Bagaimana Mesin Propaganda Israel Membentuk Opini Dunia?
Gambar yang disebar militer Israel untuk membangun opini sesat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Lalu bagaimana mesin propaganda Israel bekerja dalam pembantaian relawan di Kapal Mavi Marmara? Sebuah artikel menarik ditulis Antony Lerman di situs guardian.co.uk edisi 4 Juni 2010. Di situ dia menceritakan bahwa sesaat sebelum penyerangan terjadi, Israel telah memutus semua jenis komunikasi dari kapal yang ikut konvoi ke pihak lain.
Pemutusan alur komunikasi ini dilakukan Israel atas kesadaran yang tinggi akan pentingnya peran informasi dalam membentuk citra di dunia internasional. Dengan pemutusan itu, maka dunia tidak bisa menyaksikan secara jelas apa yang sesungguhnya terjadi saat itu. Kesaksian para relawan yang diungkapkan secara lisan, tidaklah bisa mewakili kondisi yang sesungguhnya secara tepat.
"Gambar-gambar yang disiarkan Al Jazeera, IHH, maupun sumber lain sesaat sebelum penyerangan, tidak begitu jelas," tulis Lerman dalam artikel itu. Dalam gambar itu hanya terlihat orang terluka, helikopter, dan pasukan yang sedang menembak. Gambar-gambar itu tidak bisa secara detil menghadirikan kepada publik, kondisi yang sebenarnya terjadi.
Saat komunikasi dari kapal terputus, Israel kemudian menyebarkan berbagai gambar yang diperolehnya saat peristiwa tersebut terjadi. Tentu saja, gambar itu sudah mengalami proses editing yang harus menguntungkan pihak Israel. Kemudian militer Israel menayangkan gambar-gambar manipulatif itu di situs Youtube.
Video di situs tersebut menggambarkan pasukan Israel yang terjadi dari helikopter dan dihadang oleh para relawan di geladak kapal. Kemudian di video itu diberi keterangan-keterangan yang menempatkan tentara Israel sebagai 'korban'. Misanya dalam video itu tertulis, kalimat 'para aktivis memukuli tentara Israel dengan besi'.
Sama sekali di situ tidak dijelaskan bagaimana tentara Israel secara membabi buta menembaki para relawan. Kekejaman Israel terhadap para relawan ditutup rapat dan diputarbalikkanya sedemikian rupa agar relawan menjadi terlihat sadis.
Sialnya, video yang dirilis militer Israel ini hingga Selasa petang sudah diklik hampir 2 juta kali. Betapa banyak warga dunia yang menyaksikan video manipulatif itu. Video-video lain yang terkait dengan Mavi Marmara, belum ada yang diklik sebanyak itu.
Lagi-lagi agenda Israel untuk memainkan propaganda pun berjalan saat relawan diturunkan di Ashdod dan dipenjara. Mereka hanya diberikan akses komunikasi secara terbatas. Perangkat perekam yang dibawa para relawan maupun wartawan pun disita militer Israel. Dengan demikian, tidak ada lagi gambar versi relawan yang bisa disiarkan kepada publik.
Kemudian Israel pada kesempatan itu juga merilis gambar saat para relawan yang terluka diangkut ke helikopter untuk dirawat. Lewat gambar ini, Israel seolah-olah ingin menampilkan wajah kemanusiaannya.
Adakah semua cara itu membawa hasil? Meski dijalankan penuh rencana, ternyata propaganda itu tidak berhasil menjadikan citra Israel di mata dunia menjadi positif. Setelah kejadian itu, unjuk rasa mengutuk Israel berlangsung di berbagai belahan penjuru dunia. Sayangnya, kekuatan unjuk rasa itu belum juga berhasil menjadikan Israel mengakhiri blokade Gaza. warga Gaza masih terus berteman dengan derita yang berkepanjangan. (habis)
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/10/06/10/119227-bagaimana-mesin-propaganda-israel-membentuk-opini-dunia-3habis
0 comments share
Bagaimana Mesin Propaganda Israel Membentuk Opini Dunia? (2)
Jun 10, '10 12:00 AM
for everyone
Bagaimana Mesin Propaganda Israel Membentuk Opini Dunia? (2)
Rabu, 09 Juni 2010, 09:48 WIB
passia.org
Edward Said, tokoh yang banyak mengungkap propaganda Israel
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dalam artikel berjudul Propaganda and War itu, Edward Said juga mengungkapkan bahwa dengan dana tersebut, Israel membayai perjalanan gratis bagi para jurnalis dari seluruh dunia. Dengan kemampuan teknologinya, Israel mampu mengidentifikasi secara personal masing-masing jurnalis yang hendak diundang dalam kunjungan itu. Mereka mampu menuliskan nama jurnalis dengan ejaan yang tepat, alamat email, bahkan nomor kontak jurnalis yang bersangkutan.
Tak hanya jurnalis, Israel juga sanggup membiayai kunjungan para anggota parlemen, pengamat, juga para feminis ke wilayahnya. Dengan dana yang dimiliki, menurut Edward Said, Israel bahkan juga membiayai kampanye pemilu untuk membentuk opini yang mereka inginkan. Sebagai negara besar, Amerika menjadi sasaran utama dalam melancarkan propaganda.
Hasil dari propaganda Israel terhadap masyarakat Palestina itu diungkapkan Edward Said dengan mengutip jajak pendapat yang dilakukan Komite Antidiskriminasi Arab-Amerika. Dari jajak pendapat itu terungkap bahwa mayoritas responden menganggap Israel sebagai panglima demokrasi. Namun demikian, 73 persen dari responden menyetujui adanya negara Palestina.
Satu hal yang dinilai Edward Said mengherankan adalah jawaban mayoritas responden saat ditanya soal persepsi mereka terhadap Palestina. Mereka tetap memberikan citra negatif terhadap Palestina. Kebanyakan responden menganggap Palestina sebagai pihak yang agresif, tidak mau kompromi, dan musuh mereka. Mayoritas responden juga percaya bahwa Palestina sebagai pihak yang mengganggu perdamaian.
Holocaust dan 'kesulitan' yang kini dihadapi Israel menjadi pesan yang sangat dominan dalam proses propaganda. Tidak hanya melalui berita di media massa, isu holocaust juga terus dipelihara melalui museum dan monumen yang dijadikan simbol penderitaan warga Yahudi. Bom bunuh diri maupun ledakan roket di permukiman warga Yahudi juga terus dieksploitasi untuk menunjukkan bahwa warga Israel sedang berada dalam posisi menderita.
Paul Craig Roberts dalam artikelnya yang berjudul Jimmy Carter Spekas Thruth to Propaganda mencatat bahwa Israel telah berhasil mencuci otak warga Amerika lewat propagandanya. Menurut Paul, sedikitnya 90 persen warga Amerika yang mengamati konflik di Palestina mendapatkan sumber informasi dari jalur propaganda Israel. Dari data ini dia menyimpulkan bahwa Israel sudah berhasil mengontrol arus informasi. Kekuatan lobi pun sudah berhasil menjadikan setiap pihak yang mengritik Israel sebagai kalangan yang antisemit yang hendak menghadirkan holocaust kedua. (bersambung)
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/10/06/09/119041-bagaimana-mesin-propaganda-israel-membentuk-opini-dunia-2
0 comments share
Bagaimana Mesin Propaganda Israel Membentuk Opini Dunia? (1)
Jun 9, '10 11:58 PM
for everyone
Bagaimana Mesin Propaganda Israel Membentuk Opini Dunia? (1)
Selasa, 08 Juni 2010, 21:29 WIB
ap
Gambar yang disebar Militer Israel untuk membentuk opini bahwa relawan di Kapal Mavi Marmara telah menyiapkan penyerangan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Seperti halnya konflik di wilayah lain, konflik Israel-Palestina juga tidak lepas dari propaganda. Kedua pihak yang terlibat konflik memanfaatkan informasi dan media massa untuk mencapai tujuan masing-masing. Lewat upaya tersebut mereka menghendaki adanya dukungan terhadap penyerangan yang mereka lakukan. Ini dibuktikan dengan ditetapkannya juru bicara dari masing-masing pihak yang berkonflik untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas.
Dari sisi Palestina, baik organisasi pembebasan Palestina, PLO, maupun Hamas berupaya semaksimal mungkin untuk mempengaruhi masyarakat bahwa pendudukan Israel tidak bisa dibenarkan. Lewat gerakannya, pendiri PLO terus berupaya menyampaikan informasi kepada masyarakat dunia untuk mendapatkan dukungan. Hal yang sama juga dilakukan para pemimpin Hamas untuk menunjukkan bahwa Israel tidak memiliki hak untuk menguasai Palestina.
Proganda yang dijalankan oleh pihak Palestina cenderung konvensional. Langkah yang mereka tempuh sangat mengandalkan kemampuan para pemimpin Palestina untuk menyampaikan informasi soal situasi yang dihadapinya. Selebihnya, mereka mengandalkan ketertarikan media massa untuk menayangkan gambar maupun informasi soal kesulitan yang dihadapi rakyat Palestina akibat penyerangan-penyerangan Israel. Ini terkait dengan posisi mereka yang sedang diserang. Para pemimpin Palestina, terutama dari kelompok Hamas, harus memperhatikan betul keselamatan dirinya yang selalu menjadi incaran pasukan Israel.
Selain faktor keamanan, kondisi tersebut juga terkait dengan keterbatasan sumber daya yang mereka miliki. Palestina tidak memiliki cukup banyak dana seperti Israel untuk mendesain dan menyebarkan informasi lewat media massa berpengaruh. Mereka juga tidak punya cukup kekuatan lobi untuk mempengaruhi opini masyarakat dunia, terutama warga negara maju.
Namun demikian, lewat informasi yang disampaikannya mampu mengundang simpati masyarakat dunia, terutama dari negara berpenduduk Islam. Tidak hanya dukungan moral, warga Muslim dari beberapa negara berpenduduk Islam seperti Indonesia, Malaysia, Iran, Turki, dan sebagainya, juga mengumpulkan sumbangan dana untuk mendukung Palestina. Donasi untuk Palestina juga mengalir dari masyarakat Muslim di negara-negara Barat.
Sebaliknya, Israel menempuh berbagai cara untuk melancarkan propaganda. Para pemimpin Israel tidak hanya mengandalkan kemampuannya dalam menyampaikan pesan, tapi juga ikut mempengaruhi para pengelola media massa untuk memberikan dukungan. Erward Said dalam artikel opini yang dimuat dalam buku kompilasi From Oslo to Iraq and Roadmap mengungkapkan bahwa Israel telah membelanjakan ratusan miliar dolar untuk membiayai penyampaian informasi ke dunia luar. (bersambung)
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/10/06/08/119006-bagaimana-mesin-propaganda-israel-membentuk-opini-dunia-1
0 comments share
Tujuan Akhir Zionisme Mendirikan Kerajaan Daud dan Sulaeman
Jun 9, '10 10:50 PM
for everyone
Tujuan Akhir Zionisme Mendirikan Kerajaan Daud dan Sulaeman
Kamis, 18/02/2010 12:35 WIB |
Koalisi antara fundamentalis sayap kanan di Israel, Partai Likud yang dipimpin Perdana Menteri Benyamin Netanyahu dengan Partai Yisrael Beiteneu yang dipimpin Menlu Avigdor Lieberman, serta semakin populernya sayap kanan di mata rakyat Israel, ini menandakan kecenderungan rakyat Israel memiliki pandangan yang sama dengan para pemimpin sayap kanan, yang memiliki cita-cita ingin membangun Israel Raya.
Tak aneh bila Israel terus menolak langkah-langkah perdamaian yang didorong oleh AS, yang sebenarnya sudah sangat menguntungkan bagi kepentingan masa depan Israel. Gagasan dua negara Palestina-Israel, yang digagas oleh AS itu, tak mempengaruhi pemimpin Israel, khususnya sayap kanan, yang sekarang berkuasa. Netanyahu menolak mentah-mentah gagasan dua negara itu. Gagasan dua negara itu, hanyalah akan menjadi malapetaka bagi keamanan Israel.
Hakikatnya politik Zionis itu, tak lain, bangkitnya kembali entitas Yahudi, yang diaspora (terpencar-pencar) di seluruh dunia, dan menyatu kembali ke dalam satu bangsa, dan hidup di tanah yang ‘dijanjikan’, Palestina. Gerakan Zionisme itu meniru gaya penjajahan Barat secara politis. Selama beberapa dekade gerakan Zionisme itu, belajar dan berkhidmat kepada Barat dan mewujudkan kepentingan-kepentingan bersama antara keduanya. Maka, sangatlah wajar, bila sekarang terjadi apa yang disebut dengan ‘mutualisma simbiosa’ antara Zionisme dengan Barat.
Gerakan Zionisme itu mempunyai tujuan akhir yang hendak diwujudkan, dan bukan hanya ingin mendirikan negara Israel Raya, tetapi mempunyai tujuan yang lebih luas diantaranya :
1.Gerakan Zionisme mempunyai tujuan akhir mendirikan Kerajaan Nabi Dawud dan Sulaiman, yang menjadi sebuah mitos dikalangan masyarakat Yahudi, dan dibangun oleh kalangan Zionis, yang sangat aktif secara politik dan ideologi.
2.Melakukan penguasaan sumbe daya ekonomi dan sumber daya alam vital guna menunjang gerakan, terutama bagi membangun negara yang menjadi ‘Kerajaan’ Nabi Dawud dan Sulaeman.
3.Menanamkan doktrin Zionisme kepada seluruh orang-orang Yahudi di seluruh dunia, tentang doktrin tanah yang dijanjikan, Palistina, dan menjadi hak mutlak bagi mereka. Karena itu, tak ada entitas lainnya, yang mempunyai hak hidup di wilayah itu.
4.Karakter hubungan saling berkaitan antara politik dan ekonomi itu, sudah menjadi ideologi Zionisme yang mapan, dan sangat mempengaruhi dalam setiap gerak dan langkah, yang mereka lakukan. Karena itu, setiap gerakan Zionisme berusaha melakukan penguasaan terhadap setiap pemerintahan di dunia, dan menguasai ekonomi mereka.
5.Menciptakan langkah-langkah strategis, yang tujuan melemahkan perjuangan bangsa Arab dan Islam dalam menghadapi Zionis-Israel dengan politik adu-domba (divide at impera), dan menanamkan sekulerisme, yang menghilangkan fanatisme terhadap agama (Islam), dan mendorong agar paham pluralisme itu menjadi ideologi. Dengan cara itulah gerakan-gerakan yang menentang Zionisme akan menjadi lemah. Karena masyarakat muslim sudah tidak lagi memiliki keyakinan terhadp agama mereka.
Gerakan Zionisme ini berdiri kokoh diatas landasan yang substansial, bahwa Yahudi itu bukan sekedar konsep agama, melain juga negara yang didukung dengan ideologi menjajah melalui cara penguasaan, baik secara politik, ekonomi, yang ditopang dengan ideologi. Inilah hakekat Zionisme yang ada ini.
Tak bakal lahir Palestina yang merdeka, hanya mengandalkan belas kasihan Israel, seperti apa yang sudah dilakukan Mahmud Abbas dan Organisasi Al-Fatah sekarang, yang benar-benar mengabdi kepada Israel. Tak juga dengan perundingan dan perdamaian yang akan menghasilkan sebuah cita-cita kemerdekaan, karena Israel tak menginginkan Palestina menjadi sebuah entitas politik yang eksis dan berdaulat. Israel hanyalah menginginkan Palestina itu, sebagai sebuah bangsa kelas dua, yang hidupanya tergantung oleh belas kasihan Israel.
Inti sari konsep Zionisme itu, tak lain, adalah sikap panatisme dan ortodok, yang sangat mendalam, yang tidak mungkin akan berubah. Mereka memiliki gambaran yang ideal tentang negara, yang membentang dari Sungi Nil (Mesir) sampai Sungai Eufrat (Irak). Inilah yang menjadi bentuk kerajaan Nabi Dawud dan Sulaimen, di era Benyamin Netanyahu sekarang ini.
Apakah konsep Zionisme yang membangun kerajaan Dawud dan Sulaiman itu sudah terwujud? Secara teritori (wilayah) negara mungkin belum. Tetapi, secara substansi (hakekat), sejatinya negara-negara tetangga Israel itu sudah menjadi wilayah negara Israel. Karena, negara-negara di sekeliling Israel itu, sudah mengabdi kepada kepentingan Israel. Mereka tidak merupakan sebuah negara yang berdaulat yang dapat menentukan kebijakannya secara bebas.
Kasus yang sangat kasat mata, seperti ketika Israel menyerang Gaza, tak ada satupun, negara Arab di sekelilingnya yang berani menentang Israel, tapi yang ada justru mereka mendukung tindakan agresi Israel ke wilayah Gaza, yang bertujuan untuk menumpas ‘teroris’ Hamas. Para pemimpin Arab, seperti Presiden Mesir Hosni Mubarak, Raja Arab Saudi Abdullah, Raja Jordania Abullah, dan Presiden Suriah Bashar Assad, dan Presiden Lebanon Rafiq Hariri, mereka membiarkan rakyat Palestina dihancurkan oleh Israel.
Jadi Kerajaan Dawud dan Sulaeman hakikatnya sudah berdiri di tanah Arab, yang membujur dari sungai Nil (Mesir) sampai ke sungai Eufrat (Iraq). Meskipun, wilayah itu masih mempunyai pemerintahan, presiden, raja, tapi semuanya mengabdi kepada Zionis Israel. (m/berbagai sumber)
http://eramuslim.com/berita/tahukah-anda/tujuan-akhir-zionisme-mendirikan-kerajaan-daud-dan-sulaeman.htm
0 comments share
"Kidon", Unit Mossad yang Khusus Membunuh dan Menculik
Jun 9, '10 10:49 PM
for everyone
"Kidon", Unit Mossad yang Khusus Membunuh dan Menculik
Tuesday, 23/02/2010 10:46 WIB
Pembunuhan terhadap tokoh penting gerakan perlawanan Islam Hamas yang juga salah seorang pendiri Brigade Izzuddin Al-Qassam Mahmud Mabhuh di sebuah hotel di Dubai bulan lalu, tidak ayal telah menaikkan kembali nama Mossad sebagai agen mata-mata rahasia yang konon paling canggih di dunia saat ini, dan sekaligus menjatuhkan citra kecanggihan dari agen-agen Mossad tersebut dalam menjalankan aksinya.
Bahkan sebagian kalangan menyebut aksi Mossad membunuh Mabhuh sebagai aksi para agen amatiran yang hidup di masa lalu dan menggunakan teknik-teknik yang sudah tidak layak digunakan lagi di era canggih saat ini.
Hanya dengan kamera CCTV yang terpasang di hotel, polisi Dubai dapat mengidentifikasi para pembunuh Mabhuh yang berjumlah 11 orang.
Operasi intelijen Mossad dalam membunuh Mabhuh, ternyata dilakukan oleh satu unit khusus yang ada di tubuh Mossad yaitu Unit "Kidon".
"Kidon" (yang berarti Bayonet dalam bahasa Ibrani) adalah nama salah satu departemen atau unit di dalam tubuh Mossad Israel. Unit "Kidon" ini termasuk salah satu unit pasukan Mossad yang paling terlatih, mereka sering menggunakan cara-cara penyamaran dalam aksinya, serta mereka mampu bekerja keras di bawah tekanan fisik dan psikologis. Dan tentunya anggota Kidon memiliki LK (License to Kill) izin boleh membunuh dari pemerintah Israel.
Unit "Kidon" di dalam tubuh Mossad mempunyai spesialisasi dan bertanggung jawab penuh dalam operasi-operasi pembunuhan dan penculikan terhadap tokoh-tokoh atau orang-orang yang dianggap menjadi musuh Israel.
"Kidon" di duga kuat menjadi aktor di belakang aksi-aksi pembunuhan balas dendam Israel dalam sebuah operasi yang bernama "Operation Wrathof God", di mana agen-agen Israel melakukan aksi balas dendam dengan melakukan aksi pembunuhan terencana dan rahasia terhadap tokoh-tokoh Palestina yang terlibat dalam pembantaian terhadap atlit-atlit Israel di Olimpiade Munich tahun 1972. Aksi-aksi agen "Kidon" Mossad membunuh tokoh-tokoh Palestina digambarkan secara dramatis oleh Hollywood lewat sebuah film berjudul "Munich" yang diperankan oleh seorang aktor Yahudi bernama Erick Bana.
Menurut seorang penulis Israel Aaron Klein, "Kidon" sebelumnya dikenal sebagai "Caesarea" sampai akhirnya terjadi reorganisasi unit Mossad tersebut pada pertengahan tahun 1970-an.
Walau dianggap unit Mossad yang paling terlatih dan canggih, "Kidon" juga tidak selalu berhasil melakukan misinya. Terbukti pada era 90 an, unit Mossad ini bisa gagal melakukan pembunuhan terhadap tokoh Hamas Khalid Misyal di Yordania. Bukan hanya gagal, anggota unit "Kidon" Mossad juga dapat dilumpuhkan oleh pengawal-pengawal Misyal, sehingga agen-agen Mossad tersebut bisa ditangkap dan diserahkan ke pihak berwenang Yordania. (fq/berbagaisumber)
http://eramuslim.com/berita/tahukah-anda/kidon-unit-mossad-yang-khusus-membunuh-dan-menculik.htm
0 comments share
Terorisme Berakar Dari Zionisme
Jun 9, '10 10:47 PM
for everyone
Terorisme Berakar Dari Zionisme
Monday, 08/03/2010 15:50 WIB |
Manusia yang masih memiliki akal sehat (common sense), pasti akan bertanya-tanya dengan penuh rasa ingin tahu, mengapa orang-orang Yahudi, tak pernah henti-hentinya menumpahkan darah umat manusia. Kapan saja dan di mana saja. Bukan hanya di Palestina dan Timur Tengah. Tapi seantero jagad, setiap terjadi perang, dan kekejaman, pasti dibelakangnya ada tangan-tangan Yahudi.
Perang di Timur Tengah, semenanjung Arabia, yang terus menggelegak, bahkan kalau diurut ke belakang, terbunuhnya para sahabat, tak terlepas tangan-tangan jahat Yahudi. Di era sekarang ini, hancurnya Palestina, Iraq, Afghanistan, Balkan, dan kehidupan carut-marut secara global, kerusakan moral, ekonomi, dan budaya hedonis, semuanya adalah rekayasa Yahudi. Orang-orang Yahudi, yang menggunakan ideologi Zionisme, terus melakukan langkah-langkah penghancuran terhadap kehidupan umat manusia, sampai umat manusia itu menjadi budak orang-orang Yahudi.
Karena itu, kekerasan itu sudah melekat dan menjadi ideologi mereka. Prinsip-prinsip kekerasan dan kekejaman,yang menggunakan cara-cara teror itu, termaktub dalam agama Yahudi, seperti dijelaskan dalam kitab Taurat, versi Yahudi, antara lain, “Ketika kita mendekati kota untuk memeranginya, maka kita ditawari perdamaian. Maka sesungguhnya bila kamu merespon dengan positif hal itu, maka segala sesuatu terbuka bagimu. Dan setiap bangsa yang ada di sana menjadi pihak dapat dimanfaatkan dan diperbudak. Dan bila mereka tidak menyerah dan kamu berperang dengannya, maka kepunglah. Bila Tuhan menolongmu, maka bunuhlah setiap orang laki-laki dengan kekejaman pedang. Adapun, wanita, anak-anak, binatang ternak, dan setiap apa yang ada di kota semua menjadi harta rampasanmu. Dan kamu menghapuskan kezaliman musuh-musuhmu yang diberikan oleh Tuhanmu. Demikianlah kamu berlaku terhadap semua kota yang jauh sekali darimu yang bukan kota mereka, kecuali mereka yang ada disisni, hingga sampai ke kota bangsa-bangsa lain, yang diberikan Tuhanmu kepadamu yang tidak diberikankepada siapapun sebelum kamu”.
Orang-orang Yahudi menerapkan ayat Taurat dengan sangat kejam dan biadab. Seperti yang pernah terjadi pembumi hangusan kota Jericho, dan melakukan pembantaian selulruh penduduknya, tak ada yang tersisa oleh kekejaman orang-orang Yahudi. Peristiwa pembantaian terjadi dalam peristiwa Dir Yasin, yang mengakibatkan penduduk di perkampungan Arab dibabat habis, tanpa peduli, dan itu tejadi di tahun 1948. Awal berdirinya negara Israel. Sepanjang sejarah orang-orang Yahudi itu, tangannya selalu berlumuran darah, yang tak pernah kering. Pembantaian di kamp Palestina Chabra dan Satila (Lebanon), tahun l982, yang membunuhi ribuan orang Palestina, bersama-sama dengan milisi Kristen, saat Ariel Sharon menjadi menteri perthanan.
Pokoknya Yahudi selalu menyulut perang dari satu tempat ke tempat lainnya. Semuanya kekejaman yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi itu, mempunyai konsep yang sifatnya fundamental yang bersumber dari kitab Taurat. Konsep ini pula yang mengilhami Zionisme yang terus melakukan kerusakan atas kehidupan umat manusia.
Mereka dengan kitab Taurat itu mempunyai legalitas untuk memperlakukan dan bertindak apa saja terhadap orang-orang diluar kelompok Yahudi. Jadi pembantaian yang ada sekarang di Palestina mempunyai akar sejarah dan bermuara dari ajaran agama Yahudi, yang bersumber dari kitab Taurat.
Sebelumnya Israel melakukan agresi militer ke Gaza, semua pasukan Israel mendapatkan indoktrinasi dari para Rabbi mereka, yang melarang tentara dan pasukan Israel untuk memiliki belas kasihan terhadap musuh-musuh mereka, yaitu rakyat Palestina, yang ada di Gaza. Orang tua, anak-anak dan perempuan, tidak boleh dikasihani mereka semua harus dibunuh. Seperti yang dikatakan oleh Rabbi Elizar, yang memberikan semangat kepada tentara Israel, sebelum mereka masuk ke Gaza.
Taurat versi Yahudi itu, banyak mempromosikan kekejaman dan kekerasan serta teror, dan mengarahkan agar orang-orang Yahudi itu bertindak dengan biadab, seperti pembumi hangusan, pembantaian massal, dan penghancuran secara total, bahkan ‘mengharuskan untuk menggunakan metode yang palking brutal dan kejam dengan mengajak untuk membantai anak-anak kecil, menghancurkan rumah-rumah penduduk, dan menganiaya kaum wanita. Sekalipun wanita itu sedang hamil.
Sejarah peperangan yang berlangsung di Gaza, menunjukkan fakta-fakta itu, di mana mayoritas yang menjadi korban adalah anak-anak kecil yang tidak berdosa, dan wanita, serta bangunan-bangunan yang ada. Itulah kebiadaban orang-orang Yahudi. Tindakan mereka mendapatkan legitimasi dari agama mereka, yang bersumber dari kitab Taurat. Wallahu’alam.
http://eramuslim.com/berita/tahukah-anda/terorisme-berakar-dari-zionisme.htm
0 comments share
Menguak Konspirasi Freemason dalam Film “Sherlock Holmes”
Jun 9, '10 10:46 PM
for everyone
Menguak Konspirasi Freemason dalam Film “Sherlock Holmes”
Friday, 02/04/2010 07:34 WIB |
Anak-anak usia sekolah di negeri kita mungkin sangat akrab dengan komik animasi Jepang (manga) berjudul “Detektif Conan” karya Aoyama Gosho yang menceritakan tentang lika-liku seorang detektif SMU bernama Sinichi Kudo dalam menghadapi organisasi kawanan jubah hitam yang telah meracuninya dengan formula APTX 4869 sehingga tubuhnya mengecil. Demi mencari obat penawarnya dan untuk mengetahui lebih dalam tentang organisasi tersebut, Sinichi terpaksa merahasiakan identitasnya dengan tetap menyamar sebagai anak kecil bernama 'Conan Edogawa'.
Sebenarnya, nama ‘Conan’ sendiri diambil dari seorang novelis bernama ‘Sir Arthur Conan Doyle’ yang telah menghasilkan karya novel misteri dengan tokoh utamanya seorang detektif bernama ‘Sherlock Holmes’. Kekuatan analisa serta insting tajam yang dimiliki oleh Sherlock Holmes dalam memecahkan setiap misteri, ditambah lagi rasa salut Aoyama Gosho terhadap novelis Conan Doyle inilah yang mendorong Aoyama untuk melahirkan sebuah "reinkarnasi" karakter seorang detektif baru bernama Conan Edogawa itu.
Aoyama Gosho mungkin bukan satu-satunya orang yang terinspirasi oleh Sherlock Holmes, bahkan perusahaan film Warner Bros Pictures dan Village Roadshow Pictures turut terilhami untuk berkolaborasi dalam mengangkat cerita Sherlock Holmes tersebut ke layar lebar. Tak disangka, film yang disutradarai oleh Guy Ritchie ini sangat mengagetkan, karena film yang berdurasi 2 jam 8 menit tersebut sangat kental dengan muatan ritus Illuminati-Kabbalah dan sarat dengan aroma konspirasi global Freemason dalam menciptakan sebuah tatanan dunia baru.
Kabbalah yang secara harfiah berarti “tradisi yang diterima” atau “tradisi lisan” menurut Murat Ozgen –seorang Freemason Turki– dalam bukunya ‘Masonluk Nedir ver Nasildir?’ (Apa dan Seperti Apa Freemasonry Itu?) mengatakan; “Kita tidak mengetahui dengan jelas dari mana Kabbalah datang atau bagaimana ia berkembang. Ia adalah nama umum untuk sebuah filsafat yang unik, berbentuk metafisik, esoterik, dan mistik, yang terutama berhubungan dengan agama Yahudi. Ia diterima sebagai ilmu kebatinan Yahudi, tetapi sebagian elemen yang dikandungnya menunjukkan bahwa ia terbentuk jauh lebih dahulu dari Taurat.”
