kaskus game
Code By Mygies.com
1.PIXTAB bundling aha
-------------------
Setelah sebelumnya bermain di pasar ponsel pintar dengan merilis Aha Touch, kini anak perusahaan bakrie ini ikut latah mengeluarkan tablet berbasis Android dengan harga terjangkau dan fitur-fitur yang tidak kalah bersaing dengan kompetitor lainnya. Tablet bernama PixTab ini berjalan dijaringan CDMA EVDO 2000 1x. Menariknya tablet ini dijual secara unlocked dimana pembeli dapat mengganti dengan operator CDMA lain tetapi akan kehilangan paket bonus internet dari Aha.
PixTab ini masih memakai Android Froyo 2.2 dengan prosesor Qualcomm MSM 7627 dengan clock speed 600MHz. Tablet ini memiliki RAM dengan kapasitas 512MB dan ROM 512MB. Layar seluas 7 inci dengan resolusi 800 x 480 piksel mendominasi tampilan depan dari PixTab. Untuk media pengambil gambar, kamera sebesar 5MP ditempatkan di bagian belakang dan kamera VGA di bagian depan. Fitur standar lainnya adalah WiFi, bluetooth, GPS, dan batere berkapasitas 4.000 mAh.
Aha belum memasarkan tablet ini secara resmi, tetapi sudah membuka pre order dengan harga Rp 2,99 juta selama ICC berlangsung dari harga normal Rp 3,599 juta.
VIVAnews - PT Samudera Indonesia Tbk memastikan 20 awak kapal KM Sinar Kudus telah dibebaskan perompak Somalia. Itu setelah PT Samudera Indonesia Tbk membayar uang tebusan kepada perompak Somalia yang menyandera awak kapal sejak 16 Maret 2011.
Opsi memberi uang tebusan dipilih demi keselamatan awak kapal. "Tapi, kami tak dapat menjelaskan jumlahnya. Jauh lebih sedikit dari (informasi yang beredar)," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum TNI, Laksamana Muda Iskandar Sitompul, di Kantor PT Samudera Indonesia Tbk, 1 Mei 2011.
Sitompul mengatakan, operasi militer tidak dilakukan karena perompak menempatkan sandera dalam beberapa kapal terpisah. "Sandera dipencar-pencar, tidak berada di satu kapal yang sama. Jadi kalau kita melakukan operasi militer maka bisa jadi cuma tiga yang selamat," katanya.
Upaya pembebasan sandera dilakukan sejak dua hari penyanderaan terjadi. Sejak 18 Maret 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan rapat kabinet untuk membahas langkah-langkah menangani pembajakan kapal tersebut.
Lima hari kemudian, sejumlah personel TNI diberangkatkan merapat ke lokasi penyanderaan. "Bukan mau merahasiakaan, tapi supaya semua berjalan baik," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum TNI, Laksamana Muda Iskandar Sitompul di Kantor PT Samudera Indonesia Tbk, Minggu, 1 Mei 2011.
Pada 1 Mei pukul 06.00 waktu setempat, KRI AHP dan KRI YOS sebagai satuan tugas Duta Samudera I/2011 dari Kolinlamil Tanjung Priok tiba diperairan Somalia. Berjarak sekitar 15 nautical miles (Nm) dari KM Sinar Kudus, mereka bersiaga dan mengikuti perkembangan proses negosiasi untuk pembayaran tebusan.
Sitompul mengatakan, ada berbagai kendala yang membuat upaya pembebasan terkesan lama. Antara lain, jarak yang jauh dengan perairan Indonesia. "Jarak kita jauh maka butuh waktu 12 hari. Dan pada saat kita dah sampai ternyata Sinar Kudus sudah digeser," kata Sitompul.
• VIVAnews
INILAH ORANG YANG BERPERAN PENTING DALAM PENDIRIAN PASUKAN ELITE INDONESIA YANG SEKARANG KITA KENAL DENGAN NAMA KOPASSUS
Foto Mayor Moh.Idjon Djanbi (Rokus Bernardus Vesser)
sedikit review dari negara luar tentang kopassus
The Beasts From The East
April 13, 2006: Why are other countries, like Yemen and Cambodia, coming to Indonesia to get their commandoes trained? In a word, reputation. The Indonesian special forces, called Kopassus, is regarded as the best in the Pacific area. Founded in the early 1950s, their training methods came direct from the World War II British commandoes, via a Dutch soldier who served in the British commandoes, and retired from the Dutch army while in Indonesia. The Indonesians took to the tough training, and maintained those standards. Kopassus has mainly been used against separatist, rebel and terrorist groups within Indonesia. While Kopassus acquired Western military skills, they still retained Indonesian attitudes, which meant that they were pretty vicious with "internal enemies." Lots of torture and mass killing. This gave Kopassus a bad reputation, but mostly from foreigners. Militarily, they are highly regarded, although American advisors have long tried to convince that a less violent approach to hostile civilians might work better.
