia disekolahkan di Sekolah Perwira sebelum di kirim ke Asia. Selanjutnya Viser dikirmkan ke Sekolah Pasukan Para di India dan dimaksudkan bergabung dengan pasukan untuk memukul kekuatan Jepang di Indonesia. Kekalahan pasukan Jepang pada 1945 mengakhiri perang dunia ke 2 dan Jepang mundur dari Indonesia sebelum pasukan Visser sempat dikirimkan ke Indonesia. Mundurnya Jepang dari Indonesia membuka peluang kepada Belanda untuk kembali menguasai Indonesia. Karena keadaan di Belanda sedang kacau dan mereka tidak mampu mengirimkan pasukan dari Eropa ke Indonesia, maka mereka berusaha membentuk kesatuan unit khusus di India dengan mendirikan School voor Opleiding van Parachutisten (sekolah pasukan terjun payung) dan pasukan ini dikirim ke Jakarta pada 1946. dibawah pimpinan Letnan Visser, sekolah ini kemudian di pindah ke Jayapura (Hollandia) di Irian Jaya yang waktu itu dinamakan Dutch West Guinea oleh Belanda , menempati sebuah bangunan rumah sakit Amerika yang telah ditinggalkan oleh pasukan Douglas Mc Arthur.

Dengan segala kondisi yang ada Visser ternyata menyukai hidup di Asia,sehingga dia meminta istrinya (wanita Inggris yang dinikahinya semasa perang dunia 2) dan keempat anaknya untuk ikut dengannya ke Indonesia. Ketika istrinya menolak, Visser memilih untuk bercerai. Saat kembali ke Indonesia pada 1947, Sekolah pimpinannya sudah dipindah ke Cimahi, Bandung dan Viser dipromosikan naik pangkat menjadi Kapten. Selama tahun 1947 sampai akhir 1949 , Sekolah pimpinan Kapten Visser terus melahirkan tentara terjun payung sampai saat dimana Belanda harus menyerahkan kekuasaaanya kepada Republik Indonesia. Karena sudah merasa nyaman dengan gaya hidup Asia, maka Kapten Visser memutuskan untuk tinggal di Indonesia sebagai warga sipil. Keputusan ini sangat berisiko, karena walaupun dia bukan termasuk pasukan baret hijau belanda yang dikenal sangat kejam (Visser sendiri berbaret merah), tapi tidak ada yang bisa meramalkan bagaimana keamanan seorang mantan perwira penjajah di negara jajahanya yang baru saja merdeka. Akhirnya dia menetapkan keputusannya untuk tinggal di Indonesia, pindah ke Bandung , bertani bunga di Pacet, Lembang, memeluk agama islam, menikahi kekasihnya yang orang Sunda dan mengubah namanya menjadi Mochammad Idjon djanbi.[2]


[sunting] Membentuk pasukan khusus Indonesia

Pengalaman Idjon Djanbi sebagai anggota pasukan komando pada Perang Dunia II telah menarik perhatian Kolonel A.E. Kawilarang untuk membantu merintis pasukan komando. Idjon Djanbi kemudian aktif di TNI dengan pangkat Mayor. Idjon segera melatih kader perwira dan bintara untuk menyusun pasukan.

Kemudian pada tanggal 16 April 1952 dibentuklah pasukan istimewa tadi dengan nama Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi (Kesko TT. III/Siliwangi) dengan Mayor Infanteri Mochammad Idjon Djanbi sebagai komandannya.

Karena satuan Komando ini perlu didukung dengan fasilitas dan sarana yang lebih memadai dan operasional satuan ini diperlukan dalam lingkup yang lebih luas oleh Angkatan Darat, maka Kesko TT. III/Siliwangi beralih kedudukan langsung dibawah komando KSAD bukan dibawah Teritorium lagi dan pada bulan Januari tahun 1953 berganti nama menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD). Pada tanggal 29 September 1953 KSAD mengeluarkan Surat Keputusan tentang pengesahan pemakaian baret sebagai tutup kepala prajurit yang lulus pelatihan Komando.

Latihan lanjutan Komando dengan materi Pendaratan Laut (Latihan Selundup) baru bisa dilakukan pada tahun 1954 di Pantai Cilacap Jawa Tengah.

Pada tanggal 25 Juli 1955 KKAD berubah namanya menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD). Yang menjadi komandan adalah Mayor Mochammad Idjon Djanbi.