Oleh karena itu, jika akar Kabbalah ditelisik kembali, dapat diketahui bahwa Kabbalah merupakan repetisi dari ilmu magis warisan bangsa Mesir kuno semenjak rezim Fir’aun yang masih menganut budaya pagan. Praktik magis ini kemudian diajarkan secara lisan kepada Bani Israil secara turun-temurun dengan sangat rahasia.
Yahudi sendiri sebenarnya "agama sempalan" yang terlahir dari Bani Israil. Sedangkan "Bani Israil" secara harfiah berarti "anak-cucu Nabi Ya'qub". Dalam Al-Qur'an –tepatnya surat Yusuf– diceritakan bahwa generasi pertama nenek-moyang Bani Israil adalah keduabelas putera Nabi Ya'qub itu sendiri. Di antara putera Nabi Ya'qub adalah; Yusuf, Benyamin dan Yahudza. Konon nama Yahudi –menurut salah satu pendapat– merujuk kepada nama Yahudza ini.
Sebagaimana dikisahkan pula dalam surat tersebut, bahwa Nabi Yusuf meminta kedua orang tuanya berikut sebelas saudaranya untuk berhijrah ke Mesir dan berdomisili di sana. Nabi Yusuf kala itu telah diangkat sebagai bendaharawan kerajaan Mesir dan menjadi sosok paling penting dalam mengatur finansial kerajaan.
Dari sini dapat diketahui bahwa Fir'aun (raja Mesir) pada zaman Nabi Yusuf bukanlah Fir'aun yang lalim. Kedua, bahwa putera-putera nabi Ya'qub telah meminta maaf kepada ayah mereka dan bertobat kepada Allah atas makar yang dulu pernah mereka lakukan untuk menyingkirkan Yusuf kecil. Ketiga, mereka juga masih berpegang teguh terhadap Millah Ibrahim (Tauhid) dan tidak menyembah berhala. Dan keempat, dari Mesir inilah Bani Israil kemudian tumbuh berkembang dan terus berinteraksi dengan penduduk asli Mesir hingga datangnya masa Nabi Musa yang akan mengentaskan mereka dari kelaliman Rameses-II, yaitu raja Mesir ketiga dari dinasti kesembilanbelas yang merupakan Fir'aun terkejam dan terkafir sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Qur'an.
Pada masa Fir'aun (Rameses-II), ilmu sihir merupakan ilmu "andalan" guna memperkokoh eksistensi otoritas kekuasaannya, ia juga memiliki sekelompok penyihir kelas kakap yang selalu ia mintai pertimbangan dalam menentukan kebijakan negara. Salah satu contoh kebijakan Fir'aun yang terlahir dari inisiatif para penyihir adalah penyembelihan terhadap bayi lelaki dari keturunan Bani Israil.
Selain itu, Fir'aun juga 'menuruti' nasehat para penyihirnya untuk menantang Nabi Musa guna mengadu kekuatan "ilmu gaib" pada yaum ziinah (salah satu hari raya bangsa Mesir kuno) untuk membuktikan siapa yang lebih hebat diantara mereka.
Fir'aun selalu mengikuti saran para penyihirnya dalam setiap kebijakan. Kecuali pada saat penyihir tersebut tak mampu lagi menandingi mukjizat Nabi Musa dan mereka pun lalu beriman kepada Allah, maka pada saat itu Fir'aun tidak lagi 'patuh' akan petuah para penyihirnya dan tetap menolak ajaran Nabi Musa.
Bahkan Fir'aun kemudian menyalib para penyihirnya yang telah bertobat itu dan memotong tangan-kaki mereka secara silang. Kejadian tersebut terekam jelas dalam Kitab yang tak mungkin salah, yaitu Al-Qur'an dalam surat Thaha:
"Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa." Berkata Fir'aun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan kalian akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya." (QS. Thaha [20]: 70-71)
Para penyihir Fir'aun dengan seketika bertobat dan rela mengorbankan nyawa mereka setelah mengetahui bahwa tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular bukanlah sihir, mereka juga sadar bahwa ular yang mereka sihir dari tali-temali hanyalah ilusi belaka dan tak nyata seperti Mukjizat Nabi Musa.
Sejatinya, ketika Allah menurunkan sebuah mukjizat, Allah akan memberikan suatu "keajaiban" yang sesuai dengan kondisi umat dimana seorang Rasul diutus kepada mereka. Oleh karenanya Allah selalu memperhatikan aspek "ajaib" apakah yang paling dikagumi oleh umat tersebut. Sebagaimana Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Rasulullah saw. dengan tatanan bahasa Arab yang sangat mengagumkan, hal tersebut dikarenakan bangsa Arab kala itu terkenal sangat jago bersyair dan berlomba-lomba saling show-up 'memamerkan' kemahiran linguistik mereka baik dari segi Fashahah maupun Balaghah.
Demikian halnya ketika Allah memberikan Mukjizat "tongkat ular" kepada Nabi Musa, hal itu tiada lain untuk menunjukkan kepada bangsa Mesir kuno terhadap sesuatu yang tidak dapat mereka tandingi dengan sihir yang kala itu sangat fantastis dan selalu mereka banggakan.
Ular memang selalu menjadi simbol penting dalam dunia persihiran, ular juga sangat identik dengan iblis yang penuh bisa beracun. Karena itu pula raja-raja Mesir kuno menggunakan simbol ular ini di atas mahkota mereka.
Para penyihir Fir'aun kala itu memang telah bertobat dan bertauhid hingga mereka mati syahid karena disalib oleh Fir'aun, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa ajaran sihir mereka kemudian diadopsi oleh Bani Israil dan terus diamalkan. Bahkan hingga masa kerajaan Nabi Sulaiman pun Bani Israil masih mempraktikkan ilmu hitam ini.
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan (kitab sihir) pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (Tidak mengerjakan sihir), Hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami Hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir." (QS. Al-Baqarah [2]: 102).
Dalam ayat di atas turut ditegaskan bahwa sihir telah muncul di era Babilonia (Babil). Diketahui juga bahwa Babil merupakan tempat kelahiran Nabi Ibrahim dimana umatnya adalah para penganut paganisme. Bahkan Azar, ayah Nabi Ibrahim sendiri adalah seorang pembuat berhala. Paganisme dan ilmu sihir dari Babilonia dan Mesir inilah yang kemudian mengilhami tarekat Kabbalah dalam aliran kebatinan mereka.
Kembali lagi ke Sherlock Holmes, dalam film ini diceritakan bagaimana kisah seorang detektif bernama Holmes yang selalu didampingi rekannya DR. John Watson dalam mengungkap misteri pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Lord Henry Blackwood salah seorang penyihir ulung yang merupakan anak 'haram' dari Sir Thomas Rodrum ketua persaudaraan rahasia kuil empat ordo.
Blackwood menjadi buron karena mempraktikkan Black Magic dengan disertai pembunuhan terhadap 5 gadis dan mencoba untuk membunuh gadis yang keenam namun dapat digagalkan oleh Holmes dan kawan-kawan. Blackwood pun kemudian dijatuhi hukuman gantung dan dieksekusi. Namun dengan sihirnya ia dapat "bangkit" kembali dari kubur dan melakukan pembunuhan terhadap beberapa orang serta mengambil alih kepemimpinan kuil empat ordo yang ia jadikan kendaraan untuk menguasai parlemen Inggris.
Dibanding film-film konspirasi lainnya, mungkin film ini dinilai lebih berani dan terkesan vulgar. Pasalnya, adegan yang dimainkan di dalamnya secara terang-terangan mepertontonkan ritual Kabbalah yang selama ini sangat esoterik dan rahasia. Mereka bahkan berani menunjukkan seperti apa tempat "ibadah" mereka saat melakukan ritual sihir dan melakukan koneksi terhadap iblis.
Baru masuk ke dalam intro saja, film ini sudah mempertontonkan ritual "Mind Control" yang merupakan praktik sihir dengan mengendalikan pikiran manusia dan disertai dengan penyiksaan hingga pembunuhan. Ritual ini biasanya dilakukan oleh Kaum Kabbalis dalam sebuah Loji tertutup. Selain disertai dengan penyiksaan, terkadang ritual ini juga "diselingi" dengan persetubuhan. Dalam film ini pula diceritakan bahwa Blackwood merupakan anak haram dari Thomas Rodrum yang dihasilkan dari persetubuhannya dengan seorang wanita saat ia melakukan sebuah ritual.
Kabbalah sejatinya merupakan ajaran yang belakangan hari diadopsi oleh beberapa ordo sempalan dari agama Yahudi dan Nasrani seperti Illuminati dan Templar. Ordo Illuminati yang didirikan oleh Adam Weishaupt misalkan, telah menjadikan ajaran Kabbalah ini sebagai sebuah 'akidah' dan menolak dogma-dogma otoritas gereja katolik saat itu. Illuminati yang berarti "tercerahkan" atau "penerangan" merupakan ordo yang lahir dari 'pemberontakan' terhadap seluruh konsep agama-agama yang telah mapan.
Adam Weishaupt sendiri yang keturunan Yahudi dan dulunya seorang pendeta Jesuit memutuskan untuk keluar dari lingkungan gereja lalu menimbulkan penyelewengan 'akidah' dengan melahirkan doktrin-doktrin baru yang berbasis kosmopolitan dan universalitas. Untuk menyebarkan doktrin ini, Weishaupt kemudian membetuk jaringan konspirasi yang dikenal dengan Luciferian Conspiracy serta Synagogue/church of Satan (gereja setan).
Dalam film ini, simbol-simbol Illuminati dipertontonkan dengan sangat jelas dan begitu norak. Seperti simbol Bintang (pentagram) terbalik yang merefleksikan kepala Baphomet yaitu seekor kambing yang mereka sembah dan sangat dikultuskan. Baphomet sendiri telah menjadi simbol utama bagi para pengikut gereja setan sedari dulu.
Dalam ceritanya ini, dikisahkan tentang 'jamaah' kuil empat ordo yang memiliki sebuah "kitab mantra" berupa kitab sihir dengan tulisan Ibrani yang penuh dengan praktik mistis. Sama halnya dengan Bani Israil yang telah lama melakukan penyelewengan terhadap Taurat dan menggantinya dengan Talmud yang jauh dari ajaran Tauhid Samawi. Hal tersebut disebabkan karena etnis Bani Israil yang telah lama terpengaruh oleh efek paganisme Mesir jauh hari sebelum diturunkannya Taurat.
Oleh karena itu, setelah lama berinteraksi dengan pribumi yang masih menganut budaya pagan, akhirnya Bani Israil terkontaminasi dengan teologi setempat dan lambat-laun meninggalkan Millah Ibrahim. Segolongan dari mereka kemudian terpengaruh untuk menyembah sesuatu yang "nyata" dan hanya mau menyembah kepada zat yang dapat ditangkap oleh panca indera saja. Maka tak ayal ketika dibebaskan Nabi Musa dari rezim Fir'aun mereka lalu meminta Nabi Musa untuk membuatkan sebuah "tuhan" sebagaimana "tuhan" yang disembah oleh kaum yang mereka temui dalam sebuah perjalanan.
"Dan kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)" Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu Ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)." (QS. Al-A'raf [7]: 138).
Hawa nafsu yang dimiliki Bani Israil untuk menyembah berhala sudah tak terbendung lagi, saat Nabi Musa meninggalkan mereka guna memenuhi panggilan Allah untuk menerima wahyu di bukit Sinai selama 40 malam, akhirnya di bawah pimpinan Samiri mereka mengumpulkan perhiasan emas untuk dilebur dan dijadikan sebuah patung lembu yang nantinya akan mereka sembah. Padahal saat itu Nabi Harun masih bersama mereka namun tetap saja tidak dihiraukan.
Lembu memang suatu simbol yang sangat penting dalam ritual kaum pagan, dalam film Sherlock Holmes ini, pimpinan rahasia kuil empat ordo, Sir Thomas Rodrum, juga menggunakan cincin emas yang berukirkan kepala lembu. Hingga akhirnya cincin itu dirampas oleh Lord Blackwood saat ia membunuh Sir Thomas guna mengambil alih kekuasaan ordo tersebut secara paksa.
Satu lagi simbol paling penting bagi kaum pagan Fir'aun yang hingga kini masih berdiri tegak di kawasan Gyza-Mesir, yaitu Pyramid dan Sphinx. Pyramid adalah bangunan yang sengaja dirancang untuk menyimpan mumi raja-raja Mesir, sedangkan Sphinx yang merupakan representasi dari makhluk berbadan singa dan berkepala manusia berada tepat di depan Pyramid seolah pintu gerbang yang menjaga Pyramid itu sendiri.
Dalam film ini, simbol Pyramid muncul berkali-kali; seperti souvenir yang terletak di meja kantor Sir Thomas dan ruang peribadatannya yang memang "berkiblat" kepada simbol Pyramid dimana Pyramid tersebut juga "dijaga" oleh Sphinx. Bedanya, Sphinx di sini terdiri dari empat unsur; yaitu berkaki singa, berekor lembu, bersayap elang, dan berkepala manusia.
Jika diamati, ujung Pyramid tersebut terdapat siratan cahaya yang mirip dengan Pyramid pada logo uang satu dollar AS. Tiada lain itu adalah simbol all-seeing eye atau eye of providence. Yaitu satu mata yang penglihatannya mencakup segalanya.
Satu mata disinyalir sebagai sebuah simbol Lucifer yang sebagian lain mengartikannya dengan "antikristus." Dalam Islam, antikristus berarti dajjal, karena Rasulullah saw. sendiri telah memberitahu bahwa salah satu ciri fisik yang paling menonjol dari dajjal adalah matanya yang buta satu (a'war) dan di jidatnya terdapat tulisan ka-fa-ra.
Bagi penyembah setan, dajjal merupakan "gembong" yang paling super power. Betapa tidak? Karena dajjal –dengan istidraj– telah mengaku sebagai tuhan dan dapat membunuh maupun menghidupkan sebuah kaum, ia juga dapat memberikan "surga" dan "neraka" kepada siapa saja yang dikehendakinya. Lantaran itu pula, dajjal merupakan fitnah (ujian) paling berat bagi umat manusia selama bumi ini diciptakan, Rasulullah selalu mewanti-wanti umatnya agar dapat terhindar dari fitnah dajjal ini, tiada orang yang dapat lolos dari tipuan dajjal kecuali seorang mukmin sejati. Itulah sebabnya ia dinamakan dajjal, karena secara bahasa "dajjal" berarti pembohong alias penipu.
Ajaran setan yang diyakini oleh Adam Wishaupt ini kemudian diajarkan kepada para Illuminatus, ia beranggapan bahwa setan bukanlah makhluk yang hina, melainkan kekuatan yang melambangkan kejujuran, keberanian, dan kebebasan. Paham satanisme ini merupakan bentuk evolusi kemanusiaan, lambang kebebasan manusia, dan mencakup jaringan denyut kehidupan dunia secara global. Oleh karena itu, setelah Illuminati melakukan infiltrasi kedalam tubuh Freemasonry, pengaruhnya kian melebar ke kawasan Eropa dan Amerika, ditambah lagi sokongan finansial dari Dinasti Rothschild (keluarga bankir yahudi) yang menjadikan gerakan Illuminaty-Freemasonry ini kian tak terbendung.
Lagi-lagi kembali ke film Sherlock Holmes. Dalam kisahnya itu, Sherlock Holmes setelah berpikir keras akhirnya berhasil memecahkan misteri pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Lord Blackwood. Holmes juga memaparkan bahwa Sphinx disini diyakini sebagai pintu gerbang menuju sebuah dimensi lain, yaitu dimensi penuh kekuatan tak terkira. Ia menyadari bahwa Blackwood dalam pembunuhannya itu menggunakan sistem ritual mistik yang telah lama diamalkan oleh kuil rahasia empat ordo semenjak berabad-abad silam.
Holmes juga mengatakan bahwa ordo ini merupakan sebuah kelompok persaudaraan (fraternity) rahasia yang sedari dulu telah mengendalikan kerajaan-kerajaan kuno serta mengadopsi kepercayaan dinasti Fir'aun. Ordo ini memiliki sebuah perkumpulan sangat eksklusif dimana para anggotanya mengenakan baju serba hitam dengan lambang bintang terbalik (Baphomet) di dadanya.
Mirip dengan tokoh antagonis dalam serial Detektif Conan dimana anggota organisasinya berpakaian serba hitam dan memiliki nama samaran yang diambil dari varian minuman keras seperti Vodka, Gin dan Vermouth.
Namun film yang dibintangi oleh Robert Downey Jr. dan Jude Law ini tidak hanya berhenti degan mempertunjukkan simbol-simbol Freemason seperti Pyramid, Sphinx, Sun-God, Baphomet berikut ritualnya saja. Film ini bahkan "menantang" umat manusia dengan mengutarakan misi mereka secara gamblang, yaitu mengambil alih kuasa dunia dan menciptakan sebuah tatanan dunia baru (New World Order).
Bagi penonton film yang cuman "sekedar" menonton, mungkin skenario film yang mengisahkan tentang seorang penjahat yang ingin menguasai dunia terkesan sesuatu yang wajar dan biasa-biasa saja. Tapi bagi pengamat teori konspirasi, film ini tentu bukan saja tentang seorang penjahat yang akan dikalahkan seorang jagoan. Film ini sudah kelewat eksplisit dalam menjajakan teori globalis mereka. Simbol-simbol yang digunakan, momentum yang dilakukan, kepercayaan yang dianut, serta slogan-slogan konspirasi yang sangat "telanjang" itu tidak menunjukkan kepada hal lain kecuali kepada sebuah konklusi bahwa film ini adalah film Freemasonry-Illuminaty, dan film ini merupakan film globalis-konspiratif.
Bagaimana tidak? Lord Blackwood dalam adegannya dengan terang-terangan menyatakan ambisinya untuk merombak dunia dan menciptakan sebuah tata dunia baru dengan slogan-slogan Freemason seperti "We will remake the world" atau "A new order begins now…"
Jika dirujuk, ternyata doktrin ini juga terdapat dalam uang satu dollar AS dan termaktub secara jelas dengan slogan berbahasa latin "Novus Ordo Seclorum" yang berarti "New World Order." Ini adalah misi kaum globalis untuk menjadikan dunia ini di bawah kendali mereka. Menjadikan dunia ini sebagai sebuah "great empire" dengan satu pimpinan (E Pluribus Unun) yang tanpa batasan negara, budaya maupun agama. Semuanya serba global dan plural.
Jika ditelaah, kenapa slogan-slogan Freemason tersebut dapat "merembet" ke dalam pecahan satu dolar Amerika? Hal tersebut tidak lain karena uang 1 dolar AS ini sebenarnya dirumuskan dan disahkan oleh sebuah tim khusus yang terdiri dari Benyamin Franklin, Thomas Jefferson, John Adam dan Pierre du Simitiere yang semuanya adalah anggota Freemason tingkat ke-33.
Mereka adalah pengikut Adam Weishaupt yang telah terdoktrin oleh dogma-dogma Illuminatinya sehingga tak heran jika mereka memasukkan logo-logo Kabbalis-Illuminatis berikut buku karya Adam Weishaupt yang berjudul "Novus Ordo Seclorum" sebagai slogan utama dalam pecahan satu dolar tersebut. Itu artinya, bahwa infiltrasi Freemason ke dalam pemerintahan Amerika sudah lama bercokol kuat dan menjadi motor penggerak negara adikuasa tersebut.
Lebih jauh dari itu, di dasar simbol pyramida tersebut tertuliskan "MDCCLXXVI" yang berarti tahun "1776" yaitu tahun dimana Adam Weishaupt menyelesaikan penulisan buku tersebut tepatnya pada tanggal 1 Mei 1776. Dalam buku yang disusun selama lima tahun oleh Weishaupt itu, ia menggagaskan di dalamnya tentang konsep, doktrin dan teori sebuah pemerintahan global. Bahkan jika diteliti satu-persatu simbol yang terdapat dalam uang satu dollar AS akan ditemukan tentang pesan rahasia yang sangat mengagetkan, seperti logo burung phoenix yang membawa panah dan daun berjumlah 13, bintang yang berjumlah 13 dan membentuk titik-titik heksagram (bintang David), slogan "Annuit Ceoptis" (limpahan karunia) dan "E Pluribus Unun" (satu pemerintahan dunia) yang juga terdiri dari 13 huruf, dll. yang semuanya memiliki falsafah konspirasi tersendiri.
Apa yang dikatakan Blackwood dalam film ini sesungguhnya bukan sekedar fiksi semata, kaum globalis-pluralis saat ini memang telah merencanakan hal itu secara matang dan teroganisir. Bahwa dunia ini akan dijajah sehingga mereka membungkuk ketakutan, perang saudara akan diciptakan sehingga membuat mereka semakin lemah, lalu ketakutan itu akan dijadikan sebagai senjata untuk mengendalikan mereka.
Dalam cerita ini, Blackwood menggunakan kekuatan "magisnya" untuk melindungi para pengikutnya yang loyal, ia bahkan tak segan-segan membunuh Standish –salah satu anggota ordo– yang menolak untuk tunduk di bawah kekuasaannya. Selain itu, untuk melancarkan misinya ini ia memanfaatkan kekuatan polisi. Ia juga ingin mengambil kontrol parlemen Inggris sebagai langkah awal untuk mendominasi kontrol dunia.
Dalam dunia nyata, terdapat beberapa langkah kongkrit yang diambil oleh kaum globalis dalam rangka mewujudkan ambisi mereka ini; Pertama dengan mengendalikan sistem moneter dunia dalam satu kantong besar seperti IMF atau Bank Dunia sehingga akan tercipta ketergantungan yang sadis terhadap lembaga ini yang dengan itu pula mereka mampu membuat kembang-kempis nafas sebuah negara dengan mudah. Bahkan salah satu ucapan Rotschild yang masyhur adalah; "Give me control over a nations economic, and I don't care who writes its laws." (Beri aku kesempatan untuk mengendalikan ekonomi suatu bangsa, dan aku tidak akan pedulikan siapa yang berkuasa).
Kedua, setelah tonggak keuangan dapat dikuasai, maka mereka akan menciptakan krisis demi krisis yang akan terus dibina hingga menjadikan sebuah kekacauan super hebat yang terus berkepanjangan. Dari sinilah muncul puncak histeria ketakutan tersebut, dan tentunya, orang yang ketakutan akan mudah dikendalikan layaknya sapi yang dicocok hidungnya. Maka pada titik ini sangat mudah bagi mereka untuk mengeruk kekayaan sebuah negara, sangat gampang bagi mereka untuk interfensi dalam menentukan kebijakan politik, ekonomi, dan isu sosial-budaya sebuah negara. Dan tentunya sangat enteng sekali bagi mereka untuk menanamkan paham Sekular, Plural, Liberal dalam lini kehidupan sebuah bangsa.
Ketiga, pembentukan paradigma dan ideologi publik melewati media massa, pers, dan industri hiburan baik musik maupun perfilman kepada sebuah central object yang mereka kehendaki. Maka lihat saja saat mereka membuat rekayasa 9/11 dan menyebutnya sebagai tindakan "Islam Teroris" tak heran jika seluruh dunia serempak turut menyahutnya dengan "Aaaamiiin…"
Perhatikan saja bagaimana dunia dibuat seolah "beriman" bahwa kiamat benar-benar akan terjadi pada tahun 2012 hanya gara-gara sebuah film yang mereka blow-up dengan begitu antusiasnya. Dan saksikan saja bagaimana mereka sangat concern menciptakan dunia hiburan penuh kamuflase yang dapat membuat pemuda-pemudi menjadi "generasi sampah" dan terus terlelap dalam mimpi indah mereka. Semua itu mereka lakukan sebagai wujud dari mind control yang merupakan bentuk halus dari sebuah hipnotis massal.
Jangan dilupakan juga bahwa film Sherlock Holmes ini adalah produksi Warner Bros, dimana Jack Warner –salah satu pendiri Warner Brothers– dan juga Louis B. Mayer (MGM), dan Darryl Zanuck (20th Century Fox) adalah orang-orang Freemason yang memiliki industri perfilman terbesar di Holywood. Warner Bros juga-lah yang mengangkat serial sihir Harry Potter yang penuh kontroversi itu ke layar lebar.
Selain langkah-langkah di atas, para globalis juga memiliki planning terkejam berwujud "depopulasi penduduk" yang diaplikasikan dengan menciptakan sejumlah perang dunia dan menciptakan virus-virus mematikan yang sengaja mereka buat untuk mengurangi jumlah "manusia kelas rendah" dan menjadikan dunia ini sebagai tempat bagi "manusia pilihan" saja. Oleh karenanya tidak menutup kemungkinan jika mereka akan menggulirkan perang dunia ke-III dengan poin konflik perebutan tanah Palestina, Irak, Afghanistan yang akan memicu clash antara Arab dan Barat. Tidak heran pula jika variasi virus baru –seperti flu burung dan flu babi– terus bermunculan di negara-negara miskin.
Kaum globalis sebenarnya bukanlah murni penganut Yahudi, mereka jauh lebih sesat daripada Yahudi yang telah sesat itu. Yahudi dan Kristen Ortodoks sebenarnya memiliki keserupaan teologi, bahwa mereka masih mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, namun mereka kemudian tersesat ketika mengatakan bahwa 'Uzair (Ezra) dan Isa (Yesus) adalah anak Tuhan. Mereka juga terkunci hatinya karena tidak menerima Risalah Muhammad saw. meskipun hal itu telah termaktub jelas di dalam Taurat dan Injil mereka.
Itulah sebabnya mereka dinamakan dengan "Ahlu Kitab", dimana syariat Islam memiliki beberapa hukum khusus berkaitan dengan musyrik ahli kitab ini. Namun sekarang Yahudi dan Nasrani yang kita kenal sungguh berbeda, banyak diantara mereka yang jauh lebih tersesat dan keluar dari "akidah" Ahlu Kitab. Mereka tidak lagi menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tapi beralih menyembah Lucifer, Baphomet, Sun-God atau bahkan menjadi seorang Atheis yang sama sekali tak bertuhan. Lalu timbullah "tarekat-tarekat" sempalan seperti Freemasonry dan Zionisme yang bahkan orang Yahudi Ortodoks sendiri mengecamnya.
Dari sini kita dituntut untuk proporsional dalam menilai Yahudi sebagai Ahlu Kitab, atau Yahudi sebagai Ahlu Dzimmah atau Yahudi sebagai Kafir Muharib, atau Yahudi sebagai Zionis. Namun apapun itu, yang namanya Yahudi tetap saja Yahudi, mereka adalah musuh bersama umat Islam. Hal inilah yang seharusnya menjadi koreksi utama bahwa musuh utama kita bukanlah sesama muslim yang hanya berbeda madzhab, ormas maupun partai saja. Namun common enemy kita sebagai umat Islam adalah jelas, yaitu semua yang memusuhi Islam baik itu Yahudi, Nasrani, Freemasonry, Illuminati, atau apa sajalah namanya persekutuan itu selama mereka menimbulkan kerusakan di muka bumi dan menciptakan permusuhan terhadap Islam.
Konspirasi globalis memang bukanlah isapan jempol dan ia benar-benar terjadi dalam dunia nyata. Kumpulan organisasi sejenis Bilderberg, Trilateral Commission, Bohemian Club, Round Table Groups dan sebagainya adalah beberapa klub yang memiliki misi generik yang sama dalam mewujudkan "Tata Dunia Baru". Namun hal tersebut tak perlu membuat kita menjadi tidak pede dan memandang mereka begitu dahsyat dan sangat "wah!". Lalu ketika ada sesuatu terjadi langsung diklaim sebagai "konspirasi," sedikit-sedikit "Yahudi," ada ini-itu "Freemasonry." Tentu ini adalah sikap permisif yang terkesan minder menghadapi realita.
Sehebat apapun propaganda mereka sesungguhnya tak lebih dari sebuah makar setan yang lemah seperti sarang laba-laba. Bukan salah Yahudi jika kita terjebak dalam umpan mereka, bukan salah setan jika manusia terhasut oleh bujukannya. Itu memang sudah menjadi pekerjaan iblis untuk terus menyesatkan, menjerumuskan dan mencelakakan manusia. Bagi kita umat Islam, jihad melawan hawa nafsu adalah lebih berat dan lebih utama dibanding jihad melawan musuh di medan perang. Lalu, bagaimana mungkin kita menaklukkankan pasukan dajjal jika mengalahkan diri sendiri saja belum mampu?.
Musa Yusuf al-Amien
Mahasiswa Program Diploma Universitas Al-Azhar Cairo
YM & FB : yusuf_677@yahoo.com
http://eramuslim.com/berita/tahukah-anda/menguak-konspirasi-freemason-dalam-film-sherlock-holmes.htm
0 comments share
Yahudi Dalam Media Amerika
Jun 9, '10 10:43 PM
for everyone
Yahudi Dalam Media Amerika
Rabu, 09/06/2010 16:11 WIB
Siapa yang menguasai media, maka dia menguasai dunia. Itulah salah satu jargon yang lama beredar luas di bidang media. Bukan tanpa sebab, karena dengan menguasai media, maka siapapun akan bisa mengendalikan isyu dan pemberitaan.
Tidak heran jika kemudian sudah sejak lama, Yahudi menguasai media-media di Amerika Serikat. Siapa saja? Ini daftarnya:
Mortimer Zuckerman, pemilik NY Daily News, US News & World Report dan ketua Konferensi Presiden Organisasi Utama Yahudi Amerika, salah satu kelompok lobi pro-Israel terbesar.
LESLIE MOONVES, presiden televisi CBS, besar-keponakan dari David Ben-Gurion, dan co-presiden dengan Norman Ornstein dari Komite Penasihat Kepentingan Umum Kewajiban Produsen Digital TV, ditunjuk oleh Clinton.