Both Cambodia and Yemen share the bloody minded Indonesian attitude towards internal dissent. That might have had something to do with going to Kopassus for special operations training. Sort of a "they speak our language" thing?
Kopassus currently consists of a headquarters, two brigades of special forces (three battalions each), and an 800 man counter-terror unit. There is also a training center with 400-500 troops, and a company sized combat intelligence unit.
Berikut adalah kutipan tentang pembajakan pesawat Woyla, satu-satunya pembajakan pesawat yang terjadi di Indonesia, yang dikutip dari buku biografi Benny Moerdani
Sabtu pagi 28 Maret 1981, pesawat Garuda Indonesia GA 206 tujuan Medan tinggal landas dari Bandara Talangbetutu, Palembang.Captain Pilot Herman Rante, menerbangkan DC 9 Woyla berisi 48 penumpang. Tiba-tiba, Copilot Hedhy Juwantoro mendengar suara ribut di arah belakang. Baru saja akan berpaling, seorang menyerbu kokpit sambil berteriak, “Jangan bergerak, pesawat kami bajak…”
Pembajak meminta pesawat terbang ke Kolombo, Sri Lanka. Permintaan tersebut tidak mungkin dipenuhi, sebab bahan bakar terbatas. Pembajak lantas mengatakan “Pokoknya terbang sejauh-jauhnya dari Indonesia” teriak Mahrizal, seorang pembajak.
Berita pertama pembajakan tersebar pukul 10.18, saat Captain Pilot A. Sapari dengan pesawat F28 Garuda yang baru tinggal landas dari Bandara Simpang Tiga, Pekan Baru mendengar panggilan radio dari GA 206 yang berbunyi “..being hijacked, being hijacked”. Berita tersebut langsung diteruskan ke Jakarta, berita yang mengejutkan petugas keamanan karena pada saat bersamaan juga diadakan latihan gabungan yang melibatkan semua unsur pasukan tempur di Timor-Timur hingga Halmahera. Berita tersebut diterima Wakil Panglima ABRI Laks. Sudomo yang masih berada di Jakarta. Sudomo langsung meneruskan berita tersebut kepada Kepala Pusat Intelijen Strategis Benny Moerdani yang langsung menghubungi Asrama Kopasandha (Sekarang Kopassus) yang diterima oleh Asisten Operasi Kopasandha LetKol Sintong Panjaitan. Benny memberitahu tentang dibajaknya pesawat Garuda, berapa jumlah pembajak, apa motivasinya, kemana tujuan dan apa tuntutannya masih belum diketahui “.. yang pasti, saya langsung diperintahkan menyiapkan pasukan”, kenang Sintong, yang pada saat itu kakinya digips sehingga tidak berangkat latihan gabungan.
Dari Thailand dikabarkan bahwa pesawat mendarat di bandara Don Muang, Thailand. DiJakarta Sabtu malam pukul 19.25, Kepala Bakin (sekarang BIN) Jenderal Yoga Sugomo berangkat ke Bangkok. Menurut berita yang dia peroleh, para pembajak lima lelaki berbicara bahasa Indonesia. bersenjatakan pistol, granat dan kemungkinan dinamit. Para pembajak menuntut Indonesia membebaskan tahanan Peristiwa Cicendo, komplotan Warman serta Komando Jihad. Para tahanan diminta diterbangkan disuatu tempat diluar Indonesia dan meminta uang sebesar 1.5 juta dollar AS. Jika tuntutantersebut tidak dipenuhi, mereka mengancam akan meledakkan Woyla beserta penumpangnya.
Sabtu malam pukul sepuluh lebih, Kol teddy Rusdi, Benny Moerdani dan Sudomo diterima Pak Harto DiCendana. Hasil akhir pembicaraan menyimpulkan bahwa opsi militer akan dilakukan untuk membebaskan pesawat tersebut.