Untuk meningkatkan kemampuan prajuritnya, tahun 1956 RPKAD menyelenggarakan pelatihan penerjunan yang pertama kalinya di Bandung. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan, maka Mayor Infanteri Mochammad Idjon Djanbi menginginkan agar prajurit RPKAD memiliki kemampuan sebagai peterjun sehingga dapat digerakkan ke medan operasi dengan menggunakan pesawat terbang dan diterjunkan di sana. Lulusan pelatihan ini meraih kualifikasi sebagai peterjun militer dan berhak menyandang Wing Para.
[sunting] Berhenti dari pasukan khusus

Pada tanggal 25 Juli 1955, Wapres Moh. Hatta meresmikan peningkatan KKAD menjadi RPKAD dan dikepalai tetap oleh Mayor Mochamad Idjon Djanbi dengan Kastaf Mayor Djaelani yang juga merangkap sebagai Komandan SPKAD (sekolah Pasukan Komando Angkatan Darat) dibantu oleh Letnan LB Moerdani sebagai wakilnya.

Di bawah pimpinan Mayor Djaelani dan wakilnya LB Moerdani, pendidikan komando mulai memperlihatkan hasil yng cukup memadai walaupun banyak kekurangan tenaga pengajar maupun dana, dan hal tersebut melipatgandakan keefektifan tempur pasukan.

Pimpinan MABESAD melihat celah untuk mengambil alih kepemimpinan di RPKAD ke orang asli pribumi tetapi hal tersebut tercium oleh mayor Djanbi, dan setelah Djanbi ditawarkan jabatan baru yang jauh dari pelatihan komando, Mayor Djanbi marah dan meminta pensiun.[rujukan?]

Kebetulan pada saat itu di tahun 1956, Indonesia sedang aktif menasionalisasi perusahaan-perusahaan milik asing dan Moh Idjon Djanbi yg sudah menjadi WNI diberi jabatan mengepalai perkebunan milik asing yg dinasionalisasi.

Tetapi ia tetap tidak pensiun sebagai anggota RPKAD (di"karyakan"), pada 1969 pada saat ulang tahun RPKAD Mayor Moh. Idjon Djanbi diberi kenaikan pangkat menjadi Letnan Kolonel

PELATIHAN KOPASSUS (KOMANDO PASUKAN KHUSUS) INDONESIA SPECIAL FORCE

sedikit review dari negara luar tentang kopassus

The Beasts From The East

April 13, 2006: Why are other countries, like Yemen and Cambodia, coming to Indonesia to get their commandoes trained? In a word, reputation. The Indonesian special forces, called Kopassus, is regarded as the best in the Pacific area. Founded in the early 1950s, their training methods came direct from the World War II British commandoes, via a Dutch soldier who served in the British commandoes, and retired from the Dutch army while in Indonesia. The Indonesians took to the tough training, and maintained those standards. Kopassus has mainly been used against separatist, rebel and terrorist groups within Indonesia. While Kopassus acquired Western military skills, they still retained Indonesian attitudes, which meant that they were pretty vicious with "internal enemies." Lots of torture and mass killing. This gave Kopassus a bad reputation, but mostly from foreigners. Militarily, they are highly regarded, although American advisors have long tried to convince that a less violent approach to hostile civilians might work better.



Both Cambodia and Yemen share the bloody minded Indonesian attitude towards internal dissent. That might have had something to do with going to Kopassus for special operations training. Sort of a "they speak our language" thing?



Kopassus currently consists of a headquarters, two brigades of special forces (three battalions each), and an 800 man counter-terror unit. There is also a training center with 400-500 troops, and a company sized combat intelligence unit.






Kopassus from Fred on Vimeo.

pembajakan pesawat Woyla

Berikut adalah kutipan tentang pembajakan pesawat Woyla, satu-satunya pembajakan pesawat yang terjadi di Indonesia, yang dikutip dari buku biografi Benny Moerdani

Sabtu pagi 28 Maret 1981, pesawat Garuda Indonesia GA 206 tujuan Medan tinggal landas dari Bandara Talangbetutu, Palembang.Captain Pilot Herman Rante, menerbangkan DC 9 Woyla berisi 48 penumpang. Tiba-tiba, Copilot Hedhy Juwantoro mendengar suara ribut di arah belakang. Baru saja akan berpaling, seorang menyerbu kokpit sambil berteriak, “Jangan bergerak, pesawat kami bajak…”

Pembajak meminta pesawat terbang ke Kolombo, Sri Lanka. Permintaan tersebut tidak mungkin dipenuhi, sebab bahan bakar terbatas. Pembajak lantas mengatakan “Pokoknya terbang sejauh-jauhnya dari Indonesia” teriak Mahrizal, seorang pembajak.