JONATHAN MILLER, ketua dan CEO divisi AOL-Time-Warner
NEIL Shapiro, presiden NBC News
JEFF GASPIN, Wakil Presiden Eksekutif, Pemrograman, NBC
David Westin, presiden ABC News
Sumner Redstone, CEO dari Viacom, "memiliki media terbesar dunia" (Ekonom, 11/23/2), memiliki kabel Viacom, CBS dan MTV di seluruh dunia, persewaan video Blockbuster dan Black Entertainment TV.
Michael Eisner, pemilik utama dari Walt Disney, Capitol Cities, ABC.
Rupert Murdoch, Pemilik Fox TV, New York Post, London Times, News of the World
MEL KARMAZIN, presiden dari CBS
DON Hewitt, Direktur Eksekutif 60 Minutes, CBS
JEFF FAGER, Direktur Eksekutif, 60 Minutes II. CBS
DAVID POLTRACK, Wakil Presiden Eksekutif, Penelitian dan Perencanaan, CBS
SANDY KRUSHOW, Ketua Fox Entertaiment
LLOYD Braun, Ketua ABC Entertaiment
Barry Meyer, Ketua Warner Bros
Sherry Lansing. Presiden Komunikasi Paramount dan Ketua Paramount Pictures Grup Motion.
HARVEY Weinstein, CEO. Miramax Films.
BRAD Siegel., Presiden, Turner Entertainment.
PETER Chernin, orang kedua Rupert Murdoch di News. Corp
Marty Peretz, pemilik dan penerbit New Republic, yang terang-terangan mengidentifikasi dirinya sebagai pro-Israel. Al Gore memberinya kredit sebagai "mentornya."
ARTHUR O. Sulzberger, JR., Penerbit NY Times, Boston Globe dan publikasi lainnya.
William Safire, kolumnis untuk NYT.
TOM Friedman, kolumnis untuk NYT.
CHARLES Krauthammer, kolumnis untuk Washington Post.
RICHARD COHEN, kolumnis untuk Washington Post
JEFF Jacoby, kolumnis untuk Boston Globe
NORMAN Ornstein, American Enterprise Inst., Kolumnis rutin untuk USA Today, penulis berita analis untuk CBS, dan co-presiden dengan Leslie Moonves, Komite Penase\ihat Kepentingan Umum Kewajiban Produsen Digital TV, ditunjuk langsung oleh Clinton.
Arie Fleischer, sekretaris pers Dubya.
STEPHEN EMERSON, pilihan pertama setiap outlet media sebagai pakar terorisme dalam negeri.
DAVID Schneiderman, pemilik dan Village Voice New jaringan Times "mingguan alternatif."
DENNIS Leibowitz, kepala UU Mitra II,
KENNETH Pollack, untuk analis CIA, direktur Pusat Saban untuk Kebijakan Timur Tengah, menulis op-eds di NY Times, New Yorker
Barry Diller, ketua Amerika Serikat Interaktif, bekas pemilik Universal Entertaiment
KENNETH Roth, Direktur Eksekutif Human Rights Watch
RICHARD LEIBNER, menjalankan N.S. Bienstock
Terry Semel, CEO, Yahoo, Warner Bros
MARK GOLIN, VP dan Direktur Kreatif, AOL
WARREN LIEBERFORD, Pres., Warner Bros Home Video Div. AOL-timewarner
Jeffrey Zucker, Presiden NBC Hiburan
JACK MYERS, NBC, chief.NYT 5.14.2
SANDY GRUSHOW, ketua Fox Entertainment
Gail Berman, Presiden Fox Entertainment
STEPHEN Spielberg, co-pemilik Dreamworks
Jeffrey Katzenberg, co-pemilik Dreamworks
David Geffen, co-pemilik Dreamworks
Llyod Braun, ketua ABC Entertainment
JORDAN Levin, presiden Warner Bros Entertainment
MAX MUTCHNICK, co-produser eksekutif NBC's "Good Morning Miami"
DAVID KOHAN, co-produser eksekutif NBC's "Good Morning Miami"
Howard Stringer, kepala Sony Corp of America
AMY PASCAL, ketua Columbia Pictures
Joel Klein, kursi dan CEO Amerika Bertelsmann's
ROBERT SILLERMAN, pendiri Clear Channel Communications
Brian GRADEN, presiden MTV
IVAN SEIDENBERG, CEO Verizon Communications
WOLF Blitzer, pembawa acara Edisi Akhir CNN
LARRY KING, pembaca acara Larry King Live
Ted Koppel, pembawa acara ABC Nightline
Andrea Koppel, Reporter CNN
PAULA Zahn, Host CNN
Mike Wallace, Host dari CBS, 60 Minutes
BARBARA WALTERS, Host, ABC 20-20
MICHAEL LEDEEN, editor National Review
Bruce Nussbaum, editor halaman editorial, Business Week
DONALD GRAHAM, Ketua dan CEO Newsweek dan Washington Post
CATHERINE GRAHAM Meyer, bekas pemilik Washington Post
HOWARD FINEMAN, Kolumnis Kepala Politik, Newsweek
William Kristol, Editor, Standar Mingguan, Exec. Direktur Proyek untuk Abad Baru Amerika (PNAC)
RON Rosenthal, Managing Editor, San Francisco Chronicle
Phil Bronstein, Editor Eksekutif, San Francisco Chronicle,
RON Owens, Talk Show Host, KGO (Kota ABC-Capitol, San Francisco)
JOHN Rothman, Talk Show Host, KGO (Kota ABC-Capitol Francisco, San)
Michael Savage, Talk Show Host, KFSO (ABC-Capitol Kota, San Francisco) di 100 pasar Sindikasi
MICHAEL Medved, Talk Show Host, pada 124 stasiun AM
Dennis Prager, Talk Show Host, nasional sindikasi dari LA. Apakah bendera Israel di halaman rumahnya.
Wattenberg BEN, Moderator, PBS Think Tank.
ANDREW KURANGNYA, presiden NBC
DANIEL Menaker, Direktur Eksekutif, Harper Collins
DAVID REMNICK, Editor, The New Yorker
Nicholas Lehmann, penulis, New York
Henrick Hertzberg, pembicara dari editor Town, The New Yorker
SAMUEL Newhouse JR, dan DONALD Newhouse Publikasi Newhouse sendiri, termasuk 26 surat kabar di 22 kota; kelompok majalah Conde Nast, termasuk The New Yorker, Parade, surat kabar Minggu suplemen; American City Business Journal, koran bisnis yang diterbitkan di lebih dari 30 kota besar di Amerika, dan kepentingan dalam pemrograman dan sistem kabel televisi kabel yang melayani 1 juta rumah.
DONALD Newhouse, ketua dewan direksi, Associated Press.
PETER R KANN, CEO, Wall Street Journal, Barron's
RALPH J. & Brian Roberts, Pemilik, TV kabel Comcast-ATT.
Kirshbaum Lawrence, CEO, AOL-Time Warner Grup Buku
http://eramuslim.com/berita/dunia/yahudi-dalam-media-amerika.htm
0 comments share
Obama Bertemu Abbas, Cari Pendekatan Baru bagi Gaza
Jun 9, '10 10:36 PM
for everyone
Obama Bertemu Abbas, Cari Pendekatan Baru bagi Gaza
Kamis, 10 Juni 2010 02:19
Dalam pertemuan dengan Mahmud Abbas, Obama menyerukan pendekatan lebih baik untuk meningkatkan kondisi di wilayah Palestina. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menyebut situasi di Jalur Gaza sebagai “tidak bisa dipertahankan” dan menyerukan Israel agar melonggarkan blokade terhadap wilayah Palestina.
Tetapi setelah bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Gedung Putih hari Rabu, Obama tidak menyerukan pengakhiran blokade itu. Presiden Amerika itu mengatakan harus ada cara untuk melestarikan keamanan Israel sementara juga memberi warga Palestina peluang untuk berkembang.
Abbas berseru kepada Israel agar menghapus apa yang dinamakannya “pengepungan” rakyat Palestina, serta agar membuka semua pelintasan perbatasan.
Obama memuji usaha-usaha Abbas untuk memperkuat keamanan dan meningkatkan situasi ekonomi bagi rakyat Palestina. Obama juga mengumumkan rencana Amerika untuk memberi tambahan bantuan sebesar 400 juta dolar untuk Palestina baik di Gaza maupun di Tepi Barat.
Katanya dana itu akan dipergunakan untuk perumahan, sekolah, sistem air bersih dan pengembangan bisnis. Minggu lalu, militer Israel menyerang sebuah konvoi bantuan yang berusaha menerobos blokade Israel di Jalur Gaza. Delapan warganegara Turki dan satu warganegara Amerika asal Turki tewas dalam operasi tersebut. Obama menyebut insiden itu sebuah tragedi dan mengulang kembali dukungannya untuk seruan DK PBB agar diselenggarakan penyelidikan yang transparan.
http://www.sabili.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2111:obama-bertemu-abbas-cari-pendekatan-baru-bagi-gaza&catid=81:internasional&Itemid=198
Tags: obama-abbas
0 comments share
Syaikh Raid Shalah: Keruntuhan Zionis akan Datang dari Turki
Jun 9, '10 10:33 PM
for everyone
Syaikh Raid Shalah: Keruntuhan Zionis akan Datang dari Turki
Selasa, 08 Juni 2010 07:18
Syaikh Raid Shalah, salah seorang pemimpin gerakan Islam di Palestina yang tergabung dalam ekspedisi kemanusiaan Mavi Marmara dan sempat ditahan oleh Israel memberikan pernyataan yang membuat negeri Zionis risau bukan kepalang. “Penjajahan Israel akan diakhiri dari Turki. Gerakan Zionisme bermula dari Turki, dan kematian Zionisme juga akan datang dari Turki,” tegas Syaikh Raid Shalah.
Setelah dibebaskan dari tahanan Israel, Syaikh Raid Shalah di kota Umm al-Fahm menegaskan bahwa penyerangan kapal kemanusiaan yang menuju Gaza adalah kejahatan perang dan pembajakan di laut internasional yang harus dihukum oleh masyarakat internasional.
“Apa yang dilakukan Israel sangatlah memalukan. Israel adalah entitas yang bodoh dan sombong,” ujar Syaikh Raid Shalah.
Syaikh Raid Shalah menerangkan, mereka yang menjadi syahid dalam ekspedisi Freedom Flotilla adalah orang-orang Turki yang berdarah Palestina yang telah dengan gagah menunjukkan bahwa Ankara memiliki hubungan dengan Jalur Gaza, Jerusalem memiliki hubungan dengan Istanbul dan Masjid Muhammad al Fatih di Turki memiliki hubungan dengan Masjid al Aqsha di Palestina.
Syaikh Raid Shalah juga menerangkan, menurutnya tentara Israel yang menyerbu ke kapal Mavi Marmara selain berusaha menguasai kapal juga menarget dirinya untuk ditembak mati. “Karena itu ketika saya masuk dan digiring ke kapal angkatan laut Israel, mereka terkejut melihat saya hidup. Karena mereka berharap kematian saya,” terang Syaikh Raid Shalah.
Tokoh yang pernah mengekspose penggalian Masjid al Aqsha kepada dunia Islam ini menuturkan, tentara-tentara Israel sampai memeriksa paspornya berulang kali, karena merasa tidak yakin dengan apa yang mereka temui.
Bahkan, saking seriusnya mereka mengabarkan pada atasannya, Kepala Staff Militer Israel, Jenderal Gabi Ashkenazi datang langsung untuk memastikan bahwa yang di depan mereka adalah Syaikh Raid Shalah.
“Nyawa saya di tangan Allah, kapan dan dimana saya mati sudah ditentukan oleh Allah. Bukan ditangan Israel, apalagi ditentukan oleh seorang jenderal,” tandasr Syaikh Raid Shalah.
http://www.sabili.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2088:syaikh-raid-shalah-keruntuhan-zionis-akan-datang-dari-turki&catid=85:lintas-dunia&Itemid=284
0 comments share
DPR Pertanyakan Sikap Obama Terhadap Indonesia
Jun 9, '10 9:55 PM
for everyone
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Tubagus Hasanuddin (Fraksi PDI Perjuangan) mempertanyakan sikap Presiden Amerika Serikat Barach Obama yang kembali menunda kunjungannya ke Indonesia.
"Salah satu pertanyaan yang amat menggelitik kami di Komisi I, ialah, masih pentingkah Indonesia bagi AS," ujarnya, di Jakarta, Rabu malam.
Menurut Tubagus Hasanuddin, terlalu mengada-ada jika penundaan kunjungan Presiden AS ke Indonesia itu hanya karena adanya masalah tumpahan minyak di pantai Meksiko.
"Memang Presiden AS mau ikutan ke lapangan `ngeduk` tumpahan minyak," tanyanya.
Karena itu, Tubagus Hasanuddin atas nama fraksinya mengingatkan Pemerintah Indonesia agar memiliki posisi tawar yang lebih baik dalam mejalin hubungan dengan Amerika Serikat.
Indonesia, katanya, juga perlu mengoreksi hubungannya dengan AS, sebab dalam banyak hal Indonesia kurang diperhatikan oleh AS.
Tubagus Hasanuddin juga berpendapat Indonesia harus bisa menunjukan peran yang lebih besar menyangkut soal insiden di Laut Gaza dan memberi tekanan kepada AS untuk lebih serius meredam aksi yang dilakukan oleh sekutunya, Israel.
"Penting pula bagi Indonesia untuk menyikapi situasi terakhir di Gaza dengan langkah yang lebih progresif. Pemerintah Indonesia perlu lebih keras lagi memperjuangkan kemerdekaan Palestina, termasuk mendorong AS tidak selalu mendua," tandasnya.
Menurut Tubagus Hasanuddin, Indonesia harus muncul sebagai pemimpin terdepan, dengan mengorganisasikan negara-negara lain untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
"Jangan hanya sekedar ikut-ikutan `mengutuk` atau mendesak," tegasnya.
http://id.news.yahoo.com/antr/20100610/tpl-dpr-pertanyakan-sikap-obama-terhadap-cc08abe.html
0 comments share
Indonesia Dukung Penyelesaian Damai Isu Nuklir Iran
Jun 9, '10 9:52 PM
for everyone
London (ANTARA) - Indonesia berpandangan bahwa isu nuklir Iran harus diselesaikan melalui diplomasi, negosiasi dan cara-cara damai lainnya.
"Pemerintah Indonesia memandang perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan secara jelas fondasi bagi dialog yang sehat antara Iran dengan Badan Tenaga Atom International (IAEA) serta komunitas internasional mulai terbangun. Untuk itu semua pihak harus menghindari berbagai tindakan dan prakarsa yang dapat merusak fondasi dialog tersebut," kata Wakil Tetap RI untuk PBB di Wina, I Gusti Agung Wesaka Puja, pada Pertemuan Dewan Gubernur IAEA, Rabu.
Pertemuan Pertemuan Dewan Gubernur IAEA berlangsung sejak tanggal 7 hingga 10 Juni membahas sejumlah isu penting, antara lain laporan Direktur Jenderal IAEA mengenai program nuklir Iran, isu nuklir Syria, dan isu nuklir Israel.
Sekretaris Pertama PTRI Wina, Dr Lalu M. Iqbal kepada koresponden ANTARA di London, Kamis, menyatakan dalam statemen itu, Indonesia juga menyampaikan apresiasi terhadap upaya Direktur Jenderal IAEA untuk melakukan verifikasi nuklir di Iran, di tengah berbagai tantangan dan kesulitan yang dihadapi.
Apresiasi yang sama juga disampaikan Indonesia kepada Iran atas kerjasama yang diberikan kepada Tim Inspeksi IAEA selama ini. Indonesia memandang bahwa pendekatan-pendekatan baru yang kreatif guna menyelesaikan masalah ini layak dijajaki dan didukung.
Indonesia menyambut positif Deklarasi Bersama antara Iran, Brazil dan Turki mengenai pertukaran uranium berkadar rendah (low enriched uranium) untuk mensuplai bahan bakar Reaktor Riset Teheran.
Indonesia berkeyakinan kerja sama tersebut akan membantu upaya membangun saling percaya disatu sisi dan menjamin ketersediaan bahan bakar uranium berkadar rendah bagi Reaktor Riset Teheran, yang digunakan Iran untuk memproduksi berbagai produk isotop untuk keperluan medis.
Dalam pernyataannya Indonesia juga mendorong agar Direktur Jenderal IAEA melakukan upaya untuk melindungi kerahasiaan data-data yang terkait dengan verifikasi nuklir di Iran, khususnya data yang terkait dengan keamanan nasional Iran, sehingga kebocoran data sebagaimana yang terjadi di masa lalu dapat dihindari.
Pada saat yang sama, Indonesia juga mendesak Iran untuk melakukan dialog yang lebih intensif dan substantif dengan IAEA. Dewan Gubernur IAEA dan Konferensi Umum IAEA adalah dua badan pembuat kebijakan yang ada di IAEA.
Berdasarkan Statuta IAEA, Pertemuan Dewan Gubernur IAEA, yang berlangsung empat kali setahun, dapat membuat keputusan praktis terkait dengan aktivitas nuklir untuk tujuan damai, termasuk membuat penilaian apakah aktivitas nuklir suatu negara bersifat damai atau tidak, dan apakah aktivitas nuklir suatu negara masih sejalan dan patuh dengan Traktat Non-proliferasi Nuklir yang mengikat negara tersebut.
Hasil pembahasan pada Pertemuan Dewan Gubernur kali ini akan dibawa ke Konferensi Umum IAEA yang akan berlangsung bulan September mendatang .
Pembahasan isu nuklir Iran berlangsung Rabu yang dilakukan berdasarkan laporan Direktur Jenderal IAEA kepada Dewan Gubernur.
http://id.news.yahoo.com/antr/20100610/tpl-indonesia-dukung-penyelesaian-damai-cc08abe.html
0 comments share
Press Release Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Tentang Kebiadaban Israel
Jun 7, '10 11:14 PM
for everyone
Press Release Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Tentang Kebiadaban Israel
KEBIADABAN ISRAEL TERHADAP RELAWAN KEMANUSIAAN GAZA
Sehubungan dengan peristiwa kebiadaban Israel terhadap 800 orang rombongan relawan kemanusiaan Freedom Flotila, yaitu dengan menembaki Kapal Mavi Marmara yang masih berada di perairan internasional, Senin 31 Mei 2010, dan diberitakan telah menyebabkan 19 orang meninggal dan 50 orang luka-luka;
Maka bersama ini Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, menyampaikan sikap dan pernyataan sebagai berikut :
1. Dewan Da’wah mengutuk sekeras-kerasnya aksi biadab Israel yang telah menembaki relawan kemanusiaan (masyarakat sipil) yang berada dalam kapal Mavi Marmara, yang telah mengakibatkan terbunuhnya 19 orang dan 50 orang luka-luka.
2. Aksi biadab Israel tersebut nyata-nyata merupakan kejahatan kemanusiaan yang telah melanggar Hak-Hak Asasi Manusia dan hukum internasional lainnya. Oleh karenanya, Israel harus mendapatkan sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Dewan Da’wah menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia yang telah melakukan segala upaya untuk menyelamatkan 12 warga Indonesia yang berada di dalam kekuasaan Israel.
4. Dewan Da’wah mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk selalu membela hak-hak rakyat Palestina dan senantiasa ikut pro-aktif dalam menciptakan perdamaian di Palestina.
5. Atas Wacana Pembukaan Hubungan Diplomatik yang disampaikan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Dewan Da’wah berpendapat, Pemerintah Indonesia tidak perlu membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
6. Dewan Da’wah menghimbau kepada lembaga-lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa, Organisasi Konferensi Islam (OKI), Liga Arab, dan lain-lainnya, untuk memberi tekanan yang mampu memaksa Israel agar membuka blokade yang telah diterapkan terhadap penduduk Gaza. Blokade ini telah nyata-nyata melanggar Hak-Hak Asasi bangsa Palestina di Gaza untuk dapat melangsungkan hidup secara bebas, layak dan normal, di tanah kelahirannya sendiri. Karenanya, Dewan Da’wah mendesak kepada lembaga-lembaga internasional tersebut di atas untuk bersikap tegas dalam menerapkan hukum-hukum internasional, khususnya terhadap Israel.
7. Dewan Da’wah mendesak Mahkamah Internasional untuk segera mengadili pelaku Kejahatan Kemanusiaan (Israel) yang terjadi terhadap Kapal Mavi Marmara sebagai pelanggaran HAM Berat.
8. Dewan Da’wah menghimbau dan mendesak kepada Amerika Serikat agar, menghentikan sikap ambivalen kebijakan luar negerinya, yang selama ini selalu mendukung pemerintahan Israel. Sikap ambivalen Amerika Serikat ini, telah menjadi permasalahan krusial dunia internasional.
9. Dewan Da’wah menghimbau kepada OKI (Organisasi Konferensi Islam), negara-negara Islam khususnya dan dunia Islam pada umumnya untuk lebih meningkatkan ukhuwah Islamiyah, memperbarui serta mengokohkan visi dan misi, sesuai dengan nilai-nilai Islam, dalam rangka mencari penyelesaian konflik Palestina – Israel secara bermartabat.
10. Dewan Da’wah mendesak kepada dunia Islam untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk secara efektif menyelamatkan Masjidil Aqsha dari bahaya kehancuran akibat ulah Israel.
11. Dewan Da’wah mendukung prakarsa mendirikan Rumah Sakit Gaza oleh MER-C dan Pemerintah Indonesia.
12. Dewan Da’wah mengingatkan dan menyerukan kepada umat Islam, bahwa :
1. Kebrutalan kaum Yahudi Israel terhadap kaum Muslimin di Jalur Gaza merupakan pembenaran terhadap kandungan Al-Qur’an bahwa:”Yahudi tidak akan pernah senang selama umat Islam belum ikut mereka”
2. Kebiadaban Yahudi terhadap relawan Kemanusian dan bangsa Palestina menjadi momentum yang akan mampu mendorong umat Islam di seluruh dunia untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah menuju Izzul Islam Wal Muslimin.
3. Mengajak Umat Islam untuk mendoakan para korban kebiadaban Yahudi di kapal Mavi Marmara semoga segala amalnya diterima Allah SWT, dan tetap istiqomah serta tidak menyerah dalam kebiadaban Yahudi Israel. Insya Allah setiap tetes darah syuhada, akan memicu semangat jihad yang lainnya.
4. Agar semua umat Islam melakukan doa qunut nazilah bagi kehancuran Yahudi dan kemenangan bangsa Palestina.
5. Mengajak semua umat Islam untuk memberikan infaq dan donasi kemanusiaan bagi perjuangan rakyat Palestina dan para korban kebiadaban Israel. Dalam hal ini Dewan Da’wah membuka rekening kemanusiaan di Bank Muamalat Indonesia dengan No. Rekening 301.13893.22 a/n Lazis Dewan Da’wah.
Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir
Jakarta, 19 Jumadil Akhir 1431 H / 2 Juni 2010 M
H. SYUHADA BAHRI H. ABDUL WAHID ALWI
Ketua Umum Sekretaris Umum
http://eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/press-release-dewan-da-wah-islamiyah-indonesia-tentang-kebiadaban-israel-relawan-kemanusiaan-gaza.htm
0 comments share
Berdiri, Kajian Zionisme Internasional
Dec 28, '09 7:54 PM
for everyone
Kajian Zionisme Internasional berharap mendapat tempat dan perhatian di hati kaum Muslimin Indonesia
Hidayatullah.com--Pemahaman tentang Zionisme sangatlah penting bagi setiap muslim. Sebab pemahaman masyarakat Indonesia terhadap gerakan Zionisme secara umum, masih sangat awam. Di sisi lain, serangan pemikiran tentang Zionisme acapkali distorsif dan parsial. Dari latar belakang inilah lahir KaZI.
Pernyataan ini disampaikan salah satu pendiri Forum Kajian Zionisme Internasional (KaZI) Ir. H. Surya Madya. "Sehingga kita berharap bukan KaZI saja yang terlibat melakukan pembelajaran. Umat Islam yang paham seharusnya terlibat," kata Surya yang ditemui hidayatullah.com, di sela-sela acara Kongres Kajian Zionisme Internasional bertajuk, "Mewaspadai Gurita Zionisme" di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta.
Menurut ia, masyarakat dunia tidak bisa sama sekali menyepelekan gerakan Zionisme internasional yang kini sudah meluber ke mana-mana, bahkan hingga ke Indonesia. Ada makar besar yang tak diketahui banyak orang di balik gerakan yang didirikan Yahudi ekstrim Theodor Herzl ini.
Senada dengan Surya, Ketua Panitia Kongres Zionisme Internasional, Tri Putranto, mengungkapkan bahwa perhatian kaum muslimin secara khusus dan masyarakat pada umumnya terhadap ide Zionisme, masih sangat kurang.
"Sehingga kajian semacam ini akan terus kita giatkan. Hidayatullah pun kita harapkan bisa terlibat," kata Putranto.
Kajian Zionisme Internasional (KaZI) adalah forum umat Islam, yang didirikan karena dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan adanya kajian khusus tentang Zionisme. KaZi berdiri tahun 2006 lalu di Jakarta.
Menurut Putranto, Kongres yang digelar di Gedung Dakwah Muhammadiyah tersebut adalah gelaran pertama sejak berdirinya KaZI.
Hadir sebagai pembicara di antaranya Asep Sobari (peneliti sejarah INSISTS), Nirwan Syafrin (Direktur Eksekutif INSISTS), Ridwan Saidi (penulis buku-buku Zionisme, tokoh Betawi), Indra Adil (penulis buku The Lady Di Conspiracy), dan Tiar Anwar Bachtiar (penulis buku Hamas: Kenapa Dibenci Amerika?).
Pada sesi kedua yang dilakukan setelah sholat dhuhur, pembicara yang hadir adalah Adnin Armas (peneliti INSISTS, penulis buku Metodologi Bibel dalam Studi Al-Quran), Muhaimin Iqbal (penulis buku Dinar Solution), Jose Rizal (Presidium MER-C), dan Herry Nurdi (Pemred Sabili, penulis buku Lobi Zionis dan Rezim Bush).
Acara tersebut juga diselingi dengan Pemutaran film dokumenter, pembacaan puisi, dan tanya jawab. [ain/www.hidayatullah.com]foto: Ainuddin/hidayatullah.com
sumber:
http://hidayatullah.com/berita/lokal/10233-berdiri-kajian-zionisme-internasional.html
Tags: kongres
1 comment share
YAHUDI SEBAGAI SIMBOL DALAM WACANA ISLAM MASA KINI
Jul 12, '09 11:25 AM
for everyone
Kaset Qur’an dan konspirasi Yahudi
Pada tahun 1986 seorang ulama di Bima mengeluh kepada peneliti dari LIPI tentang keberadaan kaset rekaman bacaan Al Qur’an yang dijual di mana-mana. “Sekarang semakin banyak orang puas dengan menyetel kaset saja, mereka tidak berminat lagi untuk belajar qira’ah Al Qur’an sendiri.” Berbagai teknologi baru, menurut hematnya, sangat membahayakan agama Islam. Ia mencurigai gejala ini berkaitan dengan konspirasi Yahudi-Zionis untuk menghancurkan Islam. Dalam ceramah-ceramahnya, ia sering menyinggung ancaman-ancaman Yahudi terhadap Islam. Ulama yang pernah bermukim di Makkah selama beberapa tahun ini, menceritakan kepada peneliti tadi bahwa ia banyak tahu tentang tipu daya Yahudi itu dari majalah-majalah yang diterimanya dari Rabithah Al-`Alam Al-Islami (Al-Rabithah dan Muslim World News); selain mengutip pula buku yang bernada ancaman terhadap kemajuan dan perkembangan Islam di dunia seperti Al-Maka’id al-Yahudiyah dan Rencana Yahudi terhadap Penghancuran Islam. Ketika peneliti bertanya gejala apa di Indonesia yang dianggapnya sebagai aktivitas Yahudi-Zionis, ditudingnya organisasi-organisasi seperti Lions Club.[1]
Yahudi sebagai ancaman terhadap nilai-nilai tradisional
Kasus ulama Bima di atas mengejutkan saya karena merupakan pertemuan pertama saya dengan semangat anti-Yahudi yang bukan anti-Israel saja di Indonesia. Di Bima, tentu saja, tidak ada orang Yahudi, dan andaikata terdapat Lions Club pun pastilah bukan mereka yang mengedarkan kaset Muammar Z dan qari-qari lainnya. Mengapa ungkapan keprihatinan sang ulama mengaitkannya dengan Yahudi? Ternyata ia tidak sendirian; beberapa tahun terakhir kian sering kita menjumpai kata “Yahudi” dipakai sebagai julukan negatif bagi perkembangan, pemikiran atau sikap yang dianggap membahayakan umat Islam. “Yahudi” telah menjadi simbol dari sesuatu yang tak mudah diungkapkan secara eksplisit. Yang dimaksudkan, agaknya, bukan agama Yahudi, dan bukan juga kebijaksanaan resmi pemerintah Israel atau pun kelompok Zionis ekstrim, melainkan sesuatu yang lebih abstrak dan tersembunyi.
Ada dua hal menarik berkenaan dengan munculnya Yahudi sebagai simbol dalam wacana Islam di Indonesia. Pertama, Yahudi seringkali disebut dalam konteks kekhawatiran tentang adanya konspirasi untuk menghancurkan Islam. Banyak aspek proses modernisasi, berikut sekularisasi dan rasionalisasi, pergeseran nilai-nilai tradisional, globalisasi ekonomi dan budaya, individualisme dan hedonisme dilihat sebagai hasil rekayasa, bukan proses yang berdiri sendiri. Semua perkembangan barusan diduga kuat telah direncanakan dan dilaksanakan oleh persekongkolan yang memusuhi Islam dan ingin menghancurkannya. Konspirasi rahasia tersebut diidentikkan dengan Yahudi dan Zionis; tetapi setiap orang yang dianggap berjasa demi tujuan persekongkolan tersebut, walaupun agama dan kebangsaannya berbeda, bisa saja dijuluk Yahudi.