Minggu pagi telepon di meja Benny berdering. Dubes Amerika Serikat Edward Masters mengkhawatirkan akan keselamatan warganya yang berada di GA 206 apabila opsi militer dilakukan. “I am sorry sir, but this is entirely an Indonesian problem. It is an Indonesian aircraft” jawab Benny. Ditegaskan Indonesia berhak mengambil segala langkah dalam meringkus pembajak dan tidak perlu izin dari negara lain. We don’t guarantee anything..”
Minggu malam pukul 21.00, setelah mendapat clearance dari pemerintah Thailand
bahwa pasukan anti teror boleh mendarat, Indonesia diizinkan mengirim pesawat terbang untuk menjemput sandera. Benny memutuskan menggunakan Garuda DC-10 Sumatera, pesawat ini lebih cepat dan lebih lama terbang dari DC 9. “..karena antisipasi pesawat yang dibajak kemungkinan akan dipakai terbang sampai ke Libya” kenang Subagyo HS yang saat itu berpangkat mayor di Grup IV Kopasandha.
Pesawat DC 10 tiba di Don Muang pukul 00.30, dengan berkamuflase menjadi pesawat Garuda yang baru terbang dari Eropa. Pesawat diparkir dilokasi yang agak jauh dari Woyla. Kendaraan pasukan angkatan udara Thailand tiba, dan seorang perwira penghubung membawa benny menemui Menlu Thailand Siddi Savitsila. Perundingan yang deadlock menyebabkan clearance untuk menyerbu pesawat tidak bisa diberikan, maka menlu Thailand mempertemukan Benny dengan PM Thailand Prem Tinsulanonda esok paginya.
Senin pagi pukul 06.00, Benny bersama Yoga Sugomo, Dubes Indonesia untuk Thailand Habib dan Dirjen Perhubungan Udara Sugiri bertemu PM Thailand dikediaman resminya. Dalam pertemuan tersebut, pada awalnya pemerintah Thailand tidak bersedia memberi izin operasi militer, sementara pemerintah Indonesia tetap meminta izin Thailand, untuk menyelesaikan sendiri pembajakan tersebut. Akhir perundingan, PM Prem menyatakan akan memberi keputusan pada pukul 11 hari itu juga. “Saya selalu menganggap nasi goreng Bangkok terenak di dunia. Maka Benny ditemani Kolonel Rosadi, atase pertahanan makan pagi, sementara lainnya pulang ke hotel. Ditempat itu Benny bertemu dengan Chief Station CIA untuk Thailand. Dalam pembicaraan yang berkembang, Benny kemudian meminjam flak jacket, karena lupa membawa dari jakarta. Tapi ternyata didalam pesawat DC-10 sudah tersedia, maka flak jacket itu tidak jadi dipakai. Meski nantinya memunculkan wacana, seolah-olah AS memberi bantuan peralatan tempur kepada pasukan Indonesia.
Selepas tengah hari clearance untuk menyerbu sudah diberikan oleh PM Prem, Benny menetapkan, serbuan akan dilakukan sebelum fajar. Tak lupa pula dia meminta petugas Garuda di Don Muang menyiapkan 17 peti mati.
Sementara itu suasana tegang semakin ganas dengan menetapkan deadline atas tuntutan mereka, Yoga dengan sabar melayani segala macam tuntutan tersebut sambil mengulur waktu. ketegangan yang sama juga terasa di kabin DC 10, menunggu adalah pekerjaan yang paling menjengkelkan. Tanpa ada pemecahan maka anak buahnya akan tegang tanpa guna, maka Sintong memerintahkan anak buahnya untuk tidur. “Hampir semuanya langsung tertidur, merasa lepas dari beban. Mereka saling mendengkur, adu keras..”
Senin malam 30 Maret 1981, pasukan anti teror satu demi satu turun dari pesawat DC 10. Sekali lagi mereka melakukan latihan ulangan menggunakan DC 9 Digul. Pada kesempatan tersebut, Sintong mengajak pilot Garuda untuk ikut menonton. Sebelum Sintong turun dari pesawat, Sintong sudah memutuskan untuk membuang tongkat penyangga kakinya. “.. masa, perwira komando, memimpin operasi dengan tongkat.” Latihan ulangan berlangsung dengan baik, semua anggota tahu apa yang harus dilakukan, Sintong memperkirakan dalam lima menit pasukannya sudah dapat menguasai pesawat.
Begitu latihan selesai, seorang pilot Garuda mendekati Sintong, “Pak.. maaf Pak”. ” Ya ada apa?” tanya Sintong ingin tahu.