Berita pertama pembajakan tersebar pukul 10.18, saat Captain Pilot A. Sapari dengan pesawat F28 Garuda yang baru tinggal landas dari Bandara Simpang Tiga, Pekan Baru mendengar panggilan radio dari GA 206 yang berbunyi “..being hijacked, being hijacked”. Berita tersebut langsung diteruskan ke Jakarta, berita yang mengejutkan petugas keamanan karena pada saat bersamaan juga diadakan latihan gabungan yang melibatkan semua unsur pasukan tempur di Timor-Timur hingga Halmahera. Berita tersebut diterima Wakil Panglima ABRI Laks. Sudomo yang masih berada di Jakarta. Sudomo langsung meneruskan berita tersebut kepada Kepala Pusat Intelijen Strategis Benny Moerdani yang langsung menghubungi Asrama Kopasandha (Sekarang Kopassus) yang diterima oleh Asisten Operasi Kopasandha LetKol Sintong Panjaitan. Benny memberitahu tentang dibajaknya pesawat Garuda, berapa jumlah pembajak, apa motivasinya, kemana tujuan dan apa tuntutannya masih belum diketahui “.. yang pasti, saya langsung diperintahkan menyiapkan pasukan”, kenang Sintong, yang pada saat itu kakinya digips sehingga tidak berangkat latihan gabungan.

Dari Thailand dikabarkan bahwa pesawat mendarat di bandara Don Muang, Thailand. DiJakarta Sabtu malam pukul 19.25, Kepala Bakin (sekarang BIN) Jenderal Yoga Sugomo berangkat ke Bangkok. Menurut berita yang dia peroleh, para pembajak lima lelaki berbicara bahasa Indonesia. bersenjatakan pistol, granat dan kemungkinan dinamit. Para pembajak menuntut Indonesia membebaskan tahanan Peristiwa Cicendo, komplotan Warman serta Komando Jihad. Para tahanan diminta diterbangkan disuatu tempat diluar Indonesia dan meminta uang sebesar 1.5 juta dollar AS. Jika tuntutantersebut tidak dipenuhi, mereka mengancam akan meledakkan Woyla beserta penumpangnya.

Sabtu malam pukul sepuluh lebih, Kol teddy Rusdi, Benny Moerdani dan Sudomo diterima Pak Harto DiCendana. Hasil akhir pembicaraan menyimpulkan bahwa opsi militer akan dilakukan untuk membebaskan pesawat tersebut.

Minggu pagi telepon di meja Benny berdering. Dubes Amerika Serikat Edward Masters mengkhawatirkan akan keselamatan warganya yang berada di GA 206 apabila opsi militer dilakukan. “I am sorry sir, but this is entirely an Indonesian problem. It is an Indonesian aircraft” jawab Benny. Ditegaskan Indonesia berhak mengambil segala langkah dalam meringkus pembajak dan tidak perlu izin dari negara lain. We don’t guarantee anything..”

Minggu malam pukul 21.00, setelah mendapat clearance dari pemerintah Thailand

bahwa pasukan anti teror boleh mendarat, Indonesia diizinkan mengirim pesawat terbang untuk menjemput sandera. Benny memutuskan menggunakan Garuda DC-10 Sumatera, pesawat ini lebih cepat dan lebih lama terbang dari DC 9. “..karena antisipasi pesawat yang dibajak kemungkinan akan dipakai terbang sampai ke Libya” kenang Subagyo HS yang saat itu berpangkat mayor di Grup IV Kopasandha.

Pesawat DC 10 tiba di Don Muang pukul 00.30, dengan berkamuflase menjadi pesawat Garuda yang baru terbang dari Eropa. Pesawat diparkir dilokasi yang agak jauh dari Woyla. Kendaraan pasukan angkatan udara Thailand tiba, dan seorang perwira penghubung membawa benny menemui Menlu Thailand Siddi Savitsila. Perundingan yang deadlock menyebabkan clearance untuk menyerbu pesawat tidak bisa diberikan, maka menlu Thailand mempertemukan Benny dengan PM Thailand Prem Tinsulanonda esok paginya.

Senin pagi pukul 06.00, Benny bersama Yoga Sugomo, Dubes Indonesia untuk Thailand Habib dan Dirjen Perhubungan Udara Sugiri bertemu PM Thailand dikediaman resminya. Dalam pertemuan tersebut, pada awalnya pemerintah Thailand tidak bersedia memberi izin operasi militer, sementara pemerintah Indonesia tetap meminta izin Thailand, untuk menyelesaikan sendiri pembajakan tersebut. Akhir perundingan, PM Prem menyatakan akan memberi keputusan pada pukul 11 hari itu juga. “Saya selalu menganggap nasi goreng Bangkok terenak di dunia. Maka Benny ditemani Kolonel Rosadi, atase pertahanan makan pagi, sementara lainnya pulang ke hotel. Ditempat itu Benny bertemu dengan Chief Station CIA untuk Thailand. Dalam pembicaraan yang berkembang, Benny kemudian meminjam flak jacket, karena lupa membawa dari jakarta. Tapi ternyata didalam pesawat DC-10 sudah tersedia, maka flak jacket itu tidak jadi dipakai. Meski nantinya memunculkan wacana, seolah-olah AS memberi bantuan peralatan tempur kepada pasukan Indonesia.