Kedua, teori-teori konspirasi dan kecenderungan untuk mengkambinghitamkan Yahudi tentu saja tidak lahir di Indonesia melainkan berasal dari negara-negara Arab – utamanya Arab Saudi, Kuwait dan Mesir. Menyembulnya kebencian kebanyakan orang Arab saat ini kepada orang Yahudi tak bisa dilepaskan dari masalah Palestina. Keprihatinan tentang Zionisme Israel sangat wajar. Meski di sini perlu ditambahkan, kepercayaan akan adanya konspirasi Yahudi untuk menghancurkan Islam dan menguasai seluruh dunia bukan hanya reaksi terhadap eksistensi Israel saja, dan sesungguhnya juga disebabkan penyebaran antisemitisme Barat ke negara-negara Arab.
Sumber yang seringkali menjadi rujukan, yaitu Al-Maka`id Al-Yahudiyah alias Protokol-Protokol Para Sesepuh Zion alias Ayat-Ayat Setan Yahudi, merupakan hasil fabrikasi beberapa orang anti-Yahudi Rusia dan kemudian dipergunakan sebagai alat propaganda oleh Nazi Jerman. Buku inilah yang pernah merupakan legitimasi utama bagi pembunuhan massal terhadap orang Yahudi oleh Nazi Jerman. Protokol-protokol konon terdiri dari notulen pemerintah rahasia Yahudi tentang strategi mereka untuk menguasai dunia, melalui kapitalisme maupun komunisme, demokrasi maupun kediktatoran, revolusi maupun liberalisasi ekonomi. Pada dasawarsa 1950-an edisi Arabnya terbit, dan belakangan beberapa kali diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Editor-editor Indonesianya tampaknya tidak menyadari bahwa buku ini bukan dokumen sejarah benar melainkan pemalsuan oleh kalangan antisemitis.
Yahudi, Freemason dan kemodernan
Antisemitisme (sikap anti-Yahudi) di Eropa memuncak pada penghujung abad ke-19 dan berkaitan erat dengan kemodernan. Antisemitisme merupakan reaksi terhadap arus perubahan sosial dan ekonomi yang begitu cepat serta berkembangnya kapitalisme modern, terhadap gerakan-gerakan liberalisme dan sosialisme, republikanisme dan sekularisme – yakni terhadap memudarnya privilese-privilese lama. Dari sinilah muara adanya keyakinan kuat bahwa semua perubahan sosial dan politik tidak disebabkan oleh dinamika perkembangan sistem ekonomi kapitalis melainkan direncanakan oleh sebuah persekongkolan orang yang ingin mendominasi seluruh dunia: Yahudi dan/atau Freemasonry (Vrijmetselarij).
Yahudi dengan mudah menjadi sasaran tudingan karena mereka tampak beruntung dengan perubahan masyarakat tersebut. Dalam masyarakat Eropa tradisional, orang Yahudi sebagai minoritas agama dikucilkan dan biasanya tidak diperbolehkan berperan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat: politik, pemilikan tanah dan banyak jenis pekerjaan dilarang bagi mereka. Runtuhnya tatanan sosial tradisional dan perkembangan ke arah masyarakat industri berarti juga berakhirnya larangan lama dan kemungkinan mobilitas sosial bagi semua orang Eropa termasuk Yahudi. Bagi golongan yang telah menghilangkan privilese lama dalam proses modernisasi ini, atau yang merindukan masyarakat tradisional, Yahudi menjadi simbol dari semua perubahan yang terjadi; sikap anti-kemodernan diungkapkan dalam bentuk antisemitisme.
Freemasonry memang merupakan organisasi rahasia, agak mirip tarekat dengan ritual dan ajaran yang tak boleh dijelaskan kepada orang luar, tetapi menegaskan nilai humanisme (kemanusiaan) ketimbang nilai religius tradisional. Didirikan di London pada 1717, Freemasonry dengan cepat tersebar di negara-negara Eropa dan telah menjadi musuh bebuyutan Gereja Katolik. Sejumlah pemikir, politisi dan seniman paling terkemuka telah masuk Freemasonry: Goethe, Kant dan Hegel di Jerman, Mozart dan Haydn di Austria, Voltaire, Rousseau dan Diderot di Perancis, George Washington dan Benjamin Franklin di Amerika. Pada abad ke-19, Freemasonry oleh kawan maupun lawannya dikaitkan dengan ide-ide Revolusi Perancis dan dengan kemodernan. Tidak terlalu mengherankan jika Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad `Abduh menjadi anggota Freemasonry sewaktu keduanya berada di Perancis. Sebagai organisasi, Freemasonry tidak mempunyai hubungan khusus dengan keyahudian. Di antara anggotanya memang dijumpai sejumlah orang Yahudi, namun mereka relatif sedikit.[2] Kebetulan saja keduanya telah menjadi simbol dari semua perubahan yang mengancam dunia tradisional.
Lahirnya gerakan Zionisme
Sebagai reaksi terhadap antisemitisme, gerakan Zionisme secara bersamaan lahir pada saat itu pula. Theodor Herzl menulis bukunya Negara Yahudi pada tahun 1896; Muktamar Zionis pertama diselenggarakan di kota Basel, Swis, pada tahun 1897. Para pendiri gerakan ini terdiri dari orang Yahudi sekuler dari Jerman dan Austria. Bagi mereka keyahudian merupakan identitas nasional, bukan identitas agama, dan Zionisme adalah nasionalisme dari suatu bangsa yang belum mempunyai negara. Cita-cita mereka, mendirikan sebuah negara nasional yang sekuler bagi orang Yahudi. Lahirnya gerakan Zionisme tidak ada sangkut pautnya dengan agama Yahudi; faktor pendorong utama adalah keberadaan Yahudi hanya sebagai golongan etnis berstatus “pariah”. Namun pilihan mereka akan Palestina sebagai “rumah nasional” bagi bangsa Yahudi tentu saja mengaitkan cita-cita mereka dengan sejarah sakral Yahudi yang tercantum dalam kitab suci Taurat. Hal itu belakangan menyebabkan gerakan Zionisme semakin diwarnai simbol-simbol keagamaan.
Asal-usul “Protokol Zion”
Buku Protokol-Protokol Para Sesepuh Zion disusun sekitar saat itu pula — hanya saja tidak oleh para pemimpin gerakan Zionis seperti yang diklaim penyusunnya. Sebagian besar buku ini dicuplik begitu saja dari sebuah roman berjudul Dialog dalam Neraka antara Montesquieu dan Machiavelli, yang ditulis sekitar 1864 oleh seorang pengacara Perancis, Maurice Joly, sebagai kritik terselubung terhadap diktatur Kaisar Napoleon III. Dalam buku ini Montesquieu menyuarakan pendapat liberal dan demokratis (yang agaknya merupakan pendapat pengarang), sedangkan Machiavelli memberi alasan bernada sinis bagi sistem kekuasaan diktatorial. Secara blak-blakan ia mengusulkan sejumlah tindakan dan kebijaksanaan untuk menipu dan memanipulir rakyat. Yang diusulkannya, tidak lain, tindakan dan kebijaksanaan Kaisar Napoleon, yang tujuannya lazim berkedok di belakang perkataan manis dan indah. Buku Joly ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan “masalah Yahudi”.
Penyusun Protokol mengambil alih perkataan sinis Machiavelli tersebut yang seolah-olah diusulkan sebagai kebijaksanaan oleh suatu komite rahasia tokoh Yahudi. Perkataan Montesquieu juga diambil alih agar mengesankan bahwa semua gerakan yang melawan status quo, dari liberal moderat sampai sosialis radikal, merupakan bagian dari komplotan Yahudi jahat yang ingin menghancurkan dunia Kristen. Walau sulit menentukan secara pasti siapa sesungguhnya yang menyusun naskah Protokol yang kemudian digunakan untuk edisi cetakan pertama, namun terdapat banyak petunjuk bahwa P.I. Rakhkovsky, kepala dinas rahasia Rusia di Perancis 1884-1902, telah memainkan peranan besar.[3]
Tidak sangsi lagi bahwa Protokol-Protokol ditulis di Perancis; dugaan ini diperkuat utamanya oleh adanya rujukan pada situasi dan peristiwa di Perancis dasawarsa 1890-an. (Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak mungkin ada kaitan dengan gerakan Zionisme saat itu, yang didirikan orang Yahudi berbahasa dan budaya Jerman.) Semua perubahan masyarakat – transformasi ekonomi, modernisasi, pembangunan kereta api di bawah tanah di Paris, slogan-slogan revolusi Perancis, cita-cita demokrasi, sosialisme, liberalisme digambarkan sebagai kiat Yahudi untuk menggoyangkan sistem yang mapan sehingga mereka bisa menguasainya. Menurut “editor”nya, teks yang asli konon telah dicuri dari rumah seorang pengurus Freemasonry. Demikian Freemasonry sekaligus dilibatkan dalam teori-teori konspirasi Yahudi dan ditunjukkan sebagai salah satu organisasi rahasia Yahudi.
“Protokol Zion” dan antisemitisme di Eropa
Protokol-Protokol pada awalnya diterbitkan di Rusia dan turut menyebabkan pogrom-pogrom (pembantaian massal) terhadap Yahudi. Hitler menganggap buku ini sangat berguna sebagai bahan propaganda. Meski ia sendiri barangkali percaya pada teori konspirasi Yahudi, namun ia juga sangat sadar akan manfaat buku ini dan semboyan “bahaya Yahudi” dalam usaha mencapai kesatuan orang Jerman dan para simpatisan fasis di luar negeri. Lebih dari 100.000 eksemplar dicetak di Jerman saja, dan terjemahan Inggrisnya sangat laku di Inggris dan Amerika Serikat. Barulah setelah Perang Dunia Kedua – atau lebih tepatnya, setelah berdirinya Israel dan pengusiran sebagian orang Palestina oleh kaum Zionis – buku ini mulai dikenal di dunia Arab dan cepat menjadi buku pegangan.
Antisemitisme tidak memerlukan adanya Yahudi
Propaganda anti-Yahudi Jerman juga mencapai Jepang, negara yang tidak dijumpai adanya Yahudi sama sekali. Tetapi “konspirasi Yahudi untuk menguasai dunia” oleh pihak militer Jepang pernah digunakan pula sebagai legitimasi bagi serangannya terhadap Cina Kuo Min Tang, yang mereka sebut sebagai bagian dari konspirasi Yahudi.
Di Eropa dan Amerika Serikat juga terlihat tidak adanya korelasi yang kuat antara jumlah orang Yahudi di suatu daerah dan tingginya antisemitisme. Baik di Perancis maupun di Amerika antisemitisme pernah sangat merakyat di beberapa daerah yang nyaris tidak mempunyai penduduk Yahudi. Daerah-daerah tersebut merupakan daerah terbelakang. Yang dibenci orang antisemit di sana, agaknya, bukan orang-orang Yahudi tertentu melainkan budaya perkotaan dan kemodernan pada umumnya.
Antisemitisme dan Zionisme, dua sekutu
Di Eropa, antisemitisme dan Zionisme pernah saling memperkuat (dan sampai sekarang, agaknya, saling memerlukan). Terdapat kepentingan bersama: para Zionis ingin mengajak orang Yahudi dari Eropa ke negara yang ingin diciptakan, sedangkan para antisemit merencanakan “pembersihan etnis”. Keberhasilan kedua gerakan politik tersebut merupakan salah satu tragedi terbesar abad ke-20.
Dengan demikian, keberadaan Israel sebagai negara Yahudi merupakan “hadiah” antisemitisme Eropa kepada Timur Tengah. Sangatlah ironis bahwa orang Arab kemudian secara tidak kritis juga mengambil alih ide-ide antisemitis dari Eropa.
Dunia Islam dan Yahudi
Keberadaan orang Yahudi di dunia Islam pada masa lalu umumnya lebih baik daripada di Eropa. Bukan berarti tidak ada diskriminasi atau kebencian terhadap mereka, tetapi sebagai ahl al-kitab mereka lazimnya dilindungi. Di Eropa mereka barulah memperoleh hak-hak bersamaan masa transisi dari masyarakat pertanian ke masyarakat perkotaan dan industri.[4] Kebebasan yang mereka peroleh menimbulkan reaksi; sikap anti-Yahudi berkaitan erat dengan dengan sikap anti-kemodernan. Antisemitisme merupakan salah satu gejala protes terhadap perubahan.
Dalam Islam, tidaklah sulit mencari pembenaran religius untuk membenci Yahudi. Dan belakangan ini kami sering menjumpai pembenaran ini seolah-olah bagian esensial dari Islam. Terdapat sejumlah ayat Qur’an yang mengutuk orang Yahudi Madinah dan sekaligus bisa ditafsirkan sebagai anjuran untuk senantiasa mencurigai dan membenci kaum Yahudi.[5] Tetapi sebenarnya ayat-ayat ini baru belakangan menjadi begitu populer. Asal-usul kebencian yang sesungguhnya, tentu, keberadaan negara Israel di tengah negara-negara Arab, dan kekuatan dahsyat tentara Israel. Ayat-ayat Qur’an tersebut memberikan legitimasi belakangan kepada kebencian yang disebabkan oleh kejadian politik. Tulisan Arab anti-Yahudi, agaknya, lebih diwarnai oleh pengaruh buku antisemit Barat seperti Protokol-Protokol ketimbang ayat-ayat Qur’an yang berkaitan dengan Yahudi. Sebagian besar buku mengenai “bahaya Yahudi” yang diterbitkan di dunia Arab merujuk kepada Protokol-Protokol dan tokoh-tokoh antisemit Barat; hanya beberapa saja yang bertolak dari analisa ayat-ayat Qur’an.
Palestina: nasionalisme atau Islam?
Kekalahan militer negara-negara Arab oleh Israel menimbulkan persepsi bahwa sosialisme dan nasionalisme telah gagal sebagai ideologi yang layak, dan mendukung munculnya “alternatif Islam” yang sejak dulu disponsori Arab Saudi. Lahirnya ideologi Islam politik akhir-akhir ini (terutama varian konservatifnya) berkaitan erat dengan faktor keberadaan Israel. Faktor lain yang berperan, tentu saja, minyak dan kenaikan harga minyak sejak 1973 (berkaitan langsung dengan perang Arab-Israel dan boikot minyak). Dengan kenaikan harga minyak, orang Arab secara berangsur kian diperhatikan Barat, dan perasaan harga diri orang Arab turut terangkat. Di sini kemudian wacana dominan tentang Israel mulai bergeser dan ditentukan oleh Arab Saudi daripada Mesir dan berubah dari wacana nasionalis (Israel lawan Arab) menjadi wacana agama (Yahudi lawan Islam).
“Protokol Zion” di Indonesia
Perbincangan bertema Yahudi, Zionisme dan Israel di kalangan Islam Indonesia cenderung dipengaruhi oleh buku Protokol-Protokol Para Sesepuh Zion dan tulisan antisemitis Barat lainnya. Setelah perjanjian perdamaian antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina ditandatangani (September 1993), majalah Panji Masyarakat dan Al-Muslimun memuat laporan khusus tentang Yahudi dan Zionisme yang tidak hanya berisi opini dan analisa situasi politik saja tetapi juga menguraikan lagi tentang konspirasi Yahudi berdasarkan Protokol-Protokol sebagai “bahan bukti”.[6] Tidak mudah memastikan sejak kapan buku tersebut diketahui di Indonesia. Menurut laporan di Panjimas tadi, majalah ini pernah memuat artikel panjang mengenai “Ancaman Ular Simbolik Yahudi” (salah satu tema dari Protokol-Protokol) pada tahun pertama penerbitannya, yaitu 1959.[7] Dan itu pun mungkin bukan tulisan pertama tentang konspirasi rahasia Yahudi untuk menghancurkan Islam. Namun jika dicermati pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an tulisan serupa ini belum banyak mendapat perhatian.
Adalah Prof.Dr. Ahmad Shalaby, guru besar dari Mesir yang pernah mengajar di PTAIN di Yogyakarta pada dasawarsa 1950-an, yang agaknya memiliki andil dalam memperkenalkan Protokol-Protokol di Indonesia. Bukunya Perbandingan Agama: Agama Yahudi, yang rampung ditulis di Mesir pada tahun 1965, membicarakan panjang lebar Protokol-Protokol. Setelah membahas kitab Taurat dan Talmud sebagai pustaka keagamaan Yahudi, Shalaby menyuguhkan ringkasan Protokol-Protokol Para Sesepuh Zion, seolah-olah ini pula teks keagamaan Yahudi. Tidak jelas apakah Shalaby pada saat ia mengajar di Indonesia juga telah membicarakan teks tersebut; tampaknya masalah Yahudi waktu itu belum banyak menarik perhatian orang. Terjemahan Melayu buku Shalaby diterbitkan pada tahun 1977 di Singapura, dan terjemahan Indonesia baru pada tahun 1990. Buku ini sering dijadikan rujukan oleh penulis Indonesia. Dipengaruhi langsung oleh Shalaby, penulis buku teks ilmu perbandingan agama dari Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga juga meyakini bahwa “Protokol Pendeta Zionis” merupakan kitab sakral Yahudi ketiga, setelah Perjanjian Lama dan Talmud.[8]
Barulah pada dasawarsa 1980-an konspirasi Yahudi semakin sering dibicarakan di Indonesia. Pada tahun 1982, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Agama (LPPA) Muhammadiyah dan Rabithah Al-`Alam Al-Islami masing-masing menerbitkan buku mengenai Freemasonry sebagai organisasi rahasia Yahudi. Keduanya menyebut Protokol-Protokol sebagai barang bukti yang akurat tentang rencana-rencana rahasia Yahudi.[9] Buku Rabithah menyebutkan adanya keraguan tentang kebenaran Protokol namun menegaskan pula bahwa ia benar-benar merupakan dokumen asli. “Siapa yang membaca dengan teliti teks-teks yang terkandung di dalamnya akan mengetahui bahwa semua rencana yang terdapat di dalamnya telah dilaksanakan di seluruh penjuru dunia” (hal. 156). Hanya, menurut para penulis, rencana Yahudi masa kini pastilah sudah berubah lagi, dan orang harus waspada terhadap kiat baru dari “para pengusaha kejahatan itu, para terompet setan itu, para juru tenu kebinasaan itu, dan para penjaga kuil itu.” Pengamatan ini mirip suatu pengakuan bahwa Protokol-Protokol ternyata tidak relevan untuk memahami Zionisme modern. Tetapi teori konspirasi tetap dipertahankan, dan pada tahun-tahun berikut di Indonesia terbit sejumlah terjemahan atau adaptasi Protokol-Protokol:
a. (Versi ringkas dalam:) Dr. Darouza, Mengungkap tentang Yahudi: Watak, Jejak, Pijak dari Kasus-Kasus Lama Bani Israel. Surabaya: Pustaka Progressif, 1982. (terbitan asli: Damascus 1970).
b. (Dikomentari panjang lebar dalam:) Dr. Majid Kailany, Bahaya Zionisme terhadap Dunia Islam. Solo: Pustaka Mantiq, 1988. (terbitan asli: Jeddah, 1984).
c. Skenario Rahasia untuk Menguasai Dunia. Bandung: Hizbul Haq Press, tanpa tahun (1989?). (dengan kata pengantar yang tampaknya ditulis di Pakistan).
d. Ayat-Ayat Setan Yahudi. Dokumen Rahasia Yahudi Menaklukkan Dunia dan Menghancurkan Agama. Jakarta: PT Pustakakarya Grafikatama, 1990. (dengan kata pengantar oleh “Social Reform Society”, Kuwait).
Dalam kata pengantar sejumlah edisi ini tidak ditemui isyarat bahwa teks ini hanya berupa sebuah pemalsuan kasar saja. Penulis kata pengantar dua yang terakhir malahan mengklaim – dengan mengabaikan kenyataan – bahwa buku ini sulit didapatkan dan di mana-mana dilarang (gara-gara konspirasi Yahudi, tentu saja). Agaknya, mereka lupa menyebutkan bahwa bukunya pernah dicetak dalam oplag ratusan ribu dan disebarkan ke mana-mana oleh rezim Nazi Jerman, dan di negara-negara Arab sendiri terjemahan Protokol-Protokol dengan mudah diperoleh di mana saja.
Daya tarik teori konspirasi
Teori-teori konspirasi mempunyai daya tarik kuat karena merupakan penjelasan yang mudah difahami dan sekaligus menunjukkan kambing hitam. Teori konspirasi meletakkan tanggungjawab atas segala hal yang tidak disenangi pada orang lain. Penganut teori ini tidak perlu mengungkapkan kekurangan, kelemahan dan kesalahannya sendiri, tidak pula mesti mengkritik diri sendiri karena semua hal dianggap kejahatan pihak lawan. Teori-teori semacam ini menutup kemungkinan orang mencermati sebab-sebab yang sebenarnya, sehingga tidak mudah atau malahan mustahil mengubah secara rasional keadaan yang tidak disenangi.
Teori konspirasi yang disebarkan oleh penyusun Protokol-Protokol menawarkan penjelasan semua peristiwa politik dan ekonomi yang telah terjadi selama satu abad: berkembangnya kapitalisme maupun gerakan-gerakan komunis, revolusi maupun kontrarevolusi, modernisasi dan rasionalisasi sistem ekonomi, gerakan pembebasan dan emansipasi, liberalisme dan sekularisasi. Ini semua dianggap buah dari rekayasa komplotan Zionis yang maha hebat. “Hampir setiap peristiwa besar di dunia berjalan mengikuti tuntutan The Elders of Zion ini. Peperangan, kemerosotan, revolusi, naiknya biaya hidup, dan keresahan berlarut-larut, wujud nyata mengangkangi dunia melalui pintu belakang.”[10] Menurut pandangan demikian, orang lain tidak berdaya dan tidak mampu memberi sumbangan terhadap alur sejarah; hanya Yahudi sajalah yang menentukannya.
Teori konspirasi ini sangat berbeda dengan analisa yang mendalam tentang kekuatan dan strategi nyata Zionisme. Negara Israel, organisasi Zionis di luar Israel dan para simpatisan Zionisme melakukan berbagai hal, secara terbuka maupun terselubung, untuk mempengaruhi pendapat umum dan kebijaksanaan negara-negara lain. Lobi-lobi Yahudi di Amerika dan Eropa memang sangat canggih dan berhasil; tetapi kalau aktivitas-aktivitasnya ditelaah secara cermat gambaran yang diperoleh sangat berbeda dengan Protokol-Protokol.[11]
Yahudi sebagai simbol perubahan yang mengancam
Umat Islam Indonesia, sebagai umat Islam negara-negara lain, menjunjung tinggi solidaritas dengan bangsa Palestina. Republik Indonesia tidak mengakui negara Israel, dan seluruh umat Islam Indonesia menganggap berdirinya Israel, apalagi pendudukan Gaza dan Tepi Barat dan pembangunan pemukiman Yahudi di sana, sebagai ketidakadilan yang tidak dapat dibenarkan.
Tetapi belakangan terdengar banyak ungkapan anti-Yahudi yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah Israel-Palestina. Yahudi dan kelicikan serta tipu dayanya dikritik, tetapi sasaran kritik ini sesungguhnya bukan orang Yahudi melainkan orang atau situasi di Indonesia sendiri. Rupa-rupa hal di Indonesia yang tidak disenangi (misalnya perkembangan pemikiran Islam liberal, atau konsep Hak Asasi Manusia) dikaitkan dengan konspirasi Yahudi.
Yahudi memang sejak dulu juga dikaitkan dengan golongan atau gerakan lain yang oleh pihak tertentu dianggap membahayakan status quo:
- Faham Syiah, menurut sebagian penulis Sunni, konon berasal dari seorang bekas Yahudi bernama Abdullah bin Saba’, yang pura-pura masuk Islam. Ia konon orang pertama yang mengistimewakan Ali bin Abi Thalib dan memulai kultus terhadap Ali dan keturunannya. Alasannya, konon untuk menghancurkan Islam dari dalam. Cerita ini sebagai “penjelasan” lahirnya Syi’ah sudah sangat lama, tetapi oleh kalangan ahli sejarah kebanyakan ditolak. Di Indonesia sendir, hikayat Abdullah bin Saba’ disebarkan lagi setelah revolusi Iran, oleh kalangan yang paling dekat ke Arab Saudi (yaitu tokoh-tokoh Dewan Dakwah).[12] Latar belakang politik isu ini tidak dapat diabaikan.
- Freemasonry (Vrijmetselarij) memang suatu gerakan rahasia dan internasional, tetapi di tiap negara mempunyai corak tersendiri. Kasus yang pernah menghebohkan adalah skandal politik dan korupsi menyangkut sebuah cabang Freemasonry di Italia yang anggotanya terdiri dari pengusaha besar, politisi, jaksa dan hakim, militer dan mafia. Di negara lain tidak pernah ada skandal demikian. Anggota Freemasonry pada umumnya terdiri dari orang elit dan berpikiran bebas. Orang Yahudi tidak memainkan peranan menonjol dalam Freemasonry.
- Rotary Club, Lions Club dan sebagainya. Perkumpulan orang elit bercorak khas Amerika. Pada dasarnya sebuah cabang lokal terdiri dari orang yang mewakili semua profesi (seorang dokter, seorang notaris, seorang guru sekolah, seorang pedagang, dan seterusnya), dan tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan. Dapat difahami sekiranya salah satu fungsi utama perkumpulan semacam ini bagi anggotanya adalah menyediakan jaringan “koneksi”. (Freemasonry, tentu saja, mempunyai fungsi yang sama). Menurut sebagian penganjur teori tentang konspirasi Yahudi, perkumpulan tersebut mempunyai tujuan rahasia dan merupakan bagian dari persekongkolan Yahudi itu.[13] Di Indonesia sebagian besar anggota perkumpulan tersebut, agaknya, terdiri dari orang Cina.
- Marxisme dan sosialisme-sosialisme lainnya. Karl Marx memang seorang Yahudi (walaupun tak beragama Yahudi), dan sejumlah nama besar di partai-partai kiri dan gerakan buruh Eropa juga Yahudi. Tujuan marxisme sebetulnya bertolak belakang dengan Zionisme, tetapi hal ini diabaikan oleh penganjur teori konspirasi. Baik kapitalisme maupun anti-kapitalisme diyakini merupakan bagian dari konspirasi Yahudi-Zionis yang sama. Dan bukan itu saja; semua pemikiran dan ideologi modern dicurigai, termasuk liberalisme.[14] Hal ini mungkin menunjukkan kepentingan apa, atau kekhawatiran golongan sosial mana, yang ada di balik teori konspirasi Yahudi itu. Seperti halnya di Eropa pada abad yang lalu, tampaknya Yahudi diidentikkan dengan segala aspek proses transformasi masyarakat tradisional, berkembangnya kapitalisme dan individualisme, sekularisasi dan humanisme dan munculnya konflik sosial-ekonomi.
“Yahudi”nya Indonesia
Rasanya tidak terlalu mengejutkan kalau kita menyaksikan di Indonesia belakangan ini pemikir-pemikir Islam berwawasan kosmopolit sudah mulai dijuluk “Yahudi” dan “Zionis” pula. Gerakan pembaharuan Islam yang mengkritik faham-faham mapan, menawarkan pola penafsiran baru dan menganjurkan sikap toleran terhadap sesama Muslim maupun penganut agama lain, tentu saja dicurigai oleh golongan yang berpegang kuat kepada faham mapan. Sepanjang sejarah, para pembaharu sering dituduh ingin menghancurkan agama (sedangkan mereka sendiri mengaku ingin mengembalikan esensi agama kepada kedudukan yang sentral). Dengan semakin populernya teori tentang konspirasi Yahudi, dan mengikuti logika bahwa setiap hal yang mengancam Islam atau kemapanan apa pun adalah ulah Yahudi-Zionis, dengan sendirinya gerakan pembaharuan Islam mudah dituding sebagai bagian dari konspirasi Yahudi.
Setidaknya terdapat dua dimensi pada penjulukan “Yahudi” terhadap sementara pemikir Islam yang liberal. Yang pertama menyangkut pemikiran mereka, yang dituduh dipengaruhi oleh orientalisme (dan orientalisme, tentu saja, dianggap sebagai salah satu senjata Yahudi dalam usahanya untuk menghancurkan Islam). Yang kedua, dan ini yang pada hemat saya lebih penting, menyangkut kosmopolitanisme dan kemodernan mereka serta golongan sosial yang merupakan pendukung utama mereka. Sindiran dengan mencap “Yahudi” dan “Zionis” pernah dilontarkan dalam polemik melawan Nurcholish Madjid dengan Paramadinanya dan kemudian pula melawan LSAF dan majalah Ulumul Qur’an (pernah dijuluk Ulumul Talmud oleh pihak penentang). Yang dimaksud, agaknya, bukan saja keterbukaan, toleransi dan sikap berdamai mereka terhadap agama Kristen dan Yahudi, melainkan sesuatu yang lebih mendasar.
Baik Paramadina maupun LSAF mewakili trend baru dalam umat Islam, berkaitan erat dengan munculnya kelas menengah Islam yang sedang naik daun (dalam ekonomi maupun politik) dan yang mencari gaya Islam yang modern, bergengsi, “canggih” dan “trendy”. Kelas baru ini, lebih terpelajar, kosmopolit dan percaya pada diri daripada generasi-generasi sebelumnya. Berikut mereka ini bergaya hidup modern dan individualis serta mungkin pula kurang peduli terhadap kesenjangan sosial yang ada. Bukankah mereka ini yang merupakan sasaran sebenarnya dari julukan “Yahudi”? Dalam polemik berkelanjutan antara penulis muda serial Media Dakwah dengan majalah Ulumul Qur’an, saya (kalau tidak sangat keliru) mencerna juga adanya pertentangan “orang kampungan” lawan “orang gedongan”, yang masing-masing mempunya gaya menghayati Islam sendiri.