” Tadi waktu bapak latihan, memang semuanya bisa demikian. kalau pintu samping dibuka dari luar, dengan mudahanak buah bapak bisa menyerbu masuk. Tetapi kalau pintu darurat yang dibuka, yang langsung keluar karet peluncur untuk pendaratan darurat..”
“Yailah..” teriak Sintong. Terimakasih, terimakasih” Bisa dia bayangkan, tanpa ada pemberitahuan tersebut, dalam penyerbuan masuk ke kabin, anak buahnya pasti berhamburan terlempar ke bawah dari pintu darurat, dihantam tangga peluncur emergency.
Sekali lagi latihan diulang. Faktor munculnya tangga penyelamat dari pintu darurat, diperhitungkan,. Dengan masukan tambahan tersebut, Sintong justru menemukan langkah penangkal. Begitu pintu darurat dibuka dari luar, seorang anggota wajib menahan munculnya tangga pendaratan darurat. Pada saat bersamaan, anggota lain sudah harus menyerbu masuk kabin.
Benny memutuskan serangan dilakukan pada pukul 03.00. Jarum jam menunjukkan pukul 02.00, pasukan sudah siap dengan perlengkapan tempur, pakaian loreng dan baret merah. Briefing terakhir sudah selesai. “Tunggu apa lagi? Saya segera perintahkan, berangkat…” kenang Sintong.
Mereka dijemput mobil. Untuk menjaga kerahasiaan, seluruh pasukan diminta berbaring dilantai kendaraan. “Saya duduk di atas anak-anak, injek-injekan” kata Benny. Sintong sangat terkejut, ketika pasukan sudah meninggalkan mobil dan berjalan menuju Woyla, tiba-tiba saja Benny menyusup masuk ke dalam barisan. Ini diluar skenario.
Tubuh Benny terlihat jelas, ditengah deretan pasukan berseragam. Dia memakai jaket hitam, tangan kanannya memegang sepucuk pistol mitraliur. Perwira tinggi tersebut nampak menonjol karena satu-satunya yang tidak berseragam dan tidak juga memakai baret merah. Sambil berbisik, Sintong memerintahkan anak buahnya yang jalan paling dekat. “So, Roso, keluarkan dia. Jangan biarkan Pak Benny ikut..”. “Pak, saya nggak berani”, jawab Letnan Suroso, juga dengan berbisik.
Sementara itu dalam pikiran Benny, “Tempat terbaik bagi saya, harus bersama mereka..”
Tentu saja dia mengabaikan kenyataan, bahwa dirinya seorang jenderal dengan tiga bintang. Benny juga bukan komandan lapangan, yang memang harus selalu ikut menanggung resiko menghadang maut digaris depan. Dia juga tidak mempedulikan, kemungkinan peluru nyasar, justru akan bisa menyeret akibat fatal.
Tetapi Benny tetap dalam doktri pribadinya. Seorang pemimpin harus bersama anak buah. Sesuatu yang memang sudah dia buktikan selama terjun dalam berbagai palagan. “Saya beranggapan, nilai politik psikologinya besar sekali. kalau pun saya ikut mati tertembak, tetap bisa membuktikan, pemerintah Indonesia tidak pernah menyerah dalam menghadapi tuntutan pembajak.”
Tepat pukul 02.45, serbuan dimulai. Menurut kesaksian penumpang, dalam kegelapan malam, semua pintu kabin pesawat segera terdengar didobrak dari luar. Sekejap kemudian bunyi tembakan riuh membangunkan seluruh isi pesawat.
Hendrik Seisen, seorang penumpang berkewarganegaraan Belanda melukiskan, “I woke up when I heard a lot of noise and what certainly looked like shooting (sic!). It seemed like in the time of two seconds the whole plane filled up with commandos..” Seisen menambahkan, “When the shooting started we ducked below the seats. I didn’t want to look. I Was terrified” Dengan cepat semua sandera dibebaskan. Pesawat Woyla sepenuhnya dikuasai Kopasandha. MImpi buruk yang dialami semua awak pesawat dan penumpang sejak sabtu pagi, berakhir selasa dini hari.
Begitu Woyla sudah berhasil dikuasai, Benny menyambar mike. “This is two zero six, could i speak to Yoga please?”
“Yes, Yoga here”
“Pak Yoga, benny ini..” teriak Benny.