Selepas tengah hari clearance untuk menyerbu sudah diberikan oleh PM Prem, Benny menetapkan, serbuan akan dilakukan sebelum fajar. Tak lupa pula dia meminta petugas Garuda di Don Muang menyiapkan 17 peti mati.

Sementara itu suasana tegang semakin ganas dengan menetapkan deadline atas tuntutan mereka, Yoga dengan sabar melayani segala macam tuntutan tersebut sambil mengulur waktu. ketegangan yang sama juga terasa di kabin DC 10, menunggu adalah pekerjaan yang paling menjengkelkan. Tanpa ada pemecahan maka anak buahnya akan tegang tanpa guna, maka Sintong memerintahkan anak buahnya untuk tidur. “Hampir semuanya langsung tertidur, merasa lepas dari beban. Mereka saling mendengkur, adu keras..”
Senin malam 30 Maret 1981, pasukan anti teror satu demi satu turun dari pesawat DC 10. Sekali lagi mereka melakukan latihan ulangan menggunakan DC 9 Digul. Pada kesempatan tersebut, Sintong mengajak pilot Garuda untuk ikut menonton. Sebelum Sintong turun dari pesawat, Sintong sudah memutuskan untuk membuang tongkat penyangga kakinya. “.. masa, perwira komando, memimpin operasi dengan tongkat.” Latihan ulangan berlangsung dengan baik, semua anggota tahu apa yang harus dilakukan, Sintong memperkirakan dalam lima menit pasukannya sudah dapat menguasai pesawat.

Begitu latihan selesai, seorang pilot Garuda mendekati Sintong, “Pak.. maaf Pak”. ” Ya ada apa?” tanya Sintong ingin tahu.

” Tadi waktu bapak latihan, memang semuanya bisa demikian. kalau pintu samping dibuka dari luar, dengan mudahanak buah bapak bisa menyerbu masuk. Tetapi kalau pintu darurat yang dibuka, yang langsung keluar karet peluncur untuk pendaratan darurat..”

“Yailah..” teriak Sintong. Terimakasih, terimakasih” Bisa dia bayangkan, tanpa ada pemberitahuan tersebut, dalam penyerbuan masuk ke kabin, anak buahnya pasti berhamburan terlempar ke bawah dari pintu darurat, dihantam tangga peluncur emergency.

Sekali lagi latihan diulang. Faktor munculnya tangga penyelamat dari pintu darurat, diperhitungkan,. Dengan masukan tambahan tersebut, Sintong justru menemukan langkah penangkal. Begitu pintu darurat dibuka dari luar, seorang anggota wajib menahan munculnya tangga pendaratan darurat. Pada saat bersamaan, anggota lain sudah harus menyerbu masuk kabin.

Benny memutuskan serangan dilakukan pada pukul 03.00. Jarum jam menunjukkan pukul 02.00, pasukan sudah siap dengan perlengkapan tempur, pakaian loreng dan baret merah. Briefing terakhir sudah selesai. “Tunggu apa lagi? Saya segera perintahkan, berangkat…” kenang Sintong.

Mereka dijemput mobil. Untuk menjaga kerahasiaan, seluruh pasukan diminta berbaring dilantai kendaraan. “Saya duduk di atas anak-anak, injek-injekan” kata Benny. Sintong sangat terkejut, ketika pasukan sudah meninggalkan mobil dan berjalan menuju Woyla, tiba-tiba saja Benny menyusup masuk ke dalam barisan. Ini diluar skenario.

Tubuh Benny terlihat jelas, ditengah deretan pasukan berseragam. Dia memakai jaket hitam, tangan kanannya memegang sepucuk pistol mitraliur. Perwira tinggi tersebut nampak menonjol karena satu-satunya yang tidak berseragam dan tidak juga memakai baret merah. Sambil berbisik, Sintong memerintahkan anak buahnya yang jalan paling dekat. “So, Roso, keluarkan dia. Jangan biarkan Pak Benny ikut..”. “Pak, saya nggak berani”, jawab Letnan Suroso, juga dengan berbisik.

Sementara itu dalam pikiran Benny, “Tempat terbaik bagi saya, harus bersama mereka..”

Tentu saja dia mengabaikan kenyataan, bahwa dirinya seorang jenderal dengan tiga bintang. Benny juga bukan komandan lapangan, yang memang harus selalu ikut menanggung resiko menghadang maut digaris depan. Dia juga tidak mempedulikan, kemungkinan peluru nyasar, justru akan bisa menyeret akibat fatal.

Tetapi Benny tetap dalam doktri pribadinya. Seorang pemimpin harus bersama anak buah. Sesuatu yang memang sudah dia buktikan selama terjun dalam berbagai palagan. “Saya beranggapan, nilai politik psikologinya besar sekali. kalau pun saya ikut mati tertembak, tetap bisa membuktikan, pemerintah Indonesia tidak pernah menyerah dalam menghadapi tuntutan pembajak.”