Di negara Pancasila, pertentangan “antar-golongan” tidak bisa diungkapkan secara terang-terangan, dan itu yang membuat kata “Yahudi” begitu berguna bagi orang tertentu. Indonesia tidak punya hubungan dengan Israel, dan agama Yahudi tidak termasuk lima agama yang resmi diakui. Oleh karena itu, mengutuk Yahudi tidak mengandung risiko tuduhan SARA, berbeda dengan kutukan terhadap pengusaha Cina, pejabat Katolik atau Orang Kaya Baru (bangsa Pondok Indah). Secara demikian teori konspirasi Zionis – Yahudi – Freemasonry – Rotary Club, yang diimpor dalam bentuk siap pakai, terbukti mempunyai fungsi serbaguna di Indonesia. Bukan saja semua perubahan sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi dalam masyarakat dapat “dijelaskan” dalam kerangka teori ini, melainkan golongan yang tidak disegani pun dapat dengan mudah dituding pula sebagai bagian dari konspirasi yang sama.
Wacana tentang Yahudi dan konspirasi untuk menguasai dunia, dengan Protokol-Protokol Para Sesepuh Zion sebagai sumber utama, berasal dari Eropa dan masih mencerminkan pertentangan sosial di Eropa pada masa laju modernisasi berlangsung begitu cepat. Wacana tersebut sampai ke Indonesia melalui Timur Tengah (terutama Arab Saudi) setelah menjadi bagian dari pandangan dunia Islam yang dipropagandakan Rabithah Al-`Alam Al-Islami. Di Indonesia, wacana ini telah mendapat fungsi baru dan diterapkan untuk membicarakan pertentangan yang sesungguhnya kasatmata namun tidak bisa dibicarakan secara terbuka. Wacana ini tidak membantu untuk memahami apa yang terjadi di sekitar kita, tetapi mungkin saja lebih memuaskan sebagai penjelasan dan pembenaran kegagalan orang daripada sebuah analisa yang sungguh-sungguh. Dan sejarah Eropa abad terakhir ini menunjukkan betapa berbahaya wacana ini.
* Catatan untuk ceramah yang disampaikan di DIAN (Institut Dialog Antar-Iman di Indonesia), Yogyakarta pada 9 Oktober 1993 dan kepada Jamaah Masjid Shalahuddin, Yogyakarta pada 17 Oktober 1993.
[1] Syamsuddin Haris, “Laporan Penelitian Pandangan Sikap Hidup Ulama di Nusa Tenggara Barat”, LIPI, 1986.
[2] Pengaruh Freemasonry terhadap gerakan revolusioner Jeunes Turcs (”Orang Turki Muda”), yang pada tahun 1908 menggulingkan pemerintahan otoriter Sultan Abdulhamid II, merupakan kasus yang sering disoroti. Gerakan ini terdiri dari perwira muda dan cendekiawan yang dipengaruhi pemikiran revolusi Perancis, dan sebagian termasuk anggota Freemasonry. Basis utamanya adalah kota Selanik (Thessaloniki, sekarang di Yunani), kota Usmani yang paling modern, dengan penduduk Yahudi yang cukup banyak. Di antara Jeunes Turcs dijumpai beberapa orang Yahudi, walaupun mereka bukan pemimpin teras. Di Indonesia Freemasonry pernah mempunyai pengaruh cukup besar terhadap organisasi nasional pertama, Budi Oetomo; di antara pengurus B.O. dijumpai sejumlah anggota Freemasonry (termasuk Ketua pertama, R.A. Tirtokoesoemo).
[3] Kajian paling mendalam tentang latar belakang Protokol-Protokol adalah: Norman Cohn, Warrant for Genocide: The Myth of the Jewish World-Conspiracy and the Protocols of the Elders of Zion (edisi pertama 1967; edisi ketiga, Chico, CA: Scholars Press, 1981). Cohn menduga bahwa salah seorang sasaran utama pemalsuan ini adalah Menteri Ekonomi Rusia yang memberlakukan reformasi ekonomi pada waktu itu, Witte.
[4] Tentu saja pernah terjadi sejumlah kekecualian; di beberapa kota dan wilayah di Eropa orang Yahudi sejak lama dapat hidup tanpa diganggu orang lain.
[5] Misalnya, dalam Syaikh Musthafa Al Maraghi, 76 Karakter Yahudi dalam Alqur’an. Penyusun: M. Thalib. Solo: Pustaka Mantiq, 1989.
[6]Panji Masyarakat, 1-10 Nopember 1993 (bertema “Dililit Zionisme?”), Al-Muslimun, Desember 1993 (bertema “Makar Yahudi”).
[7] Itu agaknya merupakan kekeliruan; saya pernah mencari artikel tersebut dalam bundel tahun pertama Pandji Masjarakat di perpustakaan KITLV di Leiden tetapi tidak menemukannya. Dari tulisan senada yang saya temukan, yang paling lama diterbitkan di majalah ilmiah IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 1967: “Ular Zionisme dan P.B.B.” (tanpa nama penulis), Al-Djami`ah, jilid VI, nomor 5-6, hal. 74-88. Artikel itu dicuplik dari Siaran JAPI, no. 5/67.
[8] Burhanuddin Daya, Agama Yahudi. Yogyakarta: PT. Bagus Arafah, 1982.
[9] Muhammad Safwat as-Saqa Amini & Sa’di Abu Habib, Gerakan Freemasonry. Makkah al-Mukarramah: Rabitah Alam Islami, 1982, hal. 154-6; LPPA-Muhammadiyah, Sorotan Terhadap Free Masonry (Organisasi Rahasia Yahudi). Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982, hal. 88-90.
[10] Kata pengantar pada Ayat-Ayat Setan Yahudi, hal. 15.
[11] Lihat *Paul S. Findley, Mereka Berani Bicara. Bandung, Mizan, 1990.*
[12] Lihat buku propaganda anti-Syiah karangan Ikhsan Ilahi Zhahiri, Syiah dan Sunnah (terjemahan Bey Arifin. Surabaya: Bina Ilmu, 1984, hal. 29-44) dan respons pro-Syiah dalam M. Hashem, ‘Abdullah Bin Saba’ Benih Fitnah (Bandar Lampung: YAPI, 1987).
[13] Menurut seorang penulis Mesir, Muhammad Fahim Amin, “Tujuan-tujuan Rotary yang dirahasiakan dan yang hakiki ialah untuk merealisir rencana Freemasonry dan Zionisme Internasional, dengan sasaran pokok menghancurkan berbagai bangsa, meruntuhkan negara-negara Goyim (non-Yahudi), mengibarkan bendera Israel dan mendirikan negara Zionis Internasional.” (Rahasia Gerakan Freemasonry dan Rotary Club. Jakarta: Al Kautsar, 1992, hal. 150-1). Penulis tampaknya tidak merasa perlu membuktikan tuduhan ini dan tidak mengajukan satu fakta atau dokumen pun.
[14] Demikian, misalnya, editor anonim Ayat-Ayat Setan Yahudi menulis dalam Pendahuluannya (hal. 17-18): “Berbagai istilah seperti liberalisme, egalitas, fraternitas, libertas, sosialisme, komunisme, dan lain-lain, disuapkan kepada pribadi bangsa yang menjadi sasaran mereka lengkap dengan analisa ilmiahnya. Jika telah tertelan oleh seseorang, jadilah ia corong dan terompet untuk wawasan semu, yang cuma mengacaukan sistem yang ada dan pada tingkat selanjutnya: penguasaan bangsa tersebut di bawah telapak kaki mereka!”
Oleh: Martin van Bruinessen
Sumber:
http://www.let.uu.nl/~martin.vanbruinessen/personal/publications/yahudi_sebagai_simbol.
Tags: yahudi-simbol
0 comments share
MENYOAL FENOMENA ANTI-SEMITISME
Jul 12, '09 11:17 AM
for everyone
Masih segar dalam ingatan, ketika tanpa pemberitaan media, bulan Juli 2008 silam utusan khusus Deplu AS diam-diam menyambangi MUI. Kunjungan mereka menyisakan beribu pertanyaan. Terlebih utusan itu membawa misi Yahudi sebagai agama terpisah dari eksistensinya sebagai kekuatan politik (Zionisme).
Ironisnya, tamu tak diundang itu bukanlah Rabbi-rabbi Yahudi namun Gregs J Richman dan kawan-kawan mewakili utusan khusus Deplu AS.
Sejatinya, sudah begitu besarkah bahaya gerakan anti-semitisme sehingga membuat kaum Yahudi dan kroninya sangat defensif menjaga pertahanan.
Menelusuri jauh ke belakang, sejarah mencatat anti-semitisme timbul tatkala terjadi pembantaian dan pemusnahan ras Yahudi. Pada awal perkembangannya, kaum Yahudi dan Romawi justru menindas masyarakat Kristen Eropa. Kemudian, sejarah berbalik akhirnya Yahudi menjadi korban pembantaian kaum Kristen.
Istilah anti-semitisme sebetulnya ambigu. Kata ’semitic’ merujuk pada Sem putra Noah. Sementara Abraham putra Terah merupakan generasi ke 10 dari Noah melalui garis keturunan Sem. Dan melalui silisilah Abraham juga terdapat bangsa Arab keturunan Ismail.
Anti-semitisme mulai muncul di Eropa pada tahun 1790. Ideologi rasis ini diperkenalkan oleh Wilhelm Marr tahun 1879. Propaganda anti-semit dieksploitasi oleh cendekiawan Yahudi sebagai sebuah sebutan terhadap anti Yahudi. Upaya tersebut berbuah sukses dalam menyesatkan opini dunia, meski sebenarnya gerakan tersebut lebih tepat sebagai ’anti-Jews’ atau ’anti-Judaisme’.
Wajah anti-semitisme centang perenang dan bersimbah darah hingga mengantarkan pada wacana anti-semitisme, terjadi karena kebencian yang mendalam terhadap kaum Yahudi dan mitos yang mempersepsikan Yahudi adalah bangsa yang terkutuk lantaran menolak Yesus.
Lantas muncul gambaran bahwa kaum Yahudilah yang paling bertanggung jawab terhadap penyaliban Yesus. Anti-semitisme abad pertengahan menyuburkan lahan bagi tumbuhnya anti-semitisme modern. Marvin Perry dalam bukunya ’ Western Civilization A Brief History’ memaparkan anti Yahudi muncul karena pandangan keagamaan Kristen pada abad ke 19 serta faktor ras dan nasionalisme: sikap yang mengejawantah dalam doktrin Darwinisme.
Ironisnya, kaum Yahudi Zionis kemudian mengadopsi gagasan tersebut untuk membentuk negara nasionalis-rasialis yang diperuntukkan bagi kaum Yahudi (Jewish State) namun bukan berazaskan agama Judaisme. Bahkan menurut Theodore Herzl, dengan memahami anti-semitisme dengan baik bisa dijadikan alasan untuk mendirikan negara Yahudi. Roger Garaudy berargumen, sejatinya Zionisme dan anti-semitisme adalah saudara kembar. Sedang Ralph Schoeman dalam bukunya ‘A Hidden Story Of Zionism’ mengungkap bukti kolaborasi antara Zionisme dan anti-semitisme yakni terjadi pada mitos Holocaust saat Hitler berkuasa.
Sebenarnya para pendiri Zionisme telah berputus asa dalam memerangi gelombang anti-semitisme. Akhirnya, mereka memandang bahwa anti-semitisme sebagai sebuah sekutu, sebab keduanya bertujuan sama yakni memindahkan kaum Yahudi di negeri mereka tinggal. Akhirnya, mereka menggabungkan nilai-nilai kebencian Yahudi dan anti-semitisme.
Henry Ford dalam maha karyanya ’The International Jews’ menuliskan:
’ Kesadaran orang Yahudi yang teguh atas ’Goy” (non-Yahudi) inilah yang merupakan penyakit Yudaisme, tradisi yang berusia berabad-abad untuk memisahkan diri. Tidak ada itu yang namanya anti-semitisme. Tapi sungguh ada yang namanya anti-goyisme. Di semua negeri di seantero dunia, tidak ada sentimen Arab yang dikenal orang. Tidak ada orang Semit yang ditandai orang karena ketidaksukaan tertentu pada mereka. Tidak ada alasan mengapa ada orang yang akan membenci orang-orang Semit’
Bahkan menurut Henry Ford, telah muncul fenomena orang-orang Semit bersatu dalam hal ketidaksukaan pada Yahudi. Dan, ini pasti bukan anti-semitisme. Orang Semit tidak akan menentang sesama orang Semit. Mereka menentang Yahudi.
Menurut pemahaman orang Yahudi secara turun temurun, ide anti-semitisme diorganisir dan diprakarsai oleh para pembenci Yahudi. Ide tersebut ditanamkan di benak kaum non-Yahudi dengan propaganda: bahwa segala tulisan yang tidak mengucurkan dan meneteskan keindahan semanis sirup terhadap hal-hal yang berbau Yahudi, pasti terlahir dari prasangka dan kebencian. Dalam editorial Yahudi menyebut tulisan tersebut pastilah penuh penghinaan dan ajakan untuk melakukan pembasmian besar-besaran.
American Israel Public Affair Commite (AIPAC) adalah lobi yahudi di pemerintahan Amerika mengatakan bahwa Amerika akan selalu mendukung Israel. Di dalam AIPAC ada sebuah lembaga Anti Defamation League (ADL). Lembaga ini menyatakan sentimen anti-semitisme telah berkembang pesat. Anti-semitisme adalah ’kecaman terhadap Zionisme’ dan simpati terhadap mereka yang membangkang terhadap Israel. Tak heran, bila beberapa tahun sebelum timbunya anti-semitisme modern , lagu yang paling ngetop di Israel adalah ’The Whole World Is Against Us’
Pada dasarnya, slogan anti-semitisme yang digaungkan oleh ADL begitu menguntungkan. Fakta bicara, bahwa sesorang yang dindikasi ADL maupun Simon Wiesenthal Center sebagai anti-semit disebabkan mereka tidak mendukung tuntutan kaum Yahudi, dalam konteks kekinian tuntutan Israel. Dan fenomena anti-semit kian meredup, sekiranya kita amat mempercayai ADL, bisa dikategorikan hampir semua orang di belahan bumi ini adalah anti-semit.
Michael Collins Piper dalam buku ’The New Jerusalem: Zionist Power In America’ menuliskan senarai nama tokoh yang digolongkan dalam kategori anti-semit.
Daftar nama tersebut melibatkan bebarapa tokoh: Presiden, Senator, Gubernur, Anggota Kongres, Jenderal, Rabbi Yahudi, wartawan, artis, tokoh kulit hitam, penulis, filosof, seniman, pemusik dan lain-lain, yang kesemuanya dituduh sebagai anti-semit, atau dengan sebab-sebab tertentu menentang negara Israel. Jadi, seandainya seseorang dituduh anti-semit, sejatinya dia adalah orang yang tergolong sama dengan orang-orang yang ternama.
Pada galibnya, oleh sebab berbagai faktor telah mempengaruhi anti-semitisme selama beberapa kurun waktu menjadikan kaum Yahudi dipaksa untuk bersatu. Dan, gerakan ini menjadi daya penggerak munculnya sekelompok kecil golongan namun mampu membangun sebuah kekuatan ekonomi yang dibangun dengan dasar agama dan budaya.
Kajian anti-semit terkini: Jewish Supremacism karya David Duke, ahli politik asal Lousiana menyatakan pengaruh utama anti-semitisme bukan karena hegemoni Yahudi namun lebih pada ideologi dan ajaran agama Yahudi. Kendati bangsa Yahudi telah membentuk negara Israel namun nampaknya mereka bertekad menguasai dunia membentuk Tata Dunia Baru (New World Order) di bawah kendali Zionis.
Akhirnya, anti-semitisme justru telah membawa kejayaan dan kekuasaan kaum Yahudi. Dan Amerika, sejak hari pertama Israel berdiri telah merasa menjadi satu ikatan dengan Israel. Amerika harus mengamankan Israel demi nubuat tentang kebangkitan Yesus untuk kedua kalinya. Selain Israel sebagai suporter bagi Amerika di Timur Tengah. Dan Israel telah mendukung operasi militer Amerika dan mengabdi ide imperilaisme yang diciptakan oleh cendekiawan Yahudi.
Akhirul kalam, menurut perspektif Islam, kaum muslimin tak pernah membenci siapapun yang diciptakan Allah SWT di bumi ini termasuk bangsa Yahudi. Namun lebih disebakan sikap, tindak-tanduk, perbuatan, makar, teror dan konspirasi kaum Yahudilah yang membuat umat Islam melakukan perlawanan dengan bersatu padu menegakkan kalimatullah.
Wahai umat, perlu direnungkan QS Al-Maidah: 82
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.
Jadi, kaum Yahudi adalah satu kekuatan kecil yang militan dan konsisten mampu memainkan peranan besar dalam memerangi umat Islam.
Solusinya, hanya dengan mengikuti petunjuk Allah SWT, niscaya umat Islam yang senantiasa menjunjug al-haq yang akan memenangkan pertarungan melawan kebatilan. Hal itu akan diraih bila umat tetap istiqamah merapikan shaf memperkuat ukhuwah, tidak terfirqah-firqah serta membuang jauh sifat al-wahnu (cinta dunia dan takut mati ).
Wahai umat! Jangan berdiam diri. Mari membentengi diri dari parasit aqidah dan selalu memberi perlawanan yang berarti lantaran musuh-musuh Islam tak pernah tidur nyenyak menghancurkan sendi-sendi kehidupan umat.
Ya Rabbi, tunjukanlah jalan yang lurus, bukannya jalan orang yang Engkau murkai dan bukannya jalan orang yang tersesat. Wallahu A’lam Bi as-Shawab. (Tri Putranto)
Tags: anti-semitisme
0 comments share
RESPONS ATAS AGAMA-AGAMA ABRAHAMIC
Jul 12, '09 11:12 AM
for everyone
Yahudi memang tidak identik dengan Zionis. Dan pendukung paham Zionisme tidak musti berkebangsaan Yahudi. Semenjak digulirkannya paham rasis ini, Zionisme mendapat banyak tantangan, baik dari kaum Yahudi ortodoks maupun oleh kalangan reformis di Amerika dan Inggris. Respons Yudaisme terhadap Zionisme mengandung berbagai makna: (1) Tujuan Zionis mempercepat kolonisasi Yahudi di ‘tanah yang dijanjikan’ adalah bentuk pelecehan dari doktrin messianisme. Zionisme telah mengubah konsep ‘the promise land’ menjadi nasionalisme tanpa Tuhan. (2) Mempercepat kedatangan sang messiah secara premature.
Bulan Mei silam, seorang Rabbi Yahudi ortodoks mengunjungi Indonesia dan menggelar seminar di Universitas Indonesia. Rabbi tersebut mendukung perjuangan Palestina dan menolak berdirinya Israel Raya.yang telah melanggar perintah Tuhan dalam Talmud. Merespons acara itu sejumlah media Islam-liberal Indonesia melansir bahwa Yudaisme tidak bertentangan dengan aqidah Islam. Persoalannya, apakah para pengikut Yudaisme, termasuk: Naturei Karta dan The Haredi Movement ini tergolong dalam ahlul kitab? Dari sudut pandang Islam, yang dikategorikan kufur adalah mendustakan Nabi Muhammad saw dan segala hal yang beliau syiarkan. Oleh sebab itu, kaum Yahudi dan Nasrani tergolong kafir ahlul kitab. Lantaran mereka tidak mau mengakui kenabian Rasulullah saw. Jadi, sungguh ironis bila Yahudi dan Kristen turut mengklaim sebagai penerus agama Ibrahim.
Dalam kitab suci Islam, Yahudi dan Nasrani, Nabi Ibrahim as disapa sebagai ‘Sahabat Tuhan’. Begitu pentingnya peran Ibrahim dalam sejarah ketiga agama ini sebagai ‘Bapak Monoteisme’. Dalam keterkaitan Islam, Kristen dan Yahudi sering disebut sebagai Tradisi Ibrahim atau Abrahamic Faiths. Istilah tersebut telah lama dipublikasikan oleh banyak kalangan pengkaji agama-agama.
Bulan Oktober 2007, Harvard University menggelar konferensi ’Children Of Abraham’: A trialogue of civilization. Seperti klaim para pemerhati lintas agama, tujuan seminar itu tidak lain agar Islam, Kristen dan Yahudi yang menjadi generasi keturunan Ibrahim dapat bersinergi membuahkan saling pengertian dan toleransi demi menjunjung perdamaian dunia.
Sejatinya, bagi sejarah Islam, dialog antar agama bukan merupakan hal baru. Bila kita telisik sejarah, di Madinah Rasulullah pernah berdialog dengan bermubahalah bersama kaum Kristen Najran, selain itu Rasulullah saw bernegosiasi dengan komunitas Yahudi menggulirkan Piagam Madinah.
Pada galibnya, doktrin Islam, Kristen dan Yahudi sama-sama merasa sebagai penerima tongkat estafet millah Ibrahim. Kisah nabi Ibrahim versi Yahudi termuat dalam berbagai ayat dalam Bible. Yahudi mengklaim Ibrahim sebagai ’the first patriach of the people of Israel’. Ibrahim putra Terah, keturunan Noah melalui garis silsilah Sem yang menurunkan bangsa Asyria dan Aramea. Pohon keluarga ini yang kemudian dikenal dengan Semitic. Akhirnya, terjadi penyesatan opini, dimana setiap gerakan anti Yahudi disebut sebagai anti semit meski sebenarnya dalam keturunan Ibrahim terdapat pula silsilah bangsa Arab dari keturunan Ismail.
Menurut Dr Jerald F Dirks dalam buku Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, merepresentasikan:
‘ Dalam agama Yahudi, dialah orang yang pertamakali menerima perjanjian antar orang-orang Yahudi dan Allah. Dalam agama Kristen, ia adalah bapak leluhur yang terkenal dan penerima perjanjian pertama dengan Allah., perjanjian yang kemudian direvisi sebgai perjanjian Musa. Sedang perjanjian kedua dianggap diperkenalkan oleh Isa.’
Yahudi dan Kristen bersekutu dalam Bible melalui Perjanjian Lama, biasanya mereka mengklaim sebagai keturunan Ibrahim dari garis Ibrahim-Iskak-Yakub.
Dr Jerald F Dirks, menulis:
’Dalam agama Islam. Ibrahim adalah panutan iman yang teguh dan penganut monoteisme yang kokoh, nabi dan rasul dan penerima salah satu kitab wahyu asli yang diberikan Allah kepada manusia’.
Al-Qur’an mengilustrasikan sosok Ibrahim sebagai pembela dan penegak Tauhid. Dengan penekanan keimanan pada Allah swt sebagai jalan menuju keselamatan, tertulis dalam QS 3: 67
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.
Al-Qur’an memposisikan Ibrahim sebagai penentang kemusyrikan, tertuang dalam QS Al-An Am : 79.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Dalam pandangan Islam, konsep millah Ibrahim adalah agama tauhid yang ditegaskan kembali oleh Nabi Muhammad saw. Dan hanya Islamlah yang istiqomah melanjutkan ajaran tauhid dari Nabi Ibrahim. Konklusinya, istilah ’Abrahamic Faiths’ yang berlaku bagi Yahudi dan Kristen sebagai millah Ibrahim jelas suatu kekeliruan. Bila dipaparkan secara mendasar, agama Nasrani dan Yahudi berpersepsi sama dalam Bible, namun berbeda pendapat dalam konsep trinitas. Antara Islam dan Yahudi berpandangan sama dalam masalah pengakuan Tuhan yang satu (monoteisme) tetapi sejatinya monoteisme bukanlah agama tauhid yang mengagungkan pengakuan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, dimana kita harus ikhlas diatur oleh Allah. Jadi, Tuhan yang satu bukanlah Yahweh atau Fir’aun. Dan, bila menolak tunduk kepada Allah meski mengakui Allah sebgai satu-satunya Tuhan bisa disebut sebagai kafir. Telah terbukti, bahwa Yahudi dan Kristen telah melakukan penyimpangan aqidah.
Sampai saat ini, Yahudi sebagai penganut monoteisme masih bersilang sengketa tentang siapa nama Tuhan mereka. Alih-alih Yudaisme sebagai agama yang disebarkan Nabi Musa as, justru Yudaisme adalah aqidah yang menyempal dari ajaran Taurat. Sedangkan agama Kristen merupakan keyakinan yang menelikung dari ajaran Isa as. Seperti halnya Yahudi, Kristenpun menolak kenabian Muhammad saw dan mengangkat Isa as sebagai Tuhan. Dan agama Kristen, juga tidak mengenal nama Tuhannya. Mereka hanya menyebut Tuhan sebagai God atau Lord.
Perlu dicermati, hanya Islamlah satu-satunya agama yang dikategorikan sebagai millah ibrahim. Dalam setiap sholatnya, umat Islam selalu membaca doa untuk nabi Ibrahim. Saat hari raya Islam: Idul Adha, merefleksikan kisah perjuangan hidup nabi Ibrahim as.
Jadi, meski di antara ketiga agama itu mengandung unsur-unsur persamaan, namun kita tidak dapat menafikan perbedaan yang sangat hakiki mencakup konsep dan nama Tuhan yang sejatinya merupakan intisari dari prinsip dasar agama. Atau jangan-jangan polemik ini adalah upaya dari kaum yang menjunjung prinsip liberty-egality-fraternity agar propagandanya diterima secara luas oleh semua kaum beragama dalam rangka menciptakan peradaban global.
Akhirul kalam, istilah agama-agama Ibrahim selayaknya tidak dipergunakan untuk menunjuk agama Yahudi, Kristen dan Islam. Dan sebaiknya kita tidak perlu menjustifikasi ketiga agama tersebut dalam sebuah persamaan. Tidak mustahil bila dipaksakan akan menumbuh-kembangkan paham pluralisme agama. Paham yang gencar mempromosikan prinsip keyakinan yang beragam akan menuju pada hakikat yang sama. Akan lebih bijak bila pluralitas dan diversitas dibiarkan tumbuh alami dalam harmoni kehidupan niscaya akan membuahkan dialog, sehingga dalam bermuamalah akan menghadirkan kerukunan antar umat beragama tanpa memaksakan persamaan di tengah perbedaan. Yang pasti aqidah, adalah ketetapan harga mati yang tak boleh ditawar. Bahwa kita bersaksi tiada Tuhan selain Allah. Dan Muhammad saw adalah utusan Allah swt.
Wallahu A’lam Bi Shawab. (Tri Putranto)
Tags: respons
0 comments share
KONSPIRASI JUDEO-CHRISTIAN MENYONGSONG ARMAGEDDON
Jul 12, '09 11:08 AM
for everyone
Penulis buku ‘Orientalisme’: Edward Said, orientalis asal Palestina merepresentasikan Bangsa Amerika adalah bangsa yang paling sibuk dengan agama. Betapa tidak ! Saat ini muncul berbagai aliran keagamaan yang mengusung doktrin messianisme yang menyambut kedatangan kembali Al-Masih juru selamat dunia.
Tak ayal, kelompok-kelompok sempalan ini makin merebak. Pertumbuhan sekte-sekte pemujaan ini tak lain hanyalah sebuah upaya perjalanan mencari makna. Kerap kali pencarian makna ini terlihat dalam sejumlah perilaku seperti kesepian, stress, keterpurukan, depresi, apatis bahkan hingga krisis identitas diri. Setelah tak mampu menuntaskan persoalan yang ada di depan mata, banyak yang menempuh jalan masuk ke dalam sekte pemujaan, mashab, program-program terapi meski tak berfungsi sebagai wadah namun cukup mujarab menjadi obat penenang. Program pencerahan ditawarkan kendati akan menguras saku para peminatnya. Melalui tahapan tersebut proses pencarian makna dapat diraih.
Maraknya program-program semacam ini terkadang agak mengerikan. Banyak terjadi kasus penculikan, penipuan, kawin paksa, praktek teluh hingga ritual pembunuhan. Yang amat memprihatinkan sekte-sekte yang muncul memarginalkan rasio dan logika. Imajinasi dan bisikan setan dianggap fatwa Roh Kudus.
Di Guyana, terdapat kelompok “People Temple’ yang dipimpin oleh Jim Jones. Pada tanggal 18 November 1978 sekte ini melakukan ritual tragis: 900 orang jemaah ini melakukan bunuh diri massal dengan minum sari buah yang dibubuhi racun sianida., demi menebus imbalan atas kebutuhan mencari makna hidup. Bahkan yang lebih sensational dilakukan oleh kelompok ‘Manson’, pemujaan yang berkaitan dengan satanisme perangsang menggunakan obat bius sebagai penenang.
Pada abad pertengahan muncul perkumpulan Al-Chemy yang mengubah logam menjadi emas, system symbol kekudusan dengan Tarot, Yoga yang mengajarkan esoterisme. Fenomena ini lebih karena keadaan tak pasti yang menggejala. Hal ini menjadi ujian institusi agama, sains dan program reformis moral yang gagal menjawab kebutuhan hidup.
Dalam rangka pembenaran klaim atas tanah terjanji dan bangsa pilihan Tuhan, Yahudi telah melakukan hal-hal yang merusak tatanan teologi dan agama di sekitarnya.
Pada akhirnya, lahir aliran Protestan yang dibangun oleh agen Zionis Jerman Martin Luther terlepas dari agama Katholik.
Berawal pada masa puritanisme abad ke 17 , Kristen fundamentalis terlahir dengan menjual konsep ‘Bangsa Pilihan” yang melakukan ‘perjanjian’ khusus dengan Tuhan.
Dalam buku ‘The Messianic Legacy’. Michael Baigent, Richard Leigh dan Henry Lincoln memaparkan:
“ Fundamentalisme Amerika modern bersandar pada premis yang kerap mengejutkan dalam kekeliruan penempatan orang atau peristiwanya, kepercayaannya dan keluguannya. Alkitab dianggap symbol yang tak dapat diubah, firman Tuhan yang tak dapat diperdebatkan dan tak dapat diubah, seolah-olah dewan seperti Nicea tak pernah ada dan seakan-akan tak ada Injil alternative.’