“Diancuk. Neng endi kowe..?” tanya Yoga sambil mengumpat.
“Dalam pesawat Pak”
“Jangan main-main kamu..”
“Saya memang dipesawat. Sudah selesai semua, beres..”
Kecuali anggota pasukan yang dia pimpin, Benny memang tidak menceritakan rincian rencana penyerangan pembajak yang dia rancang. Juga tidak kepada Yoga.
Dalam skenario awal, pasuka anti teror akan mendobrak pintu depan kiri. Disusul pendobrakan bersama, pintu darurat dan belakang. Setelah tahap ini selesai, seluruh pasukan serentak menyerbu ke kabin. Skenario tersebut tidak sepenuhnya terlaksana runtut.
Pembantu Letnan Achmad Kirang dari arah pintu belakang sudah terlanjur masuk sebelum pintu depan didobrak. Pembajak yang berjaga di bagian belakang sempat terjaga dan langsung menembak. Akibatnya, Kirang tidak sempat menunduk ketika sebuah peluru menembus tubuhnya. Tepat kena perut, bagian yang tidak tertutup flak jacket.
Dalam pertempuran singkat di dalam pesawat tidak semua pembajak langsung tertembak mati. Sementara itu Achmad Kirang dan Captain Herman Rante justru luka parah kena peluru. Tiga pembajak tewas seketika ditangan pasukan penyerbu. Dua pembajak lain menderita luka parah. Tetapi yang paling melegakan seluruh penumpang tidak ada satu pun mengalami cedera berarti.
Selasa pagi pukul 05.00 pesawat DC 10 Sumatera meninggalkan Don Muang, membawa pulang pasukan khusus anti teror. Dua pembajak yang luka parah tidak sempat diselamatkan nyawanya oleh tim kesehatan Kopasandha. Sehingga kelima maya pembajak, Machrizal, Zulfikar, Wendy M Zein, Abu Sofyan dan Imronsayah, langsung diterbangkan ke Jakarta pagi itu pula. Sementara Achmad Kirang meninggal tanggal 1 April dalam perawatan di RS Bhumibhol, Bangkok, begitu pula CAptain Herman Rante, meninggal di Bangkok, enam hari setelah operasi penyergapan berlangsung.
Dari Udara, pemandangan kota Jakarta siang itu terasa elok. Sejak pagi masyarakat sudah dibangunkan dengan berita radio sekitar keberhasilan pasukan khusus anti teror menyergap pembajak Woyla. Semua bangga, drama mencekam selama tiga hari akibat pembajakan telah berakhir, Pemerintah Indonesia terbukti tidak mau menyerah kepada pembajak. Kabar tersebut menjadikan warga Jakarta berbondong-bondong ke Bandara Halim Perdanakusuma.
Pukul 08.00 lebih beberapa menit, roda-roda pesawat DC 10 Sumatera menyentuh landasan Halim Perdanakusuma. Benny dengan wajah serius tanpa senyum, menyelinap keluar dari pintu di ekor pesawat, tanpa memperhatikan sambutan ratusan penjemput. Baju safari warna gelap yang dia pakai, sangat kontras dengan seragam loreng berbaret merah pasukan khusus antiteror yang keluar dari pintu depan.
“It isn’t that Indonesians don’t deserve the same credit and honor that Israel and the West German commandos earned for similiar gallantry at Entebbe and Mogadishu. it is a pity because there is abroader point to be made”. Tajuk rencana koran The Asian Wall Street Journal tersebut segera menambahkan, negara-negara dunia ketiga selalu dianggap tidak pernah memiliki disiplin dan tidak bisa bekerja dengan efisien. Demikian juga umumnya komentar terhadap penampilan tentara Indonesia. “well it took a high order of soldiering to rescue a planeload of hostages without taking one innocent life”. Lebih lanjut koran tersebut menunjukkan, “From hijack to the last gun shot, the entire operation lasted about 60 hours. It required a high degree of organisation and planning. It also required courage, efficiency and discipline”.
Seorang anggota pasukan anti teror, TJP Purba ketika diwawancara koran The Bangkok Post mengatakan, “Our principle is simple, silent, decisive and aggressive”
Sebagai tambahan informasi, pasukan Kopasandha yang melakukan penyerbuan pesawat Woyla menjadi embrio terbentuknya unit anti teror di Kopassus saat ini, yaitu Sat 81 Gultor
sumbernya http://adiewicaksono.wordpress.com/2...operasi-woyla/