Tepat pukul 02.45, serbuan dimulai. Menurut kesaksian penumpang, dalam kegelapan malam, semua pintu kabin pesawat segera terdengar didobrak dari luar. Sekejap kemudian bunyi tembakan riuh membangunkan seluruh isi pesawat.

Hendrik Seisen, seorang penumpang berkewarganegaraan Belanda melukiskan, “I woke up when I heard a lot of noise and what certainly looked like shooting (sic!). It seemed like in the time of two seconds the whole plane filled up with commandos..” Seisen menambahkan, “When the shooting started we ducked below the seats. I didn’t want to look. I Was terrified” Dengan cepat semua sandera dibebaskan. Pesawat Woyla sepenuhnya dikuasai Kopasandha. MImpi buruk yang dialami semua awak pesawat dan penumpang sejak sabtu pagi, berakhir selasa dini hari.

Begitu Woyla sudah berhasil dikuasai, Benny menyambar mike. “This is two zero six, could i speak to Yoga please?”

“Yes, Yoga here”

“Pak Yoga, benny ini..” teriak Benny.

“Diancuk. Neng endi kowe..?” tanya Yoga sambil mengumpat.

“Dalam pesawat Pak”

“Jangan main-main kamu..”

“Saya memang dipesawat. Sudah selesai semua, beres..”

Kecuali anggota pasukan yang dia pimpin, Benny memang tidak menceritakan rincian rencana penyerangan pembajak yang dia rancang. Juga tidak kepada Yoga.

Dalam skenario awal, pasuka anti teror akan mendobrak pintu depan kiri. Disusul pendobrakan bersama, pintu darurat dan belakang. Setelah tahap ini selesai, seluruh pasukan serentak menyerbu ke kabin. Skenario tersebut tidak sepenuhnya terlaksana runtut.

Pembantu Letnan Achmad Kirang dari arah pintu belakang sudah terlanjur masuk sebelum pintu depan didobrak. Pembajak yang berjaga di bagian belakang sempat terjaga dan langsung menembak. Akibatnya, Kirang tidak sempat menunduk ketika sebuah peluru menembus tubuhnya. Tepat kena perut, bagian yang tidak tertutup flak jacket.

Dalam pertempuran singkat di dalam pesawat tidak semua pembajak langsung tertembak mati. Sementara itu Achmad Kirang dan Captain Herman Rante justru luka parah kena peluru. Tiga pembajak tewas seketika ditangan pasukan penyerbu. Dua pembajak lain menderita luka parah. Tetapi yang paling melegakan seluruh penumpang tidak ada satu pun mengalami cedera berarti.
Selasa pagi pukul 05.00 pesawat DC 10 Sumatera meninggalkan Don Muang, membawa pulang pasukan khusus anti teror. Dua pembajak yang luka parah tidak sempat diselamatkan nyawanya oleh tim kesehatan Kopasandha. Sehingga kelima maya pembajak, Machrizal, Zulfikar, Wendy M Zein, Abu Sofyan dan Imronsayah, langsung diterbangkan ke Jakarta pagi itu pula. Sementara Achmad Kirang meninggal tanggal 1 April dalam perawatan di RS Bhumibhol, Bangkok, begitu pula CAptain Herman Rante, meninggal di Bangkok, enam hari setelah operasi penyergapan berlangsung.

Dari Udara, pemandangan kota Jakarta siang itu terasa elok. Sejak pagi masyarakat sudah dibangunkan dengan berita radio sekitar keberhasilan pasukan khusus anti teror menyergap pembajak Woyla. Semua bangga, drama mencekam selama tiga hari akibat pembajakan telah berakhir, Pemerintah Indonesia terbukti tidak mau menyerah kepada pembajak. Kabar tersebut menjadikan warga Jakarta berbondong-bondong ke Bandara Halim Perdanakusuma.

Pukul 08.00 lebih beberapa menit, roda-roda pesawat DC 10 Sumatera menyentuh landasan Halim Perdanakusuma. Benny dengan wajah serius tanpa senyum, menyelinap keluar dari pintu di ekor pesawat, tanpa memperhatikan sambutan ratusan penjemput. Baju safari warna gelap yang dia pakai, sangat kontras dengan seragam loreng berbaret merah pasukan khusus antiteror yang keluar dari pintu depan.