Jadi, fundamentalisme tak ubahnya dengan sekte Kristiani, namun terdapat landasan pokok yang membedakan: Orang-orang terpilih diidentikkan dengan orang Amerika Serikat dan Inggris, merupakan siss-sisa bangsa Israel di zaman kuno yang terdiaspora. Nubuat alkitab, berupa peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Apokalips (penyingkapan Tuhan) akan segera tiba dan terjadi perang Armagedon , dunia akan dihancurkan dalam pembunuhan massal, hanya ‘yang terpilih’ dan ‘diselamatkan’ yang akan bertahan.
Ironisnya, kaum fundamentalis bukan dari para pemuka agama namun terdiri dari tokoh politik dan masyarakat, pejabat pemerintah dan insan pers yang berpengaruh.
Akhirnya, dalam merumuskan teori dan menggagas konsep politik serta prinsip dasar dalam berhubungan dengan orang lain mereka mencampur-adukkan antara Bibel dengan astrologi mistik. Wacana ini sejatinya merupakan pelarian dari kegersangan hidup yang dilumuri kebingungan dan keresahan jiwa. Lantaran doktrin fundamentalisme telah merasuk ke semua lini kehidupan dan membongkar sekat-sekat yang merintanginya.
Hari ini, Kristen Fundamental makin menyeruak dan menguasai garis keras politik Amerika Serikat. Frame work merekapun berubah drastis dalam menyikapi kaum Yahudi. Awalnya umat kristiani amat membenci Yahudi karena bangsa inilah yang harus bertanggung jawab terhadap penyaliban Yesus. Tetapi saat ini, alih-alih mengusik kaum laknatullah ini, justru kaum funsdamentalis yang paling aktif sebagai pembela Yahudi.
Respons keagamaan Yahudi terhadap Zionisme dan Negara Israel memiliki beberapa varian: The Haredi Movement, Naturei Karta. Pada dasarnya, kelompok-kelompok ini menganggap Israel adalah produk Zionisme tak bertuhan dan Zionis menggunakan kekerasan dalam mengembalikan kaum Yahudi ke tanah terjanji dan mempercepat datangnya messiah secara prematur. Naturei Karta sangat mendukung perjuangan Palestina dan menolak berdirinya Israel Raya.
Konspirasi Kristen Fundamental dan Yahudi Zionis makin terjalin mesra. Pada akhirnya, atas nama teks-teks suci, kebijakan politik yang menyangkut tanah Palestina saling berbenturan hingga membuahkan peperangan dan kekerasan yang menafikan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Ironisnya, kebijakan yang menumpahkan darah ini terjadi karena pengaplikasian metode Hermeneutika atas teks-teks suci. Dan terjadi kesalahan fatal dalam menginterpretasi dan menerapkan teks suci itu ke dalam ranah aktual. Sejatinya, dengan pembacaan yang kritis atas Bibel justru akan mendiskreditkan Israel sebagai ‘rijsatul kharab’ (negeri najis dan perusak).
Amat disayangkan, pers Arab tak pernah melansir isu ini, bisa dipahami lantaran mereka terjebak dengan perang opini terhadap isu teroris muslim, sehingga melewatkan isu yang lebih krusial: ekstrimisme dan imperialisme Barat sekuler.
Hegemoni Judeo-Christian makin mengemuka seiring dengan berdirinya Israel Raya. Dan keyakinan akan nubuat ‘The Second Coming’: kedatangan juru selamat yang kedua kali. Dan didahului perang maha dahsyat: armagedon.
Di Barat, Armagedon telah menjadi wacana yang amat penting. Para sineas Yahudi Amerika merasa berkepentingan meng-ilustrasikannya dalam sebuah film’Armagedon’ dibintangi Bruce Willis, mengisahkan bongkahan meteor yang bergerak cepat ke bumi. Untuk mengatasinya dikirimlah utusan: ‘sang messiah’ berupa pesawat angkasa luar yang akan menghancurkan meteor tersebut sehingga tidak memasuki atmosfir bumi.
Menurut pandangan Islam, Armagedon adalah peristiwa akhir zaman. Rasullullah SAW menyebutnya al-Malhamah al-Kubro, huru hara besar yang tak akan ada tandingannya.. Hakekatnya adalah penghancuran kecongkakan orang kafir baik Yahudi maupun Nasrani sebagai manifestasi penampakan Qudratullah untuk membongkar kesombongan mereka.
Dan saat itu, Isa putra Maryam turun untuk menghakimi orang Yahudi serta pendukungnya dan membunuh dajjal serta pengikutnya. Termaktub dalam Injil pasal Mimpi (16:14-16):
‘Roh-roh setan pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, serta mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah yang maha kuasa .lihatlah aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya supaya ia jangan berjalan dengan telanjang danjangan kelihatan kemaluannya. Lalu dia mengumpulkan mereka di tempat yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmageddon’
Pada galibnya, berdiri tegaknya Israel, tak ada relevansinya dengan fenomena The Second Coming yang dipropagandakan kaum Kristen fundamental. Pemaparan hal ini akan membongkar kesesatan opini dari konspirasi Judeo-Christian terhadap seluruh manusia. Bila para ahli kitab ragu bisa merujuk pada nubuat agung Daniel yang merupakan salah satu nubuat yang menjadi pegangan Zionisme-Kristen untuk mendukung berdirinya Israel. Nubuat ini justru menampakan pengingkaran atas berbagai tindakan kaum Yahudi mulai dari doktrinnya sampai pada penyebutan negeri rasis bagi Israel.
Bagi para pendusta agama yang mengaku sebagai titisan al-Masih perlu mencermati peringatan Isa Al-Masih atas fenomena ini, termaktub dalam Injil Matius 23-24:
‘Tetapi ketahuilah ini jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri datang, sudahlah pasti berjaga-jaga dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu hendaklah kamu juga bersiap sedia , karena anak manusia (Isa as) datang pada saat yang tidak kamu duga-duga.’
Akhirul kalam, termaktub dalam Hadits Bukhari Muslim dari Abu Hurairah diriwayatkan:
‘ Tidak akan datang hari kiamat sehingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi dan membunuh mereka. Sehingga, bersembunyilah orang-orang Yahudi di belakang batu atau kayu kemudian batu atau kayu itu berkata Wahai orang muslim wahai hamba Allah ini ada orang Yahudi di belakang saya, kemarilah dan bunuhlah dia Kecuali pohon Gharqad (yang tidak berbuat demikian) karena ia termasuk pohon Yahudi.’
Ada sebagian rabi Yahudi yang amat mempercayai hadits tersebut. Dan ia menyatakan Peristiwa itu akan terjadi ketika jumlah umat Islam yang dating ke masjid pada saat sholat subuh sama dengan jumlah yang dating pada saat sholat Jum’at. Ada pula seorang jendral Israel mengirim surat pada Syekh Akhmad Yassin pendiri Hamas , jendral tersebut meminta agar anak-anak muda Palestina jangan menyerang Israel, tunggulah waktunya hingga orang-orang Islam membunuh Yahudi.
Jadi, sebagai muslim, patutkah kita untuk tidak meyakininya?
Wallahu a’lam bi shawab. (Tri Putranto)
Tags: armageddon
0 comments share
KABBALAH: AKAR GERAKAN FREEMASONRY-ILLUMINATI
Jul 12, '09 11:06 AM
for everyone
Pada abad pertengahan, di Barat sedang terjadi pergulatan antara nalar dan agama. Nalar adalah refleksi dari rasionalitas yang terbelenggu oleh dogma gereja yang ambigu. Pada akhirnya Nalar berhasil mengesampingkan keimanan, akibatnya barat menjadi tersekularkan.
Setelah melewati masa Renaissance, periode pencerahan hingga sampai ke zaman modern ini keimanan semakin terbenam dalam kubangan rasionalitas. Nalar dipisahkan dari agama dan keyakinan hanyalah persoalan individu semata yang didominasi oleh kebebasan yang azasi.
Di Amerika, gereja semakin ditinggalkan jamaahnya lantaran rumah ibadah tersebut menjadi penghalang dalam mengekspresikan kebebasan akal.
Madonna, salah seorang diva musik dunia memilih untuk mempelajari dan mempraktekkan ajaran Kabbalah, disusul oleh Demi Moore dan sederet artis kondang lainnya. Saat ini Kabbalah menjadi agama alternatif bagi sejumlah selebritis dunia. Faktor apa yang seolah menghipnotis minat sehingga Kabbalah menjadi pilihan mereka?
Sejatinya Kabbalah adalah kepercayaan Yahudi yang amat rahasia disampaikan pada anggota dari mulut ke mulut. Ajarannya berupa ilmu sihir dan ritual pemujaan setan yang telah dikembangkan sejak ribuan tahun. Secara harafiah Kabbalah ( Qabala ) bermakna tradisi lisan. Kata Kabbala diambil dari bahasa Ibrani: qibil yang bermakna menerima atau tradisi warisan. Dengan demikian ajaran Kabbalah mempunyai arti menerima doktrin ilmu sihir ( okultisme ) yang hanya diketahui oleh segelintir orang.
Menurut sejarah, Ordo Kabbalah telah berusia 4.000 tahun, sejak Nabi Ibrahim as meninggalkan Sumeria, akhirnya menyebar ke Mesir Kuno hingga Ke Palestina. Ordo Kabbalah dibentuk dan diberi nama Ordo Persaudaraan saat perpindahan Bani Israil ke Babilonia yakni pada era Dinasti Ur ke 3 ( 2112 -2004 SM ). Salah seorang pendeta tinggi Kabbalah yakni Samiri yang mengajak Bani Israil saat eksodus dari Mesir untuk menyembah anak sapi emas bertepatan saat Nabi Musa as berkhalwat di gunung Tursina-Sinai. Doktrin mistis Kabbalah merupakan induk dari segala ilmu sihir yang ada di dunia hingga hari ini. Sejatinya merupakan elemen eksternal yang menyusup ke dalam agama Yahudi. Ditinjau dari segi pemahaman, Kabbalah terdiri dari 3 ordo : Ordo Hijau, Kuning, serta Putih. Ordo putih nyaris tidak teridentifikasi oleh peneliti. Hal ini lebih disebabkan gerakannya sangat rahasia, dan mereka berkonsentrasi pada misi politik. Sedang ordo Hijau dan Kuning lebih menekankan pada aspek penyembahan terhadap Lucifer. Ajaran Kabbalah dirumuskan untuk menentukan jalannya peradaban manusia dengan membentuk satu pemerintahan dunia ( E Pluribus Unum ) di bawah kendali Yahudi. Tradisi Kabbalah ditengarai menghasilkan filsuf besar seperti Plato, Socrates dll , juga faham Rasisme yang kemudian diadopsi Hitler untuk berkuasa. Untuk dibaiat menjadi anggota ordo putih, harus memiliki gelar magister pada satu disiplin ilmu. Hanya Yahudi dari garis keturunan yang lurus yang diizinkan untuk menjadi anggota. Di dalam fase rekrutmen ini ditempuh melalui pendidikan tidak kurang dari 40 hari. Prinsip ini yang selanjutnya digunakan oleh kelompok persaudaraan Illuminati.
Menurut ajaran Kabbalah proses penciptaan dimulai dengan munculnya benda-benda yang disebut Sefiroth yang artinya lingkaran-lingkaran atau orbit-orbit yang bersifat material maupun spiritual. Benda tersebut berjumlah 32. Sepuluh yang pertama beremanasi dengan Tuhan yang gaib di kedalaman yang tak terbatas. Dogma Kabbalah ada relasinya dengan sistem kepercayaan astrologi kuno. Pada hakekatnya Kabbalah telah menyimpang jauh dari agama Yahudi. Ajaran tersebut menjadi doktrin mistis dari keimanan Yahudi yang melenceng dari Taurat.
Theodore Reinach seorang pakar sejarah Yahudi mendiskripsikan bahwa Kabbalah adalah racun teramat halus yang menyusup dan memenuhi nadi agama Yahudi. Doktrin tentang Tuhan mereka, bertentangan dengan fakta penciptaan dalam Taurat.
Penjelasan kaum Kabbalis tentang Tuhan direfleksikan sebagai bentuk tertinggi yang tak terlukiskan yang disebut En Sof. Adapun En Sof telah memanifestasikan dirinya kepada pengikutnya dalam sepuluh aspek ( Sefiroth ) realitas ilahiah. Kesepuluh aspek tersebut yakni: Kether Elyon : Mahkota tertinggi; Hokhmah : Kebijaksanaan; Binah : Akal; Hesed : Cinta atau pengampunan; Din : Kekuasaan; Rakhamim: Kasih Sayang; Netsakh : Keabadian; Hod : Kegungan; Yesod : Fondasi; Malkuth: Kerajaan ( Sekhinah ).
Sebenarnya Sefiroth adalah ekspresi paling lugas dari ajaran pagan Kabbalah, diilustrasikan sebagai pohon yang tumbuh terbalik, akarnya di kedalaman, En Sof dan puncaknya terdapat di Sekhinah ( dunia ). En Sof merupakan jabaran dari getah yang mengalir melalui dahan pohon dan membuatnya hidup serta menyatukan dahan-dahan dalam realitas yang rumit dan misterius.
Kaum Kabbalis tidak antagonis terhadap falsafah namun bagi mereka simbolisme dan mitologi jauh lebih memuaskan dalam menyingkap hakekat Tuhan.
Ketika berakhirnya kekuasaan Romawi di Palestina, para pendeta Kabbalah memutuskan untuk merekam tradisi lisan tersebut ke dalam papyrus agar dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. Tugas tersebut diamanahkan pada Rabbi Akiva Ben Josef seorang ketua majelis tinggi pendeta Sanhendrin, serta seorang kepercayaannya rabbi Simon Ben Joachai. Kitab suci Kabbalah terbagi dalam dua buku: Sefer Yetzerah ( Kitab Penciptaan ) dan Sefer Zohar ( Kitab Kemegahan ). Zohar penuh dengan ayat-ayat rahasia. Ayat-ayat tersebut hanya bisa dipahami melalui kitab yetzerah.
Di Eropa beberapa abad setelah Masehi muncul Sefer Bahir ( Kitab Cahaya ).
Kitab suci Kabbalah ditulis dalam bahasa Ibrani, selanjutnya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Rujukan kaum Kabbalis tersebut berisi ajaran suci bagi kultus sesat dan penyembahan terhadap iblis. Teologi Kabbalah tersusun dari mitologi paganisme dan menjadi dasar dari kemerosotan agama Yahudi. Klaim Kabbalah bahwa manusia bertanggung jawab terhadap keberadaannya. Kaum Kabbalis menyebut iblis sebagai Lucifer ( cahaya , pencerahan ) . Hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan mereka yaitu kekuasaan yang berasal dari cahaya, api dan matahari yang merupakan perlambang iblis.
Di dalam struktur ajaran mereka terdapat hirarki kekuasaan: Sefrotim ( penyinaran ) diasosiasikan sebagai makhuk supra natural. Dalam bahasa Ibrani disebut : Shedim yang terdiri dari sejumlah roh. Shedim yang kawin dengan manusia disebut Mazzikim dan anak hasil perkawinannya disebut: Banim Shovanim ( anak haram jadah ).
Kabbalah merepresentasikan bahwa manusia menjadi suci setara dengan Tuhan, dalam istilah modern dikenal dengan faham Humanisme.
Penganut Kabbalah menggunakan simbol-simbol. Organ lelaki disimbolkan dengan Phallus ( Lingga ), perlambang kekuasaan regeneratif. Organ wanita dimanifestasikan oleh Yuna yang melambangkan kesuburan. Lain halnya untuk menjelaskan struktur hirarki, mereka menggunakan segitiga dan piramida. Para elit Kabbalis berada pada puncak piramida yang menguasai massa yang menopang bangunan tersebut. Teologi Kabbalah merebak ke seluruh dunia, hadir dalam masyarakat diberbagai aspek. Di Indonesia pernah ada gereja iblis, hotel serta night club yang dinisbahkan kepada Lucifer. Sedang di Persia kaum Kabbalis mengejawantah ke dalam agama Zoroasterisme. Para pemuka agama Zoroaster disebut dengan Magi, ritual ajarannya : Magus. Dari isitilah itulah muncul ilmu magis. Adapun Hadits Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa Zoroaster seperti halnya Majusi, aliran ini mempelajari sihir okultisme dan tenung dengan bantuan jin.
Seiiring dengan merebaknya Ilmu Astrologi dan numerologi, agama Kabbalahpun berkembang di Sumeria-Mesir, Babilonia sampai ke Persia. Ajaran Kabbalah di Persia tertulis dalam kitab Avesta, sedang Lucifer disebut : Ahuramazda ( Ormuzd : sang pembawa cahaya ) yang diaplikasikan dengan penyembahan api dan matahari.
Di Palestina ajaran Kabbalah menyebar dipimpin oleh Herodes II, gubernur Romawi serta dua orang pembantunya: Ahiram Abiyud dan Moav Levi, mereka melawan ajaran Yesus, kelompok tersebut berupaya membangun kembali Haikal Sulaiman di Yerusalem. Majelis Kuasa Rahasia Kabbalah yang dipimpin Herodes II memerintah untuk menyembelih Nabi Zakaria as, juga membunuh Nabi Yahya as dan meletakkan penggalan kepalanya di atas nampan. Gubernur lalim tersebut juga mengeluarkan dekrit hukum mati terhadap Yesus ( Nabi Isa as ). Dalam waktu singkat Injil versi Kabbalah berkembang ke seantero kekaisaran Romawi dan menjalar hingga ke Eropa. Selanjutnya Majelis tersebut juga mendirikan The Knights Templar yang merupakan cikal bakal dari gerakan Freemasonry dengan cara menyusupkan anggotanya sebagai seorang Kristen Katholik yang berperan sebagai ordo militer dalam perang salib.
Di Provence-Perancis tradisi lisan Kabbalah dibukukan pada abad ke-13. Kaum Kabbalis generasi selanjutnya memaparkan bahwa problem kejahatan sejatinya merupakan dampak dari kecelakaan primordial yang terjadi pada awal proses pengungkapan diri Tuhan. Mitologi Kabbalah telah terbukti memuaskan secara psikologis saat tragedi menyelimuti kaum Yahudi Spanyol pada abad ke-15. Tuhan Kabbalis berperan membantu memaknai penderitaan yang membelenggu. Metode pencerahan ala Kabbalah seperti layaknya metode psikoanalis masa kini dalam pencarian kebenaran sekular, Teologi yang menyimpang ini membebaskan seseorang dari penjara duniawi membawa menuju ranah ilahiah, dengan cara inilah belenggu jiwa dibuka hingga ditemukan sumber kekuatan psikis yang mencerahkan serta mengobati penderitaan. Mistisisme Kabbalis menjustifikasi mampu menerobos ke dalam pikiran dibanding bentuk-bentuk agama yang ”rasional”. Klaim mereka “bahwa Tuhan kaum Kabbalis mampu menjawab kebutuhan, ketakutan dan kecemasan primitive”.
Sampai sejauh ini Barat menilai Tuhan dengan caranya yang kian sekular. Sesungguhnya seperti itulah gambaran tentang pencarian Tuhan oleh para selebritis dunia yang semakin kebablasan.
Jauh berbeda dengan aqidah Islam ; sebelum membangun kerangka iman terlebih dulu dilakukan pemahaman lewat ilmu, yang diimplementasikan dengan amal saleh, dan yang paling utama kita harus mendudukkan wahyu di depan kenisbian nalar. Sehingga akan terwujud sinergitas yang prima antara nalar dan agama. Akhirnya hanya Islamlah satu-satunya agama yang mempunyai konsep sempurna dan final, jauh sejak agama tersebut diturunkan oleh Allah lewat wahyu melalui perantaraan Jibril kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Wallahu A’lam Bi Sawab. (Tri Putranto)
Tags: kabbalah
0 comments share
PEMBEBASAN NALAR ATAS AGAMA
Jul 12, '09 11:04 AM
for everyone
Bulan Mei 2009 ini, kita sudah bisa menikmati film ‘Angels & Demons’ yang diadaptasi dari novel trilogi yang ditulis Dan Brown. Film ini mengisahkan terbunuhnya para kandidat Paus oleh kelompok persaudaraan kuno: Illuminati. Dalam sequel petualangan Robert Langdon ini terjadi benturan antara sains dan agama. Para ilmuwan yang tercerahkan (Illuminatus) di satu sisi dan Paus yang mewakili otoritas gereja di pihak lain.
Pada abad pertengahan, di dunia Barat tengah terjadi pergulatan antara nalar dan agama. Nalar adalah refleksi dari rasionalitas yang terbelenggu oleh dogma gereja yang ambigu. Nalar berhasil meminggirkan agama. Dan dunia Barat menjadi tersekularkan. Melewati masa Renaissance, periode pencerahan hingga sampai ke zaman modern ini, iman semakin terbenam dalam kubangan nalar. Barat melihat Tuhan dengan kacamata yang rasionalistik.
Fenomena ini telah dikaji oleh filosof Kristen Jacques Maritain (1882-1973), Barat dan Kristen mengalami krisis yang bermuara pada pengalaman, pemahaman dan penafsiran kehidupan dalam peradaban masyarakat modern. Hal ini mencerminkan kultur Barat yang sesungguhnya. Selanjutnya krisis yang berkaitan dengan pemisahan terhadap agama disebut: Sekularisme.
Krisis sekularisasi ini ditandai dengan lahirnya prinsip akal dan alam. Pengikut paham ini menjunjung kebebasan akal dan meletakkan sifat-sifat Tuhan pada alam. Pada kurun ini, banyak buku yang mengusung tema-tema sekular. Tahun 1778 Jean Jacques Rousseau menulis: “ Kontrak Sosial’ , Voltaire menyusun buku: ‘Agama dan Batas Akal Saja’. Sedang Baruch Spinoza menulis risalah: Ketuhanan dan Politik’.
Banyak cendekiawan sekular memprediksi merebaknya filsafat dan sains Barat menuju fase modern. Selain itu juga fase transisi dari teologi menuju sains. Pada saat digaungkannya Revolusi Perancis, para tokoh Freemason meneriakkan jargon: Liberty, Egality, Fraternity. Mereka menghilangkan garis demarkasi antara kaum borjuis dan alat negara sekaligus menafikan peran agama. Disusul munculnya konsep Friederich Nietzche dalam magnum opus: Zarathustra. Bagi dunia Barat Tuhan telah mati. Akhirnya, Barat menyambut dunia yang merdeka, bebas dari dominasi agama dan Tuhan.
Banyak para pemikir menuangkan gagasannya. Tak kurang dari Rene Descartes, Francis Bacon, Emile Durkheim dan Sigmund Freud yang berkebangsaan Yahudi. Postulat Jean Paul Satre serta ide Karl Marx yang menelorkan konsep agama sebagai candu masyarakat. Saat itu ide-ide sekularisme semakin mengkristal dan tumbuh bak cendawan di musim hujan.
Beberapa cendekiawan muslim menterjemahkan sekularisme menjadi ‘ al-ilmaniyah’. Dari istilah ini memberi konotasi paham ini bertalian erat dengan ilmu pengetahuan. Tetapi banyak yang mengkritisi bahwa sekularisme tak hanya berhubungan dengan sains namun lebih berkorelasi dengan alam atau dunia.
Kecenderungan terhadap sekularisme menyeruak seiiring munculnya proses sekularisasi dalam ideologi sosial dan politik di Eropa. Terjadi pertarungan pemikiran dari para saintis: Nicolaus Copernicus, Galileo Galilei, Giordano Bruno yang menentang doktrin gereja. Mereka dituduh sebagai pelaku heresi sehingga dihadapkan pada mahkamah inkuisisi yang tragis dan kejam. Di samping terjadi pula perombakan pemikiran dari tokoh-tokoh pengusung metode historis kritis dalam kajian Bible: Baruch Spinoza, John Locke dan lain-lain. Memicu merebaknya hermeneutika sebagai piranti menafsirkan teks Bible.
Sekularisasi timbul dalam kerangka modernisasi, perubahan dari masyarakat agraris menjadi industrialis. Namun ada juga yang menyatakan sekularisasi hanyalah salah satu faktor dari gejala sosial berupa idealisme politik, budaya pop yang menghegemoni terhadap perubahan sosial.
Bila ditelisik lebih jauh, sekularisme lebih menyentuh pada urusan agama. Artinya, terjadi penegasian terhadap nilai-nilai agama dalam kehidupan. Jika diistilahkan dalam bahasa Arab: al-la diniyah. Gagasan ini banyak ditentang oleh kaum sekular yang merepresentasikan sekularisasi tak bertentangan dengan dogma agama, namun sekadar memisahkan agama dari aras politik, ekonomi, sosial, sains dan lain-lain. Paham sekularisme memberi ruang gerak bebas bagi umat beragama dalam keyakinan privat namun tak bersentuhan dengan ruang publik.
Sejarah mencatat, otoritas gereja berperan aktif dalam tumbuh kembangnya proses sekularisasi. Terjadinya kesewenangan gereja dalam keyakinan dan kehidupan. Artinya, kerusakan tatanan kehidupan justru disebabkan oleh para pemuka agama. Pengaplikasian sistem pemerintah Teokrasi dimana kekuasaan mutlak gereja dan agama sebagai sentral menjadi pemantik rusaknya tatanan kehidupan di Eropa saat itu.
Para filosof periode pencerahan melawan arogansi agama dengan menyingkirkan agama yang ditengarai menghambat kemajuan dan peradaban. Agama dimarjinalkan dari kehidupan sosial, etika, kultur, aliran pemikiran serta sistem pemerintahan. Sistem Demokrasi dibangun sebagai alternatif pemerintahan agama. Pemerintahan demokrasi yang sekular, liberal dan pluralis adalah sebuah kemestian agar tak menghasilkan pemerintah depostik dan otoriter. Sepintas wajah demokrasi amat menentramkan: menjunjung HAM, menjamin kebebasan, persamaan dan keadilan. Pemimpin dipilih oleh rakyat untuk rakyat. Sejatinya, demokrasi hanyalah sekadar slogan dan retorika. Lantaran dibangun oleh konsep dikotomis yang rapuh.
Seiiring merebaknya sekularisme di Barat yang mengandung elemen dualisme: antara doktrin agama dan Tuhan vis a vis sekularisme. Tak ayal akan terjadi pemisahan agama dan negara, penghancuran pemikiran yang akan mencerabut pengaruhnya dari negara dan masyarakat.
Dalam peradaban Barat, sekularisme adalah keniscayaan alami dalam konteks peradaban Kristen yang tak memiliki hukum untuk mengatur negara dan masyarakat. Negara dalam konteks Kristen adalah sekular, menyingkirkan agama dari institusi duniawi dan bersikap kritis terhadap agama dengan menempatkan gereja pada batas proporsinya.
Sekularisme di dunia Islam bukan hanya proses namun lebih merupakan paradigma, ideologi dan doktrin yang diyakini keshahihannya, digarap secara sistematis. Era ini terjadi pasca kolonialisasi negeri-negeri muslim oleh bangsa Eropa.
Kasus sekularisme di Imperium Turki Utsmani diteruskan oleh tokoh Freemason: Mustafa Kemal Ataturk dengan program de-islamisasi: Republikanisme, Nasionalisme, Kenegaraan, HAM, Sekularisme serta Revolusionisme. Abdullah Cevdet seorang penggagas Gerakan Turki Muda menyatakan: Yang ada hanya satu peradaban yakni peradaban Eropa. Oleh sebab itu kita harus meminjam peradaban Barat baik bunga mawarnya maupun duri-durinya sekaligus.
Ali Abdur Raziq intelektual Mesir menulis buku ‘Al Islam Wa Ushul al-Hukm’. Ia memaparkan bahwa Islam hanya mengatur ritual ibadah semata, tak ada relevansinya dengan pemerintahan dan politik.
Setelah runtuhnya Kekhilafan Turki Utsmani, Negara Irak dan Syam menghapuskan pula penerapan hukum Islam. Alih-alih proses sekularisai memajukan peradaban Islam, justru Islam semakin luluh-lantak dihancurkan sampai ke akar-akarnya. Kendati begitu, Negara-negara yang berdiri di atas paham sekular tidak lantas menjadi negara modern yang demokratis, bahkan realitanya tak bisa melampaui kebesaran dan kejayaan kekhalifahan Islamiyah semisal Imperium Turki Utsmani.
Jadi, sejauh ini masihkah kita berharap mengubah keadaan melalui sekularisasi? Pada galibnya, para pengusung sekularisme hanya mendasarkan pada: egoisme, perasaan inferior terhadap hegemoni Barat, pelarian serta kedengkian. Sejatinya, bila kita telisik sekularisasi sebagai perspektif ilmu sosial sulit dipertahankan validitasnya. Masyarakat tak harus sekular untuk menjadi modern. Sedangkan sebagai ideologi tak akan bisa selaras dengan syariat Islam. Bahkan sekularisasi bukan hanya monopoli manusia modern namun telah ada sejak dulu dan terus berevolusi menebarkan racunnya hingga akhir zaman nanti.
Dalam merespons isu sekularisme kaum muslim terbagi kedalam beberapa golongan: Sekularis, pengusung sekularisasi secara radikal: Kemal Ataturk, Thaha Husayn, Ashmawi. Fundamentalis, menolak sekularisasi secara radikal: Sayyid Qutb, al-Mawdudi. Modernis, golongan moderat penjaja sekularisasi: Fazlur Rahman, Muhammad Abduh. Tradisionalis, golongan moderat penentang sekularisme: Al-Qaradhawi, Sayyid Amir Ali.
Solusi menurut perspektif Islam tak lain dengan mengusung islamisasi ilmu: politik, etika, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Namun tak ada salahnya umat Islam memanfaatkan hasil eksperimen Barat, yang baik diambil dan yang bermasalah dibuang dengan dilandasi kekuatan aqidah dan iman.
Pemikiran sekular merupakan urat nadi relativisme historis dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang otentik dan final. Nilai kebenaran Islam adalah universal. Sedang sekularisme bagaikan virus yang menyebar dan menggerogoti nilai-nilai luhur Islam. Wallahu a’lam bi shawab. (Tri Putranto)
PEMBEBASAN NALAR ATAS AGAMA
Jul 12, '09 11:04 AM
for everyone
Bulan Mei 2009 ini, kita sudah bisa menikmati film ‘Angels & Demons’ yang diadaptasi dari novel trilogi yang ditulis Dan Brown. Film ini mengisahkan terbunuhnya para kandidat Paus oleh kelompok persaudaraan kuno: Illuminati. Dalam sequel petualangan Robert Langdon ini terjadi benturan antara sains dan agama. Para ilmuwan yang tercerahkan (Illuminatus) di satu sisi dan Paus yang mewakili otoritas gereja di pihak lain.
Pada abad pertengahan, di dunia Barat tengah terjadi pergulatan antara nalar dan agama. Nalar adalah refleksi dari rasionalitas yang terbelenggu oleh dogma gereja yang ambigu. Nalar berhasil meminggirkan agama. Dan dunia Barat menjadi tersekularkan. Melewati masa Renaissance, periode pencerahan hingga sampai ke zaman modern ini, iman semakin terbenam dalam kubangan nalar. Barat melihat Tuhan dengan kacamata yang rasionalistik.
Fenomena ini telah dikaji oleh filosof Kristen Jacques Maritain (1882-1973), Barat dan Kristen mengalami krisis yang bermuara pada pengalaman, pemahaman dan penafsiran kehidupan dalam peradaban masyarakat modern. Hal ini mencerminkan kultur Barat yang sesungguhnya. Selanjutnya krisis yang berkaitan dengan pemisahan terhadap agama disebut: Sekularisme.
Krisis sekularisasi ini ditandai dengan lahirnya prinsip akal dan alam. Pengikut paham ini menjunjung kebebasan akal dan meletakkan sifat-sifat Tuhan pada alam. Pada kurun ini, banyak buku yang mengusung tema-tema sekular. Tahun 1778 Jean Jacques Rousseau menulis: “ Kontrak Sosial’ , Voltaire menyusun buku: ‘Agama dan Batas Akal Saja’. Sedang Baruch Spinoza menulis risalah: Ketuhanan dan Politik’.
Banyak cendekiawan sekular memprediksi merebaknya filsafat dan sains Barat menuju fase modern. Selain itu juga fase transisi dari teologi menuju sains. Pada saat digaungkannya Revolusi Perancis, para tokoh Freemason meneriakkan jargon: Liberty, Egality, Fraternity. Mereka menghilangkan garis demarkasi antara kaum borjuis dan alat negara sekaligus menafikan peran agama. Disusul munculnya konsep Friederich Nietzche dalam magnum opus: Zarathustra. Bagi dunia Barat Tuhan telah mati. Akhirnya, Barat menyambut dunia yang merdeka, bebas dari dominasi agama dan Tuhan.
Banyak para pemikir menuangkan gagasannya. Tak kurang dari Rene Descartes, Francis Bacon, Emile Durkheim dan Sigmund Freud yang berkebangsaan Yahudi. Postulat Jean Paul Satre serta ide Karl Marx yang menelorkan konsep agama sebagai candu masyarakat. Saat itu ide-ide sekularisme semakin mengkristal dan tumbuh bak cendawan di musim hujan.
Beberapa cendekiawan muslim menterjemahkan sekularisme menjadi ‘ al-ilmaniyah’. Dari istilah ini memberi konotasi paham ini bertalian erat dengan ilmu pengetahuan. Tetapi banyak yang mengkritisi bahwa sekularisme tak hanya berhubungan dengan sains namun lebih berkorelasi dengan alam atau dunia.
Kecenderungan terhadap sekularisme menyeruak seiiring munculnya proses sekularisasi dalam ideologi sosial dan politik di Eropa. Terjadi pertarungan pemikiran dari para saintis: Nicolaus Copernicus, Galileo Galilei, Giordano Bruno yang menentang doktrin gereja. Mereka dituduh sebagai pelaku heresi sehingga dihadapkan pada mahkamah inkuisisi yang tragis dan kejam. Di samping terjadi pula perombakan pemikiran dari tokoh-tokoh pengusung metode historis kritis dalam kajian Bible: Baruch Spinoza, John Locke dan lain-lain. Memicu merebaknya hermeneutika sebagai piranti menafsirkan teks Bible.
Sekularisasi timbul dalam kerangka modernisasi, perubahan dari masyarakat agraris menjadi industrialis. Namun ada juga yang menyatakan sekularisasi hanyalah salah satu faktor dari gejala sosial berupa idealisme politik, budaya pop yang menghegemoni terhadap perubahan sosial.
Bila ditelisik lebih jauh, sekularisme lebih menyentuh pada urusan agama. Artinya, terjadi penegasian terhadap nilai-nilai agama dalam kehidupan. Jika diistilahkan dalam bahasa Arab: al-la diniyah. Gagasan ini banyak ditentang oleh kaum sekular yang merepresentasikan sekularisasi tak bertentangan dengan dogma agama, namun sekadar memisahkan agama dari aras politik, ekonomi, sosial, sains dan lain-lain. Paham sekularisme memberi ruang gerak bebas bagi umat beragama dalam keyakinan privat namun tak bersentuhan dengan ruang publik.
Sejarah mencatat, otoritas gereja berperan aktif dalam tumbuh kembangnya proses sekularisasi. Terjadinya kesewenangan gereja dalam keyakinan dan kehidupan. Artinya, kerusakan tatanan kehidupan justru disebabkan oleh para pemuka agama. Pengaplikasian sistem pemerintah Teokrasi dimana kekuasaan mutlak gereja dan agama sebagai sentral menjadi pemantik rusaknya tatanan kehidupan di Eropa saat itu.
Para filosof periode pencerahan melawan arogansi agama dengan menyingkirkan agama yang ditengarai menghambat kemajuan dan peradaban. Agama dimarjinalkan dari kehidupan sosial, etika, kultur, aliran pemikiran serta sistem pemerintahan. Sistem Demokrasi dibangun sebagai alternatif pemerintahan agama. Pemerintahan demokrasi yang sekular, liberal dan pluralis adalah sebuah kemestian agar tak menghasilkan pemerintah depostik dan otoriter. Sepintas wajah demokrasi amat menentramkan: menjunjung HAM, menjamin kebebasan, persamaan dan keadilan. Pemimpin dipilih oleh rakyat untuk rakyat. Sejatinya, demokrasi hanyalah sekadar slogan dan retorika. Lantaran dibangun oleh konsep dikotomis yang rapuh.
Seiiring merebaknya sekularisme di Barat yang mengandung elemen dualisme: antara doktrin agama dan Tuhan vis a vis sekularisme. Tak ayal akan terjadi pemisahan agama dan negara, penghancuran pemikiran yang akan mencerabut pengaruhnya dari negara dan masyarakat.
Dalam peradaban Barat, sekularisme adalah keniscayaan alami dalam konteks peradaban Kristen yang tak memiliki hukum untuk mengatur negara dan masyarakat. Negara dalam konteks Kristen adalah sekular, menyingkirkan agama dari institusi duniawi dan bersikap kritis terhadap agama dengan menempatkan gereja pada batas proporsinya.
Sekularisme di dunia Islam bukan hanya proses namun lebih merupakan paradigma, ideologi dan doktrin yang diyakini keshahihannya, digarap secara sistematis. Era ini terjadi pasca kolonialisasi negeri-negeri muslim oleh bangsa Eropa.
Kasus sekularisme di Imperium Turki Utsmani diteruskan oleh tokoh Freemason: Mustafa Kemal Ataturk dengan program de-islamisasi: Republikanisme, Nasionalisme, Kenegaraan, HAM, Sekularisme serta Revolusionisme. Abdullah Cevdet seorang penggagas Gerakan Turki Muda menyatakan: Yang ada hanya satu peradaban yakni peradaban Eropa. Oleh sebab itu kita harus meminjam peradaban Barat baik bunga mawarnya maupun duri-durinya sekaligus.
Ali Abdur Raziq intelektual Mesir menulis buku ‘Al Islam Wa Ushul al-Hukm’. Ia memaparkan bahwa Islam hanya mengatur ritual ibadah semata, tak ada relevansinya dengan pemerintahan dan politik.
Setelah runtuhnya Kekhilafan Turki Utsmani, Negara Irak dan Syam menghapuskan pula penerapan hukum Islam. Alih-alih proses sekularisai memajukan peradaban Islam, justru Islam semakin luluh-lantak dihancurkan sampai ke akar-akarnya. Kendati begitu, Negara-negara yang berdiri di atas paham sekular tidak lantas menjadi negara modern yang demokratis, bahkan realitanya tak bisa melampaui kebesaran dan kejayaan kekhalifahan Islamiyah semisal Imperium Turki Utsmani.
Jadi, sejauh ini masihkah kita berharap mengubah keadaan melalui sekularisasi? Pada galibnya, para pengusung sekularisme hanya mendasarkan pada: egoisme, perasaan inferior terhadap hegemoni Barat, pelarian serta kedengkian. Sejatinya, bila kita telisik sekularisasi sebagai perspektif ilmu sosial sulit dipertahankan validitasnya. Masyarakat tak harus sekular untuk menjadi modern. Sedangkan sebagai ideologi tak akan bisa selaras dengan syariat Islam. Bahkan sekularisasi bukan hanya monopoli manusia modern namun telah ada sejak dulu dan terus berevolusi menebarkan racunnya hingga akhir zaman nanti.
Dalam merespons isu sekularisme kaum muslim terbagi kedalam beberapa golongan: Sekularis, pengusung sekularisasi secara radikal: Kemal Ataturk, Thaha Husayn, Ashmawi. Fundamentalis, menolak sekularisasi secara radikal: Sayyid Qutb, al-Mawdudi. Modernis, golongan moderat penjaja sekularisasi: Fazlur Rahman, Muhammad Abduh. Tradisionalis, golongan moderat penentang sekularisme: Al-Qaradhawi, Sayyid Amir Ali.
Solusi menurut perspektif Islam tak lain dengan mengusung islamisasi ilmu: politik, etika, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Namun tak ada salahnya umat Islam memanfaatkan hasil eksperimen Barat, yang baik diambil dan yang bermasalah dibuang dengan dilandasi kekuatan aqidah dan iman.
Pemikiran sekular merupakan urat nadi relativisme historis dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang otentik dan final. Nilai kebenaran Islam adalah universal. Sedang sekularisme bagaikan virus yang menyebar dan menggerogoti nilai-nilai luhur Islam. Wallahu a’lam bi shawab. (Tri Putranto)
Tags: nalar
0 comments share
PEMIKIRAN POLITIK ZIONISME
Jul 12, '09 11:01 AM
for everyone
I. Sejarah Gerakan Zionisme
Salah satu tonggak penting dari perkembangan gerakan Zionisme adalah dengan terbitnya buku Theodor Herzl. Pada 1896, Der Judenstaat[1], demikian judul buku tersebut, terbit di Leipzig dan Wina. Buku ini memiliki subjudul "Versuch einer modernen Lösung der Judenfrage", atau yang bisa diartikan dengan, "Proposal untuk sebuah solusi modern mengenai masalah Yahudi", dan aslinya ditujukan kepada dinasti perbankan Rotschild yang sangat berperan dalam merealisasikan sebuah negara Zionis di Palestina. Menurut Herzl, cara terbaik untuk menghindari anti-Semitisme di Eropa ialah dengan mendirikan sebuah negara Yahudi yang merdeka.[2]
Ide pendirian sebuah negara bagi orang Yahudi sebenarnya telah lama ada. Gerakan ini pada permulaannya adalah rasa kerinduan yang sahih dari suatu bangsa yang tertindas untuk memiliki tanah air. Dari kalangan Pencinta Zion (Choveve Zion) berpendapat dengan kedatangan Juru Selamat (Messiah) di akhir zaman, maka kerajaan Tuhan, kemana setiap keluarga bumi dipanggil dan disiapkan untuk seluruh manusia. Pendapat messianistik ini ditemukan dalam Kitab Kejadian 13:13.18. Olehnya itu, selain karena desakan dan kebutuhan untuk berdirinya sebuah Negara, membuat orang-orang Yahudi yang saleh pergi ke Palestina, terutama setelah mengalami penindasan yang dilakukan raja-raja Katholik di Spanyol. Penindasan ini terjadi setelah mereka mengalami hidup bersama dalam kedamaian dengan orang-orang Islam di Spanyol dalam jangka waktu yang cukup lama.[3]
Menurut Mantan Kepala BAKIN, ZA. Maulani, gerakan Zionisme mengambil insprasi kata dari bahasa Ibrani, yaitu “Zion” yang berarti “Batu Karang.” Maksudnya adalah merujuk pada batu bangunan Haykal Sulaiman yang didirikan di atas sebuah batu karang bernama “Zion” yang terletak di sebelah barat daya al-Quds (Jerussalem). Bukit ini memiliki landasan teologis yang penting bagi orang Yahudi, seperti yang tercantum dalam Taurat, “al-Masih dijanjikan akan menuntun kaum Yahudi memasuki tanah yang dijanjikan. Dan, al-Masih akan memerintah dari atas puncak bukit Zion.”[4]
Istilah Zionisme, bukan dicetuskan oleh Herzl, walau Herzl belakangan disebut sebagai “Bapak Zionisme”. Istilah ini dikemukan pertama kali oleh seorang penulis Jerman Nathan Bernbaum pada 1893.[5] Beberapa tahun ungkapan ini tidak mempunyai pengertian yang jelas, hanya menyebutkan keperluan bangsa Yahudi untuk memiliki National Home. Sesuai dengan suasana politik di Eropa ketika itu, istilah Zionisme juga dipahami sebagai paham yang menjunjung tinggi liberalisme dan penentuan nasib sendiri. Namun, pendapat terakhir dibantah oleh Edward Said yang menurutnya, Zionisme tidak bisa bersesuaian dengan liberalisme karena pendukungnya cenderung mengusung Yudaisme.[6]
Kesadaran nasionalitas Bangsa Yahudi itu, terutama di kalangan cerdik cendekia mengalami transformasi menjadi kekuatan riil dengan membentuk organisasi-organisasi Zionis. Ini bisa dilihat dari pengorganisasian yang dilakukan oleh beberapa tokoh Yahudi antara lain Theodor Herzl dan Chaim Weizmann. Herzl menyusun doktrin Zionisme sejak 1882 yang kemudian disistematisasikan dalam bukunya "Der Judenstaat". Doktrin ini dikonkritkan melalui Kongres Zionis Sedunia pertama di Basel, Swiss, tahun 1897.
Setelah berakhirnya kongres itu, Herzl menulis perihal cita-citanya itu dalam buku hariannya, sebuah optimisme akan pendirian Negara Yahudi.
“Kalau saya harus menyimpulkan apa hasil dari kongres Basel itu dalam satu kalimat singkat—yang tidak berani saya utarakan kepada publik—saya akan berkata: “Di Basel saya menciptakan Negara Yahudi!”[7]
Semula, Herzl cenderung mendorong adanya asimiliasi Zionis dengan Eropa. Namun, kemudian ide ini ia buang karena tidak realistik. Akhirnya, ide untuk pendirian Negara Israel menjadi pilihan mati yang harus diwujudkan dengan bermacam cara, bahkan dengan kekerasan dan pembunuhan, yang menurut kaum Zionis itu memungkinkan saja terjadi karena anggapan bahwa orang non-Yahudi adalah “goyyim” (setengah manusia), dan seperti yang tercantum dalam Talmud—salah satu kitab Yahudi—“Tob shebe goyyim harog”, yang artinya, “Bahkan orang kafir yang baik sekalipun seluruhnya harus dibunuh”.[8]
Selanjutnya, setelah Kongres Zionisme Internasional ke-1 (1897), kecenderungan politik kaum Yahudi Zionis bekerja dengan dua arah; satu arah dilakukan secara diam-diam dengan tujuan menghancurkan dan menguasai negara-negara non-Yahudi di seluruh dunia, sedangkan yang lainnya dengan membentuk sebuah negara Yahudi di tanah Palestina—tanah yang menurut kelompok ini “tanah tanpa bangsa untuk bangsa tanpa tanah air.”
Selanjutnya, untuk pendirian Negara Yahudi, maka pengusiran orang Arab Palestina pun dilakukan. Ini sesuai dengan titah Herzl seperti yang ditulis di buku hariannya,
“Kami harus mencoba mengeluarkan kaum tidak berduit (baca: Palestina) dari perbatasan dengan cara menyediakan pekerjaan di negara-negara tetangga, dan bersamaan dengan itu, mencegah mereka memperoleh lapangan kerja di negeri kami. Kedua proses, baik penghapusan kepemilikan dan pemindahan kaum miskin itu, harus dikerjakan dengan kehati-hatian dan kewaspadaan.”[9] Tema tentang pengusiran ini kemudian menjadi dibenarkan oleh sebagian besar pendukung Zionisme.
Strategi pengusiran itu, tulis ZA. Maulani, ditempuh oleh kalangan Yahudi Zionis dengan tiga cara:
Pertama, melalui imigrasi. Banyak kaum Zionis yang percaya bahwa imigrasi dengan jumlah yang besar dari Eropa ke Palestina dalam waktu singkat akan memecahkan masalah mereka dengan membangun masyarakat Yahudi. Kedua, penutupan lapangan kerja. Dengan penutupan kesempatan kerja bagi petani dan buruh Palestina, maka itu akan memaksa orang Arab-Palestina untuk bermigrasi meninggalkan tanah airnya. Ketiga, pembatasan informasi. Kedua rencana di atas pada praktiknya kurang diketahui oleh khalayak banyak. Sebaliknya, rencana “baik” itu—seperti penyediaan lapangan pekerjaan—lebih banyak diperbincangkan di koridor-koridor kekuasaan seperti di Berlin, London, dan Washington dengan tujuan agar mendapatkan sponsorship sekaligus sebagai legitimasi terhadap klaim Yahudi sebagai imbangan terhadap hak-hak mayoritas penduduk Arab-Palestina.[10]
Menurut M. Amien Rais, isu untuk kembali ke tanah Palestina, menimbulkan dua kelompok di kalangan Yahudi, yaitu Zionisme Politik dan Zionisme Kultural/Spiritual. Zionisme Politik diwakili oleh Herzl, Moshe Lilienblum, Leo Pinsker, Chaim Weizmann, Jabotinsky, Menachem Begin, Moshe Dayan, dan Yitzhak Shamir. Sedangkan, kalangan Zionisme Kultural yang menentang ide itu diwakili oleh Ahad Ha-am, Judas Magnes[11], Martin Buber[12], Hans Kohn dan fisikawan Albert Einstein.[13]
Metode mengambilan tanah Palestina menurut kelompok pertama adalah dengan tiga cara. Pertama, wilayah tersebut harus direbut dari tangan orang-orang Arab. Caranya adalah dengan memperoleh tanah seluas mungkin di Palestina. Kedua, penduduk Arab harus diusir dari tanah airnya ke negara-negara Arab.[14] Sensus Inggris pada 1922 mencatat ada 660.641 orang Arab dan 83.790 orang Yahudi di Palestina. Untuk membalik ini, maka seperti juga menurut ZA. Maulani, yaitu dengan “Yahudinisasi Palestina” dan imigrasi besar-besaran ke Palestina. Ketiga, dengan menteror secara sistematik. Fungsi ini dipahami oleh para tokoh Zionis sebagai cara paling gampang dan murah untuk menghabisi nyali Bangsa Palestina.
Sedangkan kelompok kedua yang menentang pandangan diatas, memiliki tiga alasan. Pertama, sangat immoral bila kaum Yahudi mendesak dan mengusir bangsa Palestina yang notabene tanah itu adalah tanah air sah Palestina. Kedua, bila Zionisme menekankan hak historis bangsa Yahudi untuk kembali ke Palestina, maka bangsa Arab Palestina pun punya hak historis yang harus dihormati. Ketiga, pemecahan adil bagi konflik Israel-Palestina adalah dengan mendidikan sebuah bi-national state, yaitu negara dengan dwi-kebangsaan tempat orang Yahudi dan Arab hidup berdampingan secara damai.[15]
Walau di kalangan internal Yahudi ada perbedaan pendapat, setelah melewati lobi dengan berbagai kalangan—termasuk dengan Khilafah Utsmaniyah (walau gagal)—membuahkan hasil dengan lobi kepada Parlemen Inggris oleh Chaim Weizmann pada 1917 untuk meminta dukungan pembentukan Negara Yahudi di Palestina. Setelah itu, nota persetujuan pun dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri Inggris Lord Balfour kepada Parlemen Inggris, dengan bunyi sebagai berikut:
“Menurut pendapat Pemerintah Inggris, mempertahankan Terusan Suez akan mencapai hasil maksimal dengan mendirikan suatu Negara Palestina yang terikat dengan kita. Dengan mengembalikan orang Yahudi ke Palestina dibawah pengawasan Inggris akan menjamin rencana itu.”
Dukungan Inggris atas pembentukan Negara Yahudi ini memang tidaklah dilepaskan dari ambisi imperialisme, seperti ditegaskan Winston Churchill pada 1921 (Menteri Luar Negeri waktu itu), bahwa,
“Kalau Palestina tidak pernah ada, maka menurut keyakinan saya, demi kepentingan imperium, ia harus diciptakan.”[16]
Akhirnya, dengan Deklarasi Balfour (1917) itu, gerakan Zionisme terus melakukan semua upaya untuk mendukung kepentingan Inggris di Timur Tengah, termasuk dengan membentuk “Jewish Corps” yang terdiri dari 500 pemuda Yahudi di bawah latihan Inggris. Pada 1940, guna persiapan pembentukan negara, juga dibentuk “Squadron ke-40 the Royal Assault Arms” yang belakangan hari anggota-anggotanya menjadi kader pimpinan pada Israel Defence Forces (IDF) setelah Negara Israel terbentuk.[17]
II. Pemikiran Politik Zionisme dalam Protokol
a. Sejarah Protokol
Dokumen yang paling banyak disebut-sebut oleh mereka yang tertarik pada teori “Kekuasaan Mendunia Kaum Yahudi” ialah sebuah dokumen yang disebut “Protokol”, yang terdiri dari 24 berkas yang dikenal sebagai “Protokol dari Para Pinisepuh Zion yang Bijak” (the Protocol of the Learned Elders of Zion).[18]
Sampai sekarang, peletak dasar protokol dan waktu peletakannya tidak ada penjelasan yang lengkap. Fenomena yang muncul adalah adanya kaitan antara waktu antara protokol ini dengan masa akhir abad ke-19 dan Kongres Zionisme Internasional di Basel, Swiss, Agustus 1897.[19]
Menurut ZA. Maulani, siapapun dia yang menulis Protokol itu, adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang kodrat manusia, sejarah, juga seni kenegaraan. Protokol adalah hasil pemikiran yang memukau, karena nyaris sempurna, menakutkan, dan pencapaiannya menghalalkan segala cara. “Kalau sungguh hanya seorang yang menyusunya, ia menjadi fiksi yang terlalu menakutkan, menjadi bahan yang akan terus berlanjut bagi berbagai spekulasi, penulisnya terlalu dalam pengetahuannya mengenai sumber-sumber kehidupan yang penuh rahasia yang digunakannya tiada lain kecuali untuk menipu,” tulis Maulani.
Mengenai kata Protokol itu sendiri, kata Guru Besar Sejarah dan Peradaban Islam Universitas Kairo, Ahmad Syalabi, berarti “pembicara” atau “penceramah” sebuah majelis. Sebagian peneliti, tulisnya, menamakan Protokol dengan “qororot” atau “keputusan-keputusan”. Kedua penamaan ini bila diperhatikan akan bertemu pada makna bahwa keputusan itu disampaikan oleh beberapa peneliti kepada peserta Kongres Basel dan disetujui oleh forum.
Awalnya, Protokol ini tersimpan di sebuah tempat yang sangat rahasia. Syalabi menulis sebagai berikut:
“..Kandungan isi protokolat itu tidak ada yang mengetahui kecuali beberapa orang pilihan yang bertugas melaksanakannya. Mereka pun melaksanakan program itu dengan rapi dan sistematis. Sampai akhirnya terjadi pertemuan antara Ratu Prancis yang Nasrani dengan Pemimpin Besar Zionis di Pusat Kegiatan Freemasonry di kota Paris. Di tempat itu secara tidak sengaja sang Ratu membaca pointer Protokol itu. Kontan saja ia merasa terkejut dan tercengang dengan isi yang terkandung di dalam Protokol itu. Diam-diam ia mencuri beberapa protokol dan dibawa keluar dari tempat tersebut.”
Kejadian itu terjadi pada sekitar 1901. Namun, sang Ratu tetap merasa takut takut dan khawatir jikalau dituduh sebagai pencuri protokol. Untuk menghindari itu, maka ia berusaha menerbitkan beberapa Protokol itu di Rusia. Di negeri ini memberikan Protokol itu ke salah seorang pembesar kekaisaran Rusia waktu itu yaitu Alex Nicolanifich. Alex menyerahkan ke sahabatnya, Prof. Sergi Nilos. Setahun kemudian lembaran-lembaran itu dipublikasikan dalam bahasa Rusia.
Setelah terbit lembaran-lembaran itu, Theodor Herzl mengumumkan bahwa sebagian lembaran protokol telah dicuri. Karena, Zionis menyadari bahwa penerbitan itu membahayakan mereka, maka para pemimpinnya langsung mengelak dan menyatakan bahwa mereka tidak ada kaitannya dengan lembaran-lembaran itu. Namun karena secara faktual banyak kesesuain antara apa yang termaktub dalam dokumen itu dengan keinginan Yahudi, maka itu bukanlah sebuah rekayasa.[20]
Dalam mukaddimah edisi terjemahan Protokol oleh Muhammad Kholifah al-Tunisy, tertulis sebagai berikut:
“Di tahun 1905 kembali Sergi Nilos mencetak buku ini dengan ditambahi pengantar dan beberapa komentar di dalamnya. Dalam beberapa waktu saja buku langsung laris karena orang-orang Yahudi dengan berbagai cara mengumpulkan naskah-naskah untuk dibakar. Kejadian yang sama pun terjadi di tahun 1911. Ketika diterbitkan lagi pada tahun 1917 oleh Partai Komunis—partai yang nantinya mampu menggulingkan kekaisaran Rusia dan memegang tampuk pimpinan di Rusia yang sebagai besar orang-orang Yahudi—buku itu kemudian langsung hilang dari edaran sampai sekarang.”
Tapi, ada satu buku terbitan 1905 yang masih tersimpan di Museum London. Tertulis di buku itu tanggal penerimaannya, yaitu 10 Agustus 1906. Hampir selama setahun (1917) buku ini tidak ada yang mengurusnya sampai akhirnya jatuh ke tangan Prof. Victor Marseden, seorang koresponden surat kabar Morning Post London, yang langsung diminta oleh pemerintah Rusia untuk memberitakan peristiwa kudeta yang dilakukan Partai Komunis di sana. Ketika membaca naskah itu, Marseden melihat betapa berbahaya kandungannya. Dalam naskah itu juga tertulis prediksi Nilos akan terjadinya kudeta ini 12 tahun sebelum terjadinya kudeta di sana. Pada 1921, naskah ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Prof. Khalifah, dan dicetak dua kali oleh Pustaka al-Khanjiny, Kairo.[21] Naskah ini juga selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis, Jerman, Italia, dan lainnya, termasuk di Indonesia.[22]
b. Pemikiran Politik
Tujuan Protokol ini adalah untuk mendirikan sebuah Negara Yahudi yang menyatukan bangsa Yahudi yang tercerai berai.
Ahmad Syalabi mengklasifikasikan isi protokol itu ke dalam dua bagian besar.[23] Pertama, posisi bangsa Yahudi di dunia ini sebelum merealisasikan tujuannya, dan kedua, posisi dan kedudukan bangsa Yahudi setelah menjadi penguasa alam ini.
Pertama, Periode sebelum pembentukan pemerintahan Yahudi Internasional. Hal penting pertama yang dilakukan adalah dengan mempersiapkan sumber daya manusia. Doktrin yang ditanamkan adalah keyakinan bahwa bangsa Yahudi sebagai umat Tuhan yang terpilih dan terkemuka. Dalam pandangan Yahudi, manusia hanya ada dua macam:
1). Umamiyyun (goyyim), yaitu manusia kafir dan pemuja berhala. Manusia jenis ini diciptakan dari unsur setan. Tujuan penciptaan mereka adalah untuk menjadi budak atau pelayan bangsa Yahudi. Mereka diberi bentuk manusia untuk mempermudah komunikasi dan interaksi antar bangsa Yahudi dengan pelayannya. Namun hanya merekalah manusia sesungguhnya, selainnya hanya penyerupaan bangsa Yahudi.
Oleh karena itu, mereka berhak memperlakukan umamiyyun seperti binatang. Mencuri, mempekerjakan, merampas, memperkosa dan perlakuan lainnya boleh dilakukan kepada bangsa selain Yahudi. Dalam al-Qur’an surat Ali Imran 75 dijelaskan bagaimana perkataan orang Yahudi, “Kita tidak akan pernah menemukan jalan yang benar melalui orang-orang bodoh itu (ummiyyun).”
Salah satu puisi tentang perlakuan kepada kaum goyyim, bisa kita lihat dari puisi yang ditulis oleh sastrawan Zionis Hayem Nochman P. (1873-1934), dibawah ini:
“Tidak pernah gentar dan tidak mengenal rasa takut
Musuhnya bukanlah Singa Garang
Mereka menantang neraka
Mereka menyebar laksana api di dasar neraka
Dan walaupun harus menumpahkan darah
Bangsa ini, tangannya, selalu berada di atas”[24]
Berdasarkan keyakinan ini, maka pada fase ini Yahudi perlu memecah Negara-negara lain, genosida, menghasut kepada negara untuk perang atau menghasut masyarakat untuk menentang penguasa. Di fase ini juga disebarkan juga macam-macam paham yang sesuai dengan perkembangan zaman. Kapitalisme, sosialisme, adalah contoh paham yang disebarkan di masyarakat agar terjadi pergulatan, perselisihan secara fragmentatif.