“It isn’t that Indonesians don’t deserve the same credit and honor that Israel and the West German commandos earned for similiar gallantry at Entebbe and Mogadishu. it is a pity because there is abroader point to be made”. Tajuk rencana koran The Asian Wall Street Journal tersebut segera menambahkan, negara-negara dunia ketiga selalu dianggap tidak pernah memiliki disiplin dan tidak bisa bekerja dengan efisien. Demikian juga umumnya komentar terhadap penampilan tentara Indonesia. “well it took a high order of soldiering to rescue a planeload of hostages without taking one innocent life”. Lebih lanjut koran tersebut menunjukkan, “From hijack to the last gun shot, the entire operation lasted about 60 hours. It required a high degree of organisation and planning. It also required courage, efficiency and discipline”.

Seorang anggota pasukan anti teror, TJP Purba ketika diwawancara koran The Bangkok Post mengatakan, “Our principle is simple, silent, decisive and aggressive”

Sebagai tambahan informasi, pasukan Kopasandha yang melakukan penyerbuan pesawat Woyla menjadi embrio terbentuknya unit anti teror di Kopassus saat ini, yaitu Sat 81 Gultor


sumbernya http://adiewicaksono.wordpress.com/2...operasi-woyla/

KOPASUS DAN SEJARAHNYA





Discovery Channel Military edisi Tahun 2008 pernah membahas tentang pasukan khusus terbaik di dunia (TOP ELITE SPECIAL FORCES IN THE WORLD). Seluruh pasukan khusus didunia dinilai kinerjanya dengan parameter menurut pendapat dari berbagai pengamat bidang militer dan ahli sejarah. Posisi pertama di tempati SAS (Inggris), peringkat kedua MOSSAD (ISRAEL) lalu peringkat ketiga adalah KOPASSUS (Indonesia). Narator dari Discovery Channel Military menjelaskan mengapa pasukan khusus dari amerika tidak masuk peringkat terhormat. Itu karena mereka terlalu bergantung pada peralatan yang mengusung teknologi super canggih, akurat dan serba digital. Pasukan khusus yang hebat adalah pasukan yang mampu mencapai kualitas sempurna dalam hal kemampuan individu. Termasuk didalamnya kemampuan bela diri, bertahan hidup, kamuflase, strategi, daya tahan, gerilya, membuat perangkap, dan lain2nya. Kemampuan yang tidak terlalu mengandalkan teknologi canggih dan Skill di atas rata-rata pasukan luar Elit luar negeri lainnya menjadi nilai plus dari KOPASSUS.Itu pula yang menimbulkan anggapan 1 prajurit KOPASSUS setara dengan 5 prajurit reguler.

Mungkin karena itu pula kenapa sekitar Tahun 90-an Amerika Serikat keberatan dan Australia ketakutan ketika Indonesia akan memperbesar jumlah anggota Kopassus.







Sebagian Kecil prestasi dan Kiprah Kopassus:

1. Kopassus juga juara satu sniper dalam pertemuan Pasukan Elite Asia Pasific Desember 2006. Dengan hanya mengandalkan senjata buatan Pindad! Nomor 2-nya SAS Australia.
2. Kopassus menempati urutan 2 (dari 35) dalam hal keberhasilan dan kesuksesan operasi militer (intelijen – pergerakan – penyusupan – penindakan) pada pertemuan Elite Forces in Tactical, Deployment and Assault di Wina Austria. Nomor satunya Delta Force USA.
3. Negara-negara afrika utara hingga barat sekarang memiliki acuan teknik pembentukan dan pelatihan pasukan elite mereka. 80% pelatih mereka dari perwira-perwira Kopasus.
4. Pasukan Paspampres Kamboja adalah pasukan Elit yang di latih oleh Kopassus.
5. Pada perang Vietnam, para tentara Vietkong meniru strategy KOPASSUS dalam berperang melawan Amerika Serikat yang mengakibat kan kekalahan Pasukan Amerika yang mempunyai persenjatan canggih dan lengkap. Kekalahan ini membuat Amerika serikat malu di mata dunia.

Sejarah singkat Kopassus
Sejak Pengakuan Kedaulatan RI oleh Belanda tgl 27 Desember 1949 dan beberapa Pemberontakan di wilayah Indonesia (APRA, Andi Azis, RMS) mengilhami dibentuknya Satuan Pemukul Fleksibel yang cepat dan tepat dalam menghadapi sasaran dan medan yang berat. Pembentukan Satuan tersebut dipelopori oleh Letkol Slamet Riyadi dan dilanjutkan oleh Kolonel A.E. Kawilarang sebagai Pejabat Panglima Tentara dan Teritorium-III/SLW.