Bermacam gerakan di fase ini dilakukan untuk menghancurkan masyarakat ummiyyun itu.
2). Yahudi, yaitu umat Tuhan yang terpilih.[25] Mereka adalah anak-anak terkasih Tuhan. Tidak ada ibadah yang diterima kecuali ibadah mereka. Jiwa mereka berasal dari unsur-unsur Tuhan dan hanya jiwa mereka sajalah yang suci. Allah menciptakan mereka dalam bentuk manusia sebagai penghormatan Tuhan pada mereka.
Kedua, Periode setelah pembentukan Negara Yahudi. Bila telah menang, maka Yahudi akan membentuk sebuah negara dictator yang menguasai dunia. Ibukotanya saat ini berada di Jerusalem, ibukota Negara Yahudi. Negara yang telah jatuh ke tangan Yahudi akan dipimpin secara langsung, sedangkan yang belum dikuasai, Yahudi bermain di belakang layar.
Bila semua negara telah jatuh ke tangan Yahudi, maka ibu kotanya akan dipindahkan ke kota Roma. Para pemimpinnya pun akan silih berganti yang berasal dari keturunan Nabi Daud as.
Orang-orang Yahudi juga melakukan sogokan, kekerasan dan terorisme untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya. Dengan kekerasan, maka masyarakat non-Yahudi akan menjadi seperti biji catur yang bergerak sesuai dengan sang pemain, yaitu Israel.
c. Divergensi Rasial
Dalam Protokol Pertama, disebutkan sebagai berikut:
“Kualitas luhur yang ada pada masyarakat adalah—kejujuran dan keterbukaan—merupakan peluang penting dalam politik, karena sifat-sifat ini akan melengserkan secara pasti dan meyakinkan, melebihi musuh yang paling kuat sekalipun. Sifat-sifat ini melekat pada kaum non-Yahudi; kita sudah barang tentu tidak boleh dipimpin oleh mereka.”
Rasialisme adalah watak dari Zionisme, olehnya itu maka Negara Israel yang didirikan juga menganut rasisme. Ini muncul karena perasaan akan kebanggaan ras Yahudi. Mereka berkata, “bangsa Yahudi adalah bangsa yang satu, umat pilihan Tuhan, bangsa yang derajatnya di atas ras atau bangsa-bangsa yang lain.” Dari paham inilah yang membuat seorang orang Yahudi dimanapun dia berada akan secara otomatis sebagai warganegara Israel. Inilah yang mendasari PBB mengeluarkan resolusi No. 3379-D/10/1175 yang menyatakan bahwa “Zionisme adalah gerakan rasisme”[26] walau hanya bertahan selama 15 tahun. Kasus ini juga terjadi pada gagalnya pembahasan draft kedudukan Israel sebagai negara rasis yang sedianya digelar pada konperensi PBB tentang “Rasialisme, Xenophobia, dan Intoleransi” di Durban, Afrika Selatan (29 Agustus-3 September 2001). Koperensi ini digagalkan oleh negara-negara Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Israel sendiri walk out sebelum sidang dimulai.
Dari masalah rasial ini, merasa paling unggul, kemudian menjalar pada masalah politik. Olehnya itu, maka perlakuan yang semena-mena menurut ukuran awam pun dilanggar begitu saja oleh Israel, karena anggapan bahwa kalangan goyyim sebagai setengah manusia yang bisa diperlakukan seperti binatang.
Dalam percaturan politik di Negara Israel juga, warna negara yang beragama Islam tidak mendapatkan hak-hak mereka secara baik. Diskriminasi rasial tetap merupakan sebuah ideologi yang dipegang ketat oleh kalangan Zionisme Israel.
Dalam Protokol Keempatbelas, disebutkan sebagai berikut:
“Dalam divergensi ini antara kaum non-Yahudi dengan kita, dalam kemampuan berpikir dan mengembangkan nalar harus dilihat dengan jelas alas an mengapa kodrat menetapkan kita sebagai “umat pilihan”, sebagai manusia yang memiliki derajat yang lebih tinggi, yang membedakan kita dengan kaum non-Yahudi yang memiliki naluri dan sifat hewani.”
d. Sistem Pemerintahan
Demokrasi tidaklah cocok bagi bangsa Yahudi, dan mereka tidak menggunakan konsep itu. Karena, kaum Yahudi mengalami kesulitan bercampur baur dalam kemajemukan. Itu karena kaum Yahudi lebih merasa unggul ketimbang yang lain. Dengan demikian, terjadilah rasa lebih, yang menggangu stabilitas bermasyarakat.
Pragmatisme juga menjadi pilihan politik kaum Zionis. Mari kita lihat ucapan dari Chaim Weizmann kepada Komite PBB pada 1947, di bawah ini:
“We realize that we cannot have the whole of Palestine. God made a promise: Palestine to the Jews. It is up to the Almighty to keep His promise in His own time. Our business is to do what we can in a very imperfect human way…If I, personally, came to the conclusion that partition is the best, I did so by a process of elimination…Therefore I believe, although partition means a sort of Solomon’s judgement, it is in the circumstances perhaps the better..”[27]
Dari perkataan di atas, terlihatlah bahwa gerakan Zionis adalah gerakan pragmatis. Meskipun telah menegaskan sikap bahwa seluruh wilayah Palestina adalah hak bangsa Yahudi, namun Weizmann juga menerima usulan partisi (pemisahan) wilayah Palestina oleh PBB, dan menyatakan barangkali itu keputusan yang terbaik. Sikap ini menurut Gideon Shimoni, disebut sebagai sikap yang “realistis” dan “pragmatis” yang didasari oleh pertimbangan untuk “mencari kerugian terkecil” dari semua opsi yang tersedia dalam situasi politik tertentu.[28]
e. Politik Genosida
Pengusiran, bahkan pada tingkat genosida atau ethnic cleansing (pembersihan etnis) pernah dilakoni kaum Zionis. Tentang pengusiran ini, kalangan Yahudi berkata, “(Kami) menyiapkan diri, untuk mengusir dengan pedang kabilah-kabilah (Arab) itu sebagaimana yang dilakukan, nenek moyang kami..”
Para hachom (alim-ulama) dan rabbi (guru agama) mengatakan tentang permusuhan dan sikap mereka terhadap bangsa Arab Palestina, sebagai berikut:
“Usir penduduk yang tak berduit sesenpun itu keluar perbatasan (Palestina) dengan cara menolak lapangan kerja..” (Theodore Herzl)
“Kita harus menggunakan terror, pembunuhan, intimidasi, penyitaan tanah, dan pemutusan semua pelayanan sosial untuk membersihkan tanah Galilea dari penduduk Arab.” (Israel Koenig)
“(Orang Palestina) tidak lain adalah binatang yang berjalan di atas dua-kaki.” (Menachem Begin)
Politik Genosida juga diajarkan oleh salah seorang bagawan Yahudi, Moses Maimonides. Ia, dengan jelas mengatakan bahwa kaum Kristen harus dihabisi! Maimonides dikenal sebagai penyusun hokum dan filosof besar sepanjang sejarah Yahudi. Acapkali ia disebut dengan nama Rambam, dan disapa dengan panggilan Rabenu Moshe bin Maimon, yang artinya “Rabbi kami Musa anak Maimun.”
Dalam buku Maimonides Mishnah Torah (terbit tahun 1990 di Brooklyn, New York), ia berkata, “Sesungguhnya bila kita melihat seorang kafir (goyyim) sedang terhanyut dan tenggelam di sungai, kita tidak boleh menolongnya. Kalau kita melihat nyawanya sedang terancam, kita tidak boleh menyelamatkannya.” Naskah ini dalam bahasa Ibrani edisi Feldheim 1981 tentang Mishnah Torah (Syari’at Taurat) juga menyebutkan hal yang sama.
Sikap membenci non-Yahudi, atau dibolehkan pembantaian juga tercantum dalam Talmud pada bagian dibawah ini:
“Hal itu telah merupakan mitvah (kewajiban agama) untuk menghabisi para pengkhianat kaum Yahudi, para minim dan apikorsim, dan membuat mereka jauh ke dalam lobang kehancuran, karena mereka telah menyebabkan penderitaan kepada kaum Yahudi, dan menipu manusia untuk menjauh dari Tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh Isa dari Nazareth dan para muridnya, dan Tzadok, Baithos, dan murid-muridnya. Semoga terla’natlah mereka.”
Menurut Mainomides, terkait dengan pernyataan Talmud di atas, Nabi Isa as. adalah contoh seorang min[29] (penghianat). “Ayat” itu juga menerangkan bahwa murid-murid Tzadok, yaitu kaum Yahudi yang menolak kebenaran Talmud dan mereka yang hanya mengakui hukum tertulis, yaitu Taurat.[30]
Jadi, pembantaian yang ditontonkan oleh kaum Yahudi Zionis dari sebelum mendirikan Negara Israel hingga saat ini tak lain dari pengaruh ajaran Talmud, dan para tokoh Yahudi.
f. Devide et Impera
Devide et Impera (pecah belah), adalah salah satu metode dalam politik. Di negara kita, walau masih gencarnya penjajahan, para penjajah dari Eropa juga menggunakan taktik ini. Antar kelompok dalam masyarakat diadu domba sedemikian rupa sampai terjadi benturan pemikiran, bahkan bisa sampai pada tindak kekerasan dan perang. Dalam hal ini, Yahudi juga menggunakan taktik ini, seperti yang tercantum dalam Protokol.
Objek sasaran dari politik ini telah berlangsung di awal abad ke-20. Antara tahun 1905 hingga saat ini, demikian kata ZA. Maulani, telah dilakukan usaha yang kuat untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Pencapaian yang harus diraih antara lain dengan memecah solidaritas dan persaudaraaan non-Yahudi dengan mempercepatnya melalui peperangan di Eropa. Metoda yang digunakan adalah dengan disintegrasi. Masyarakat dipecah-pecah kedalam berbagai partai, kemudian dipecah lagi ke dalam berbagai faksi dalam partai dan sekte. Olehnya itu, maka ada saja penyusupan yang dilakukan oleh Yahudi atau lewat tangan-tangan masyarakat setempat.
Mengenai politik devide et impera, ini mari kita lihat penuturan yang ada dalam Protokol Pertama.
“Kemerdekaan politik hanyalah sekedar idea, bukan fakta. Adalah penting untuk memahami bagaimana menerapkan idea bilamana ada kebutuhan untuk mendapatkan dukungan masyarakat terhadap suatu partai atau seseorang, jika partai itu ingin mengalahkan partai lain yang tengah berkuasa. Tugas ini akan menjadi lebih ringan bila pihak lawan telah dicemari oleh prinsip-prinsip kebebasan, atau apa yang disebut liberalisme. Biasanya demi suatu idea ia akan bersedia menyerahkan sebagian dari kekuasaannya.”
Menurut Maulani, dari kutipan ini terlihat bahwa konsepsi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) adalah tidak lebih dari tipuan, karena di kedua lembaga itu idea yang bagus selalu berhadapan dengan fakta yang pahit.[31]
Dalam Protokol Kelima, politik ini juga dimunculkan, sebagai berikut:
“Untuk menguasai pendapat umum, yang pertama-tama diperhatikan ialah pentingnya mengacaukan pendapat umum itu dengan cara menyampaikan beragam pendapat yang saling bertentangan…ini kaidah yang pertama...”
Jadi, dari sini kita melihat bahwa manajemen issu itu sangat dipentingkan dalam mengacaukan masyarakat. Dengan isu yang begitu beragam, terjadi simpang siur, mengakibatkan masyarakat menjadi bingung dan saling bertentangan.
Lanjutan kaidah kedua adalah:
“…Kaidah kedua, ialah upaya meningkatkan dan mengintensifkan persepsi tentang kekurangan-kekurangan yang ada di dalam masyarakat tentang kebiasaan yang berkembang, aspirasi dan gaya hidup, sehingga ditumbuhkan kekesalan terhadap kehidupan yang memperlihatkan adanya kekacauan; akibatnya, masyarakat akan kehilangan saling percaya satu dengan lainnya. Langkah ini akan membuahkan perbedaan pendapat pada semua pihak dan lapisan, mendisintegrasikan kekuatan kolektif yang ada pada mereka, diiringi upaya menghilangkan atau menekan prakarsa-prakarsa yang mungkin akan dapat menjegal usaha kita.”
Dari penjelasan di atas, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu:
1. Untuk mewujudkan impian fundamentalismenya, gerakan Zionisme Yahudi membuat mitos untuk menguatkan pengikutnya bermigrasi ke Palestina
2. Pemikiran politik kaum Zionis sangat terinspirasi dari kitab suci dan dokumen-dokumen dalam Protokol
3. Divergensi rasial dan politik Devide et Impera (Pecah Belah) adalah dua macam cara yang digunakan oleh kaum Zionis untuk mewujudkan impiannya akan kepemimpinan Yahudi di dunia
DAFTAR PUSTAKA
1. Afadlal dkk. Minoritas Muslim di Israel Dimensi Sosial dan Politik, cet.1. Jakarta: Pensil-324 & Ismes & P2P LIPI, 2004
2. Al-Jahni, Mani’ bin Hammad. Al-Mausu’ah al-Muyassarah fi al-Adyan wa al-Madzahib wa al-Ahzab al-Mu’ashirah (al-Mujallad al-Awwal), cet.3. Riyadh: Dar al-Nadwah al-‘Alamiyyah li al-Thiba’ah wa al-Nasyr wa al-Tawzi’, 1418 H
3. Al-Kailani, Haitsam. Siapa Teroris Dunia (al-Irhab Yuassisu Dawlah Nahwadzaj Israil—terj. Muhammad Zainal Arifin), cet.1. Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2001
4. Armstrong, Karen. Berperang Demi Tuhan (the Battle for God—terj. Satrio Wahono dkk.), cet.4. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2004
5. Ensiklopedia Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Der_Judenstaat
6. Findley, Paul. Mereka Berani Bicara: Menggugat Dominasi Lobi Yahudi (They Dare to Speak Out: People and Institutions Confront Israel’s Loby—terj. Hamid Basyaib), cet. 3. Bandung: Penerbit Mizan, 1993
7. Garaudy, Roger. Mitos dan Politik Israel (Les Mythes Fondateurs de la Politique Israelienne—terj. Maulida Khiatuddin), cet.1. Jakarta: Gema Insani Press, 2000
8. Hakim, Masykur. Zionisme bin Yahudi, cet. 1. Jakarta: SDM Bina Utama, 2005
9. Husaini, Adian. Pragmatisme dalam Politik Zionis Israel, cet.1. Jakarta: Penerbit Khairul Bayan, 2004
10. Maulani, ZA. Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia, edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Daseta, 2002
11. Schoenman, Ralph. Mimpi Buruk Kemanusiaan: Sisi Gelap Zionisme (a Hidden History of Zionism—terj. Masyhur Abadi), cet.1. Surabaya: Pustaka Progresif, 1998
12. Sihbudi, Riza, dkk. Profil Negara-Negara Timur Tengah (buku satu), cet.1. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995
13. Sihbudi, Riza. Menyandera Timur Tengah. Jakarta: PT. Mizan Publika, 2007
14. Syalabi, Ahmad. Sejarah Yahudi & Zionisme: Catatan tentang Kejahatan-Kejahatan Yahudi Sepanjang Masa (al-Yahud—terj. Anang Rizka Masyhadi dkk.), cet.1. Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran, 2006
15. Zainuddin, AR. Pemikiran Politik Islam: Islam, Timur Tengah, dan Benturan Ideologi (Hermawan Sulistyo, ed.), cet.1. Jakarta: Pensil-324, 2004
________________________________________
[1] Bahasa Jerman: “Negara Yahudi”
[2] Ensiklopedia Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Der_Judenstaat
[3] Garaudy (1983), seperti dikutip AR. Zainuddin, dalam Pemikiran Politik Islam, hal. 12
[4] ZA. Maulani, Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia, hal. 7
[5] ZA, Maulani (2002), hal. 7; Haitsam al-Kailani (2001), hal. 41; Mani’ bin Hammad al-Jihani (1418 H), hal. 522. Namun, ini berbeda dengan Ensiklopedia Wikipedia yang menulis, “Istilah Zionis pertama kali dipakai oleh perintis kebudayaan Yahudi, Mathias Acher (1864-1937)”. Lihat: http://id.wikipedia.org/wiki/Zionisme. mungkin saja yang dimaksud di sini adalah ungkapan Zionisme (Zionisme) dan Zionis (Zionist). Zionisme berarti sebuah paham atau pemikiran, sedangkan Zionis berarti individu yang memiki paham tersebut. Namun, tetaplah istilah itu satu kesatuan.
[6] Edward Said, the Politics of Dispossession, seperti dikutip Afadlal dkk (2004) dalam Minoritas Muslim di Israel, hal. 31
[7] ZA. Maulani, hal. 18
[8] ZA. Maulani, hal. 94
[9] Raphael Patai, ed., the Complete Diaries of Theodore Herzl, dalam ZA. Maulani, hal. 16
[10] ZA. Maulani, hal. 16-17
[11] Guru Besar Universitas Hebrew, Jerussalem.
[12] Masykur Hakim, Zionisme bin Yahudi, hal. 81
[13] M. Amien Rais, Timur Tengah dan Krisis Teluk. Surabaya: CV. Amarpress, 1990, hal. 10; Riza Sihbudi dkk, Profil Negara-Negara Timur Tengah (buku satu), hal. 104. Penolakan Einstein setidaknya bisa kita lihat dari surat yang ditulisnya pada 1930 berbunyi, “Saya lebih dapat menerima adanya kesepakatan yang adil dengan orang-orang Arab, atas dasar hidup bersama dalam kedamaian, daripada harus membentuk sebuah negara Yahudi, dengan garis perbatasan, angkatan bersenjata, dan sebuah tindakan temporal yang berlandaskan kekuatan, bukan kerendahhatian. Saya takut akan terjadi kehancuran Yudaisme dari dalam, terutama akibat tumbuhnya nasionalisme sempit di kalangan kita sendiri..Kita bukan lagi Yahudi di zaman Maccabean. Kembali menjadi sebuah bangsa, dalam artian politis, berarti melepaskan diri dari spiritualisasi masyarakat kita—dimana kita berhutang budi pada kejeniusan nabi-nabi kita.” Lihat: Roger Garaudy, Israel dan Praktik-Praktik Zionisme, seperti dikutip Adian Husaini (2004), hal. 9
[14] Ralph Schoenman. Mimpi Buruk Kemanusiaan: Sisi Gelap Zionisme, hal. 35
[15] M. Amien Rais, hal. 11
[16] ibid, hal. 30
[17] ibid, hal. 31
[18] ZA. Maulani, hal. 111; Mani’ bin Hammad al-Jahni, hal.521
[19] Ahmad Syalabi, hal. 276
[20] Ahmad Syalabi, hal. 278
[21] ibid, hal. 279-280
[22] Terjemahan Indonesia, diterbitkan oleh Penerbit Hikmah (Mizan Group) digabung dalam buku International Jew karya Henry Ford, juga terjemahan dari Pustaka Nauka yang disunting oleh Alwi Alatas, lulusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
[23] Ahmad Syalabi, hal. 281-286
[24] Haitsam al-Kailani, hal. 86-87
[25] Salah satu alasan teologisnya berasal dari Kitab Keluaran IV: 22, yaitu: “Beginilah firman Tuhan: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung.” Menurut Roger Garaudy, mitos “bangsa terpilih” ini adalah “kepercayaan tanpa dasar apapun.” Lihat Roger Garaudy, Mitos dan Politik Israel, hal.19
[26] Menurut Riza Sihbudi, rasisme Yahudi bisa dilihat dari elaborasi kebijakan diskriminatif terhadap penduduk asli yang ditaklukkan. Diantara kebijakan rasis itu ada pada Undang-Undang Kembali (Law of Return) yang berlaku sejak 5 Juli 1950. Lihat, Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, Jakarta: PT. Mizan Publika, 2007, hal. 322.
[27] Adian Husaini. Pragmatisme dalam Politik Zionis Israel, cet.1. Jakarta: Penerbit Khairul Bayan, 2004
[28] Gideon Shimoni. the Zionist Ideology, seperti dikutip Adian Husaini, hal.27
[29] Majemuknya: “Minnim”
[30] ZA. Maulani, hal. 100-101
[31] ZA. Maulani, hal. 123
Oleh: Yanuardi Syukur & Wawa Puja Prabawa
Tags: pemikiran
0 comments share
KUASA ZIONIS DI AMERIKA
Jul 12, '09 10:51 AM
for everyone
HUBUNGAN antara orang Yahudi dengan Amerika, tulis Zaini Azhar Maula ni dalam buku Zionisme-nya, sudah dimulai sejak pendaratan Christopher Columbus (1451-1506) di Waiting Island, Bahama, pada 12 Oktober 1492. Tujuan ekspedisi kali ini bermula dari keinginan untuk mencapai “kepulauan rempah-rempah” Maluku di Hindia Timur dengan mengambil rute ke arah barat yang belum pernah dijelajahi sebelumnya oleh pelaut manapun.
Dalam perjalanan itu, ikut di dalamnya tiga orang “marano” atau “yahudi bawah tanah” yang mempunyai pengaruh kuat di istana Spanyol. Luis de Santagel, Gabriel Sanchez, dan Juan Cabrero. Santagel adalah seorang saudagar besar dari Valencia dan sebagai pemungut pajak dari kerajaan, Sanchez adalah bendahara kerajaan dan Cabrero adalah penasehat di kerajaan. Ketiga orang ini tak bosan-bosannya untuk mengingatkan Ratu Isabella betapa harta kerajaan semakin hari semakin susut, olehnya itu perlu menemukan sumber lain di Hindia Timur. Akhirnya, sang ratu pun bersedia dan menggadaikan perhiasannya demi pelayaran ini.
Columbus mengadakan tiga kali pelayaran. Hingga akhirnya menemukan Pulau Hispaniola, Puer to Rico, Jamaika, Virgin, dan Antilla. Pada 1498 ia mendarat di benua Amerika dan menemukan Trinidad. Nama Amerika sendiri tidak diberikan atas nama Columbus, akan tetapi diambil dari nama mualim Italia, Amerigo Verpucci (1454-1512) yang dalam dua kali pelayaran menyusuri Pantai Amerika Selatan, Vespucci berkesimpulan yang ditemukannya itu bukan bagian dari Asia. Nama “Amerika” sendiri pertama kali muncul di peta bumi pada 1507. Sedangkan, Columbus akhirnya meninggal dalam keadaan miskin pada 1506 setelah sebelumnya dikhianati oleh seorang dokter Yahudi yang juga “marano”, bernama Bernal yang menghasut pemberontakan melawan Columbus.
***
Salah satu akibat dari gerakan anti-semitisme yang luas di Eropa Timur di akhir abad ke-19 membuat kaum Yahudi bermigrasi besar-besaran ke Amerika Serikat, Kanada, Amerika Latin dan Australia. Pada 1880, jumlah migran Yahudi yang ke Amerika mencapai 250 ribu jiwa. Sedangkan pada akhir Perang Dunia Pertama angka itu terus membengkak menjadi 4 juta jiwa. Hal ini mendatangkan keuntungan tersendiri bagi kaum Yahudi yang selalu merasa tidak aman berada dalam sebuah lokasi.
Dalam bidang bisnis dan industri, hal ini sudah menjadi salah satu kekuatan Yahudi di Amerika. Bidang teater, penulisan naskah cerita sebagai contoh, telah dikuasai oleh Yahudi. Industri perfilman, gula, rokok, tembakau, gandum, musik, minyak, gas bumi, media massa cetak dan elektronik, juga dibawah kendali Yahudi.
Pada awalnya, rencana para pemodal besar Yahudi untuk memindahkan pasar uang mereka ke Amerika tidak dikehendaki oleh rakyat, akan tetapi dengan akhirnya lewat berbagai macam cara hal itu menjadi nyata.
Dalam Departemen Luar Negeri Amerika, perumusan kebijakannya nyaris bergantung pada the Council on Foreign Relations (CFR), sebuah lembaga pengkajian swasta yang keanggotaannya terdiri dari 264 orang intelektual dan politis puncak Yahudi Amerika. Lembaga ini dipimpin oleh mantan menteri luar negeri Henry Kissinger, sedangkan anggotanya terdiri dari tokoh-tokoh akademik seperti Samuel Huntington, pebisnis, politisi lintas partai.
Sedangkan keanggotaan CFR dipilah-pilah ke dalam kelompok “perekayasa konspirasi” dan yang disebut “makelar perang:. Gagasan-gagasan dari CFR disampaikan kepada Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan yang pada umumnya diterima menjadi kebijakan resmi tanpa banyak perubahan. Untuk membangun opini publik, CFR dengan cerdik memanfaatkan medianya yaitu the Foreign Affairs.
***
Pengaruh Yahudi di Amerika terutama dalam bidang politik bisa kita lihat dari hubungan antara AS-Israel. Pada politisi menganggap bahwa Israel sebagai sekutu AS yang paling dapat diandalkan di Timur Tengah, atau bahkan di dunia. Yang lain mengatakan bahwa Israel dan AS berbagai nilai-nilai demokrasi yang sama dalam perang melawan terorisme. Di sayap kiri, para kritikus menyatakan bahwa Israel adalah alat imperialisme AS untuk merongrong nasionalisme Arab, dan sebagai benteng melawan gerakan yang oleh Barat disebut sebagai “Islam fundamentalis.”
Lewat lobby Yahudi, Israel mendapatkan transfer senjata dan teknologi terbaru, jalur masuk ke pasar-pasar AS, dan hak bebas masuk untuk imigran. Selain, itu mendapatkan dana dan dukungan AS tanpa syarat dalam hal perang dan tekanan terhadap warga yang dikolonisasi serta jaminan veto AS terhadap resolusi PBB yang kritis.
Para antek Yahudi di AS telah menginvestasikan dan menyumbangkan milian dollar ke Israel. Dana tersebut digunakan untuk membiayai pemukiman kolonial di wilayah pendudukan. Namun, dalam beberapa kasus, seperti juga yang terjadi di negeri ktia, ada saja penyelewengan dalam proses tersebut. Selain itu, para buronan Yahudi yang lari dari sistem peradilan AS telah dilindungi oleh Negara Israel, seperti kasus Mark Rich yang oleh pengadilan federal AS divonis atas kasus penipuan dan penggelapan uang klien. Bahkan para gangster dan pembunuh juga dilindungi.
Salah satu bukti betapa lemahnya nyali Amerika di hadapan Israel, karena pengaruh dominannya kuasa Yahudi di Amerika adalah dalam kasus USS. Liberty. Pada 1967, kapal induk tersebut yang berfungsi sebagai alat komunikasi dan mata-mata yang dikirim untuk memonitor pemberontak dalam perang Arab-Israel dibom dan diberondong peluru oleh pesawat tempur Israel.
Peristiwa yang terjadi selama hampir satu jam di perairan internasional tersebut menewaskan 3 4 pelaut dan melukai 173 dari 297 awak kapal. Lantas apa sikap Washington? “Washington,” kata guru besar dari Universitas Binghamton, James Petras, “bersikap seperti sebuah Negara ketiga ketika menghadapi serangan memalukan dari penakluknya.” Bahkan, Amerika, tulis Petras dalam bukunya the Power of Israel in USA, membungkam pejabat Angkatan Laut-nya yang menyaksikan serangan tersebut serta dengan diam-diam menerima kompensasi dan permintaan maaf secara tidak langsung.
Peristiwa ini sebenarnya bukan hanya sebuah tindakan yang tidak pernah terjadi dalam hubungan kemiliteran dan diplomasi AS dengan sekutunya. Dalam kejadian yang hampir sama biasanya akan diikuti dengan respons-respons diplomatik, bahkan peperangan. Ini bisa terjadi, adalah karena kuatnya lobby Yahudi di kongres, media massa bahkan keuangan.
Kekuatan lain Israel di tanah Amerika juga termanifestasi dari ziarah tahunan ke Israel yang dilakukan politisi AS yang berpengaruh untuk mendeklarasikan kesetiaan mereka kepada Negara Yahudi tersebut.
Indikator baru betapa kepatuhan AS kepada Israel sangat tinggi terjadi dalam bulan-bulan sebelum dan setelah serangan 11 September 2001 terhadap World Trade Center (WTC) dan Pentagon. Pada 12 Desember 2001, Fox News mengetahui bahwa 60 orang Israel yang terlibat dalam upaya panjang memata-matai pejabat pemerintah AS telah ditahan sejak terjadinya insiden 9/11. Informasi itu diketahui dari sumber-sumber dalam intelijen AS dan para penyelidik federal. Bebarapa dari yang ditahan tersebut adalah anggota militer aktif Israel dan petugas intelijen. Mereka ditahan atas undangan-undang anti teroris Patriot AS.
Dalam kasus ini, para penyelidik federal juga punya alas an untuk percaya bahwa petugas Israel telah mendapatk an informasi intelijen tentang 9/11 sebelum hal itu terjadi dan tidak membaginya dengan Washington. Tingkat keterlibatan Israel dalam serang “Black September” itu adalah rahasia yang ditutup rapat. Salah seorang penyelidik federal menolak memberikan informasi kepada Fox terkait dengan kaitan Israel dalam kasus pembajakan pesawat tersebut, “Bukti yang mengaitkan orang-orang Israel itu dengan 9/11 sangat rahasia. Saya tidak dapat mengatakan kepada anda tentang bukti yang telah dikumpulkan. Ini adalah informasi yang sangat rahasia.”
Dari beberapa kasus di atas, kita bisa melihat betapa pengaruh kaum Yahudi dari pertama kali menginjakkan kakinya di Amerika hingga menguasai bahwa sumber dan posisi adalah sebuah hal yang tidak bisa dielakkan.*** (Yanuardi Syukur)