Melalui Instruksi Panglima Tentara dan Terirorium-III/SLW tanggal 16 April 1952 dengan terbentuknya Kesatuan Komando Teritorium-III/SLW yang merupakan cikal bakal “Korps Baret Merah” :

1. Tahun 1953 diubah menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD)
2. Tanggal 25 Juli 1955 KKAD diubah menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKD)
3. Tahun 1956 dengan dibuka pendidikan terjun payung maka RPKD diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD)
4. Tanggal 12 Pebruari 1966 RPKAD diganti menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (PUSPASSUS TNI AD)
5. Tanggal 17 Pebruari 1970 PUSPASSUS TNI AD diubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (KOPASANDHA)
6. Tanggal 21 Mei 1985 KOPASANDHA diubah menjadi Komando Pasukan Khusus (KOPASUS) s.d. sekarang

Inilah 5 Besar Pasukan Elite Dunia

1. England SAS (Special Air Service)
Adalah resimen pasukan khusus dalam Angkatan Darat Inggris yang pernah menjadi model bagi pasukan khusus dari negara-negara lain. SAS membentuk bagian signifikan Pasukan Khusus Kerajaan Inggris Special Boat Service (SBS), Special Reconnaissance Regiment (SRR), dan Pasukan Special Support Group (SFSG).
Beladiri : Gon-Ryu Karate
Alumni : Bear Grylls ( ada di acara discovery channel Survival expert)

2. Mossad Israeli
He Mossad (HaMossad leModi’in uleTafkidim Meyuchadim) Mossad bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen dan operasi-operasi rahasia termasuk kegiatan paramiliter. Ini adalah salah satu entitas utama dalam Komunitas Intelijen Israel, bersama dengan Aman (intelijen militer) dan Shin Bet (keamanan internal), tetapi direktur melapor langsung kepada Perdana Menteri. Peran dan fungsi yang sama dengan Central Intelligence Agency (CIA) dan Secret Intelligence Service (SIS).
Beladiri : Israeli Krav Maga
Alumni : Eitan Rafi (Sekarang beliau udah jadi salah satu pasukan perdamaian dunia)
Moto : “Cegah serangan pertama, netralkan lawan, buatlah mereka melihat mimpi buruk akan hal yang mereka perbuat.” -Ron Radjik

3. Indonesian KOPASSUS
Kopassus, (a portmanteau of “Komando Pasukan Khusus”: atau “Special Force Command” adalah pasukan khusus Angkatan Darat Indonesia. kelompok yang melakukan misi operasi khusus bagi pemerintah Indonesia, seperti tindakan langsung: konvensional perang, sabotase, kontra-pemberontakan: kontra-terorisme, dan pengumpulan intelijen. Kopasus ini didirikan pada tanggal 16 April 1952.
Beladiri : Merpati Putih
Alumni : 3 terbaik dari KOPASUS telah dijadikan pasukan perdamaian dunia
Moto : Berani, Benar, Berhasil.

4. Russian Spetsnaz
Special Force Resimen Rusia atau Spetsnaz, Specnaz (bahasa Rusia: pengucapan ; sptsnastr: Voyska spetsialnogo naznacheniya; adalah istilah umum untuk “pasukan khusus” dalam bahasa Rusia, secara harfiah ” tujuan khusus “. Pasukan khusus Rusia tersebut dapat secara khusus mengacu ke setiap elit atau unit Spetsnaz di bawah subordinasi Dinas Keamanan Federal (FSB) atau Rusia Pasukan Internal Departemen Dalam Negeri, dan unit dikontrol oleh dinas intelijen militer GRU.
Beladiri : Russian Sambo
Moto : “hahaha Betapa bodoh nya mereka yang ingin membunuh kami dengan cara mereka, mereka hanya tidak tahu bahwa darah yang akan bertumpahan nantinya berasal dari mereka sendiri. Mereka hanya tidak tahu… itu saja.”

5. French GIGN
Intervensi Gendarmerie Nasional Group, biasa disingkat GIGN (bahasa Perancis: Groupe d’Intervention de la Gendarmerie Nationale), adalah elite Gendarmerie Perancis Operasi Khusus kontra-terorisme dan penyelamatan sandera unit; itu adalah bagian dari kekuatan militer yang disebut Gendarmerie. Bahkan jika para anggotanya milik militer, mereka sekarang dituntut dengan tugas-tugas polisi urbanised di luar daerah. Dengan demikian unit GIGN ditingkatkan lebih dekat dengan tim SWAT daripada unit militer murni seperti tentara Inggris SAS. Para operator akan dilatih untuk mengikuti peraturan polisi dan mencakup negosiasi dan penyelidikan spesialis.
Beladiri : Savate

sumber: kaskus.us, letkolexcent.wordpress.com, bismania.com

kopasus They Did It In 81 Seconds!


It was one of Indonesia’s Elite Force (Kopassus). The hostages liberation by Kopassus was broadcasted LIVE in some countries, around 200 international journalist, reporter were covering the rare event at
Bangkok Don Muang Int’l Airport. AND THEY DID IT IN ONLY 81 SECOND. It
was WORLD’S MOST SUCCESSFUL ANTI-TERRORIST OPERATION IN THE WORLD, and
followed by GSG (Germany) in Ethiopia, and Israel Special Force in
Tanzania (if I am not mistaken). The 30 strong commando team member was
led by Sintong Pandjaitan.

On 28th March 1981, Garuda Indonesian Airlines Flight GA 206, by DC-9 “Woyla” was en route from Palembang to Medan, a domestic flight between two Indonesian cities. The plane had flown from Jakarta at 08:00, was
in transit to Palembang, and from there was scheduled to make the trip
to its final destination at Medan, arrival time estimated 10:55.

Once in the air, however, two passengers got up from their seats. One went to the cockpit while the other stood in the aisle. Moments later, by 10:10, Woyla was completely under the control of five hijackers, all
armed. The hijacker in the cockpit ordered the pilot to fly the plane to
Colombo, Sri Lanka, but the pilot said that the fuel wouldn’t be
sufficient to travel that distance. Then the plane was then flown to
Penang, Malaysia.

The terrorists are from Jihad Commando group, radicals responsible for raids on police stations, military bases, and various acts of sabotage in Indonesia from 1977-1981. In the midday, Indonesian
government went on red alert. Indonesia had never dealt with serious
hijacking before. The first case ever was in 1974, when a desperate
Marine hijacked a domestic flight for money, then he was killed by the
pilot himself. In an effort to familiarize themselves with the layout of
the aircraft, later that evening the newly created Indonesian’s Special
Force, Kophasanda (now Kopassus), borrowed another DC-9 from Garuda
Airlines and used it for combat training.

Woyla has left Malaysia after refueling, bound to Don Muang, Thailand. An old female passenger was allowed to go in Malaysia. The terrorists have declared their demand: The release of Jihad
Commandos that have been imprisoned by Indonesian government, and US $
1.5 million. They also demand a plane is prepared for the released
prisoners, to an yet unspecified destination. They have bomb set on the
plane. Things get harder for the Kophasanda commander. He suspects that
the plane will be flown to a state in Middle East. But as the plane has
been relocated from Malaysia, the step was going further for him.

Also, US Ambassador has called him and told him that US really counts on him to the safety of American citizens abroad the flight. In 21:00, 29th March, 35 members of Kophasanda left Indonesia in a DC-10, all
wearing civilian clothes. Thailand government itself didn’t agree much
on Indonesian choice to use military force. They preferred negotiation,
the same way that ended the taking of Israeli embassy in Bangkok by
Black September terrorists back in 1972. Finally, they let the military
way, considering that the owner of the aircraft is Indonesian
government, and all the terrorists are Indonesian nationals, from an
extremist group. The CIA chief of station in Thailand met later with
Kophasanda to lend them flak jackets and breaching kits for the assault.

An American journalist on the top of a bus surrounding Don Muang, woke his comrades, international journalists from Indonesia, US, Thailand, Japan, Singapore, West Germany, France, and Australia. 500
meters from Woyla, armed soldiers walked silently in the bushes. The
plan was, blue team and red team would climb the wings then wait at the
side doors. The windows of the plane have been blinded. While green team
will breach the rear door, all will enter at the same time at the
go-code.

02:43 Thailand commando team also moves in, waiting on the runway to prevent the possibility of escaping terrorists.
02:43 The go-code is given. The three teams enter, but not at the same
time. Green team entered first, only to find that a terrorist was alert
in the rear side of the plane. The terrorist fired, striking one assault
team member in an area of his stomach unprotected by his flak jacket.
Blue team and red team then entered, shot 3 terrorists on sight, as the
passengers ducked and closed their eyes. The commando team shouted to
the passengers, telling them to rush out. A hijacker, with grenade in
hand, also ran outside and tried to throw it. But other passengers
pinpointed him and the commando team finished him before the front door.
The last terrorist was killed outside the plane.
02:45 With the area secure, paramedics immediately rushed to the plane
to try and save the pilot who had accidentally been shot by a terrorist
during the raid.

All terrorists aboard were killed. The Asian Wall Street Journal, as well as Asian and European papers praised the good work by Indonesian Special Force – Kopasandha (now Kopassus). Indonesian
intelligence itself later declared that the main goal of the terrorists’
organization was to throw the government and to create an different
kind of state in Indonesia.

SUKHOI PERFORMANCE VIDEO












EKSEKUSI TANAH PAL2 MANADO (KELUARGA BESAR PINONTOAN)

sumber manado post

sumber tribun news




yup seneng banget akhirnya semuanya kembali lagi sekian tahun menunggu akhirnya terwujud pula untuk semua yg telah mensupport dalam hal kasus sengketa ini sampai kembalinya ke asalnya beribu2x terima kasih kami ucapkan
special thanks to:
Johny politon S.H
Shirley Pinontoan (my mom)
Meity pinontoan
Fanny Hatibie (my brother)

dan yg lain yg tidak dapat disebut 1/1 JUST WANNA SAY ....THANK U VERRY MUCH